JAKARTA, bisniswisata.co.id: Dimas memeriksa catatannya ketika ditanya berapa kali melakukan perjalanan wisata di tengah pandemi global ? jumlahnya cukup mengejutkan juga karena mencapai 19 kali.
” Gue bener-bener ngitung dari archive story nih, ternyata memang 19 kali selama pandemi global. Terakhir libur panjang lima hari pas libur bersama Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW lalu ke Yogya 28 Oktober – 1 November lalu” kata Dimas, 22 tahun.
Bepergian saat pandemi global masih berlangsung bagi Dimas tidak masalah. Tiga bulan pertama saat berita COVID-19 sangat mencekam dunia, Dimas mampu mengerem keinginannya untuk travelling, apalagi semua obyek wisata tutup.
Namun seiring perkembangan dan pengetahuan yang dimilikinya, maka dia rajin menyambangi obyek-obyek wisata terdekat dari rumah dengan mamakai kendaraan pribadi serta mengendarai sendiri untuk mencapai tempat-tempat yang ingin ditujunya.
“Siapa saja tentunya tak ingin terpapar penyakit Coronavirus, oleh karena itu di setiap tujuan obyek wisata patuhi pakai masker, jaga jarak dan yang utama adalah pergi dalam kondisi tubuh fit,” ujarnya.
Dimas mengaku bosan bekerja dari rumah sehingga setiap libur dia langsung pergi wisata alam seputar Sentul, Bogor, Sukabumi, Banten dengan rajin browsing. Tentunya tempat-tempat terbuka yang dipilihnya.
Setiap kali bepergian entah dengan keluarga maupun teman komunitas Dimas membuat perencanaan sendiri mulai dari rute perjalanan hingga mengatur budget pengeluarannya.
Saat ke Yogya bersama teman naik mobil pribadi, banyak tempat yang disambanginya di kota Gudeg itu mulai dari ke Gua Pindul dan Cave Tubing, menikmati kopi klotok, Lava Tour Jeep Merapi, kulineran di Raminten, kuliner gudeg Yuk Djum, bakpia dan makanan khas lainnya.
Dia juga banyak menghabiskan waktu dipasar Bringharjo dan Malioboro bukan karena hobi belanja tetapi banyak belajar dari kehidupan masyarakat setempat sekaligus aktivitas wisatawan domestik dengan duduk manis di kursi-kursi yang tersedia sepanjang Malioboro.
Dia juga menyelami kehidupan masa lalu dengan menghabiskan waktu di Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko bukan sekedar untuk jeprat-jepret tapi mengagumi peradaban masa silam.
Prambanan misalnya kerap menjadi venue untuk acara-acara musik internasional sehingga ide-ide Dimas juga bermunculan selain memenuhi rasa penasaran atas kreasi-kreasi hebat para penyelenggara event.
Selama bepergian yang tidak pernah dilupakan dan selalu tersedia di tas adalah Masker, handsanitizer, personal medicine dan rajin cuci tangan. Kebetulan di era pandemi juga banyak tersedia tempat cuci tangan.
” Paling banyak mengeluarkan uang waktu ke Jogja saja Rp 3 juta. tempat lainnya murah meriah tapi bisa refreshing,” ungkapnya.
Marcelia. 23 tahun, juga pilih travelling untuk mengusir kebosanan di rumah. Bahkan dia tak segan-segan mengajak anjing kecil kesayangannya untuk jalan-jalan di udara terbuka dan berfoto ria.
Seperti halnya Dimas, Marcelia suka pergi dengan kendaraan pribadi ke obyek-obyek wisata yang berjarak 1-2 jam saja dari tempat tinggalnya tapi sudah memberikan nuansa baru dan refreshing.
” Tidak banyak mengeluarkan uang karena untuk bensin dan kuliner saja sekitar Rp 500.000. Selama pandemi ada tiga kali wisata terakhir seputar Bogor saja,”
Terakhir waktu libur Maulid Nabi Marcelia dan keluarga menginap di villa di Bogor dan mendapat udara segar meski tidak jauh dari Jakarta dan yang terpenting adalah tetap quality time bersama orangtua dan saudara-saudaranya.
Baik Dimas dan Marcelia mengaku jadi paham diseputar Jakarta banyak sekali pilihan berwisata tanpa harus ngemall dan pilihan tempat spot foto yang terbuka serta instagramable banyak sekali.
“Kuncinya ya rajin browsing dan kalau tempatnya terbuka dan banyak spot foto jadi tertarik datang,” kata gadis cantik ini.
Di Yogya , Dimas juga mendapati banyak spot foto yang indah seperti memandang keindahan kota Yogyakarta dari atas ketinggian saat malam hari. “Gratis cukup parkir mobil ditepian dan mendapat foto bagus,” ujarnya.
Sosok Dimas maupun Marcelia bisa jadi mewakili gambaran hasil riset Juli tahun lalu oleh Booking.com mengenai Gen Z , generasi yang sepenuhnya hidup di era digital. Mereka yang berusia 16-24 tahun ini memprioritaskan traveling dari pada
Riset global tentang Gen Z dengan 22.000 responden dari 29 pasar ini tidak hanya mengungkap rencana perjalanan mereka, tapi juga arti perjalanan dalam aspirasi hidup mereka yang lebih luas.
Enam dari sepuluh (60%) merasa bahwa pengalaman traveling selalu sepadan dengan uang yang dihabiskan. Meski masih muda, Gen Z cukup yakin dengan apa yang mereka inginkan, terutama soal rencana perjalanan. Sebanyak 67% Gen Z bersemangat untuk mengunjungi destinasi berikutnya.
Selain itu, 55% Gen Z juga menganggap bahwa bepergian di dalam negeri sendiri membantu mereka belajar lebih jauh tentang diri mereka sendiri dan siap solo traveling.
Banyak traveler muda yang telah bepergian dengan keluarga sebelumnya, dengan dua perlima (42%) melakukannya karena mereka bisa pergi ke banyak tempat tanpa mengeluarkan biaya sendiri.
Tapi berhubung Gen Z sebagian sudah memasuki dunia kerja dan berpenghasilan sendiri maka mereka sedang dalam usia untuk meninggalkan rumah dan siap solo travelling.
Marcelia mengaku sudah membuat bucket list apa saja yang akan dilakukannya jika pandemi berakhir. Penggemar dilm drama Korea ini tahun depan ingin segera ke Korea.
“Kalau bepergian ke luar negri tahun ini karena masih pandemi jadi rumit. Indonesia saja belum terima wisatawan asing. Mudah-mudahan tahun depan COVID-19 sudah hilang. ” kata Marcelia.
Sedangkan Dimas juga belum tertarik untuk berwisata ke luar negri karena tempat-tempat dalam bucket list nya di dalam negri madih panjang dan kalau bisa sesegera mungkin dikunjungi supaya bisa menambahkan tempat baru ke dalam daftar archive storynya
“Belum ada bayangan mau ke luar negri sampai dua tahun ke depan,” jelas Dimas mengakhiri impiannya.