Potret Suram Industri Hotel di Amerika Serikat

JAKARTA, bisniswista.co.id: Survei terkini Asosiasi Hotel & Penginapan Amerika (AHLA) menunjukkan kesuraman industri perhotelan di Amerika Serikat (AS), setidaknya hingga enam bulan ke depan. Jika keadaan tak membaik, 71% hotel diperkirakan akan tutup. 

Kasus COVID-19 di AS terus bertambah, Amerika menjadi negara dengan jumlah kasus tertinggi di dunia. Data terkini menunjukkan ada 11.679.041 orang terinfeksi virus corona. Dari jumlah itu, 254.070 orang di antaranya meninggal dunia.  

Pandemi COVID-19 telah menghantam banyak usaha. Industri perhotelan termasuk sektor yang pertama dan terdampak cukup parah. Banyak pakar bahkan memproyeksikan pemulihannya akan butuh waktu lama. 

Para pemilik hotel berjuang untuk tetap beroperasi di tengah permintaan kamar yang menurun drastis. Data terkini menunjukkan tingkat hunian saat ini hanya 44%.

Survei AHLA menunjukkan tujuh dari 10 pemilik hotel mengaku tak akan bisa bertahan dalam enam bulan ke depan jika pemerintah federal tidak memberi bantuan keuangan. Sedangkan 77% hotel melaporkan akan mem-PHK lebih banyak karyawan dalam waktu dekat.

Bahkan hampir separuh responden menyatakan akan segera menutup hotel mereka. Lebih dari sepertiga responden bahkan mengaku sudah bangkrut atau akan menjual hotelnya pada akhir tahun.

Survei AHLA melibatkan lebih dari 1200 responden yang terdiri dari pemilik hotel, operator, dan karyawan. Survei yang dilakukan pada 10-13 November 2020 menghasilkan sejumlah poin penting, antara lain:

Lebih dari 2/3 hotel atau 71%  menyatakan hanya akan mampu bertahan selama 6 bulan. Proyeksi ini didasari pada perhitungan pendapatan dan tingkat hunian yang rendah pada saat ini. Sementara 34% lainnya menyatakan hanya mampu bertahan antara 1 hingga 3 bulan ke depan.

Jumlah staf hotel yang bekerja full-time berkurang drastis. 63% hotel menyatakan hanya memiliki kurang dari separoh pekerja full time.

Sebanyak 82% pemilik hotel mengatakan tak lagi memiliki keringanan pembayaran hutang setidaknya hingga akhir tahun. Itu berarti ancaman bagi keberlangsungan hotel. Sedangkan 52% responden menyatakan hotel akan ditutup jika pemerintah tak memberikan bantuan tambahan dan 98% pemilik hotel mengaku akan mengajukan program pinjaman tahap kedua 

Gambaran menyedihkan ini diperkirakan akan terus berlangsung. Apalagi, banyak warga Amerika sudah menyatakan tidak akan melakukan perjalan selama musim liburan tahun ini.

Survei terkini menunjukkan 72% warga Amerika tidak akan melakukan perjalanan di liburan Thanksgiving dan 69% tak akan bepergian selama liburan Natal. 

Sementara itu perjalanan bisnis maupun group tour masih belum akan terjadi hingga 2023. Ini berarti potret suram masih membayangi industri perhotelan di Amerika Serikat.

 

 

Rin Hindryati