BANDUNG, bisniswisata.co.id: Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, kini dibuka malam hari bagi wisatawan. Langkah ini ditempuh sebagai rangkaian peringatan 63 tahun pertemuan bangsa-bangsa di dua benua tersebut. Beyond the Bandung Spirit, merupakan tema jelajah wisata malam museum KAA.
Wisatawan diajak meraih pesan perdamaian KAA di masa silam, untuk selanjutnya mewujudkan kerja sama dan persahabatan antar warga Asia Afrika. Agar bisa menikmati suasana museum malam hari, tidak semua orang bisa masuk. Pihak museum membatasi pengunjung hingga 300 orang yang disaring melalui pendaftaran secara online dari Selasa (10/4) hingga Kamis (19/4).
Dan Jumat (27/04/2018) malam, jelajah wisata malam Museum KAA mulai digelar bahkan diserbu wisatawan lokal dan nasional untuk merasakan sensasi baru datang ke museum yang terletak di Jl. Asia Afrika Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung pada malam hari.
“Rasanya ada aura-aura yang ga bisa digambarkan kalau malam hari. Seolah olah, konferensi KAA puluhan tahun lalu, sedang berlangsung,” lontar Anarima Safitri (20) salah satu wisatawan lokal, yang menyaksikan langsung wisata Museum KAA pada malam hari.
Ia berharap, jelajah malam museum ini tidak hanya digelar saat perayaan memperingati KAA saja, namun dapat rutin digelar setiap sebulan sekali. “Inginnya minimal sebulan sekali, karena ga pernah bosen ke sini. Terus banyak informasi yang bener-bener kita perlu ketahui mengenai sejarah KAA,” lontarnya.
Elisa, wisatawan asal Jakarta juga merasakan perbedaan itu. “Kalau datang siang hari, ga asyik, biasa-biasa saja. Tapi malam hari, ada nuansa berbeda, keheningan malam itu begitu kuat, dan agak merinding juga sih. Karena kata teman-teman ada sesuatu berbau mistik kalau malam hari, tapi saya berusaha mencoba. Tapi yang jelas asyik, asyik. Sensasi baru,” paparnya.
Diakui suasana mistik agak hilang karena yang datang cukup lumayan, juga ada tour guidenya sehingga rasa takut lama lama hilang juga. “Menurutku kalau dibuka malam hari setiap hari nggak ada nilai keasyikannya. Setahun sekali bolehlah, untuk membuat wisatawan lainnya bisa merasakan beriwisata malam di Museum ini,” tambahnya.
Wisatawan jelajah wisata malam Museum KAA dibimbing oleh puluhan edukator dan diperkenalkan mengenai sejarah tercetusnya konferensi hingga tonggak awal merdekanya bangsa-bangsa di Asia Afrika setelah pertemuan di Bandung pada tahun 1955.
“Mereka juga mengajak pengunjung membaca Dasasila Bandung di ruang utama supaya bisa merasakan lembali nilai-nilai kesetaraan, kerja sama, toleransi, dan hidup berdampingan,” kata Museum KAA, Meinarti Fauzie.
Menurut dia, jelajah malam museum KAA ini bukan yang pertama kalinya. Pada tahun 2017, Museum KAA telah menggelar sebanyak empat kali pada hari besar nasional. Namun untuk tahun 2018, acara kali ini merupakan yang pertama kali dalam rangkaian memperingati KAA.
Membedakan dari penyelenggaraan tahun lalu, pengunjung diajak ke balkon ruang utama Gedung Merdeka. Pada hari-hari biasa balkon ini tidak boleh digunakan kecuali untuk acara besar. “Titik ini menjadi salah satu tempat terbaik untuk merasakan kemegahan arsitektur Gedung Merdeka. Di titik ini pula terdapat ruang perdana menteri sponsor KAA yang digunakan 63 tahun silam,” katanya.
Melalui acara jelajah malam Museum KAA, pihak pengelola berharap agar pengunjung mendapatkan pengalaman lebih dan sensasi baru berwisata malam hari sambil belajar sejarah KAA.
Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 18 hingga 24 April 1955 berhasil mempersatukan sikap, menyusun pedoman kerja sama Asia Afrika juga membantu terciptanya perdamaian dunia. Lahirlah Dasa Sila Bandung menjadi pedoman bangsa-bangsa terjajah di dunia dalam perjuangan memperoleh kemerdekaannya.
Untuk melestarikan gedung KAA, Menteri Luar Negeri Indonesia, Mochtar Kusumaatmadja, sering berdialog dengan para pemimpin negara dan bangsa Asia Afrika agar dibikin museum untuk mengenang kesuksesan itu.
Museum KAA merupakan memorabilia Konferensi Asia Afrika. Museum ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan Gedung Merdeka. Secara keseluruhan Gedung Merdeka memiliki dua bangunan utama, yang pertama disebut Gedung Merdeka sebagai tempat sidang utama, sedangkan yang berada di samping Gedung Merdeka adalah Museum Konferensi Asia Afrika sebagai tempat memorabilia Konferensi Asia Afrika. (NDY)