PUNCAK BOGOR, bisniswisata.co.id: Bukan hanya pelaku bisnis wisata yang sambat, beberapa pebisnis hotel merasakan kerugian besar semenjak penutupan sementara kawasan Puncak, Bogor akibat tanah longsor. Miliaran rupiah pun harus melayang dari pendapatan hotel. Lebih parah lagi, beberapa hotel sudah mulai merumahkan karyawannya lantaran pemasukan tidak ada.
Memang dengan fenomena alam tersebut, para pebisnis hotel tak bisa menyalahkan pihak manapun. Hanya saja, besarnya kerugian sangat dirasakan dan kondisi ini bila dibiarkan berlarut-larut maka pemasukan semakin bertambah parah, sementara pengeluaran hotel wajib dilakukan seperti pembayaran listrik dan lainnya.
Vivi Herlambang, Director Business Development and Sales Marketing Sahid Hotels & Resort mengaku banyak tamu secara kelompok (grup) yang menunda menginap. “Banyak grup yang cancel. Sangat pengaruh ke salah satu hotel Sahid yaitu Sahid Eminence,” kata Vivi seperti dikutip laman Kontan.co.id, Kamis (22/02/2018).
Letak Sahid Eminence di Cipanas, Jawa Barat membuat banyak pendapatan hotel tersebut hilang. Vivi menjelaskan total pendapatan yang hilang Rp 2 miliar sampai Rp 3 miliar lebih. Artinya sekitar 60% pendapatan hotel tersebut tergerus. “Total kamar di Sahid Eminence ada 389 kamar, sebelum kejadian tingkat okupansi 60%, setelah kejadian hanya 25% saja,” tuturnya.
Hingga saat ini, Sahid tetap memasarkan dan menjual kamar hotel tersebut kepada para calon tamu. Caranya memberi arah dari Bandung dan memberi informasi terkini yang didapat dari pemerintah setempat. “Dari info akan mulai dibuka untuk mobil pribadi saja,” pungkasnya.
Selain Sahid Hotel, pebisnis hotel lain, Omega Hotel Management (OHM) juga merasakan kerugian dari penutupan jalur Puncak. Kurnia Sukrisna, Chief Operating Officer OHM menyebut salah satu hotel kelolaan Alfa Resort di Cisarua cukup terdampak. Hanya saja saat libur panjang beberapa hari lalu masih ada pengunjung. “Long weekend masih lumayan walaupun tetap menurun dibanding biasanya,” ucapnya.
Sayang, Kurnia belum merinci jumlah kerugian Alfa Resort di Cisarua akibat penutupan sementara jalur Puncak.
Sebelumnya Ketua PHRI Cianjur Nano Indrapraja mengatakan, 37 pengusaha hotel, restoran, ataupun lokasi wisata yang tersebar di Puncak-Cipanas, mengalami kerugian karena sepinya kunjungan. “Kerugian hotel, restoran maupun lembaga pendidikan hotel mencapai Rp 1,5 miliar per hari karena sejak satu pekan terakhir, tidak ada tamu sama sekali. Sehingga, pengusaha harus pintar menekan pengeluaran, bahkan tidak sedikit yang merumahkan karyawan,” ungkap Nano.
Dia menilai rencana pembukaan jalur menjelang akhir pekan menjadi angin segar bagi pengusaha terkait, terlebih sentra usaha di bidang perhotelan, kuliner, dan wisata dapat kembali beroperasi seperti biasanya dan wisatawan kembali meningkat. “Kami tidak mau mengambil risiko kalau memang kondisi pembukaan jalan dinilai memungkinkan, kami menyambut dengan positif karena hingga saat ini, pengusaha di jalur utama Puncak-Cipanas, kebingungan sampai kapan jalur akan dibuka,” katanya.
Pihaknya berharap instansi terkait segera menyosialisasikan pada pengusaha untuk mempersiapkan diri menjelang dibukanya jalur Puncak-Cipanas dengan harapan pembukaan tersebut dapat berjalan lancar karena cukup dikhawatirkan perekonomian setempat terus menurun bahkan sampai gulung tikar.
Penutupan jalur wisata akibat tanah longsor di sedikitnya empat titik di kawasan Puncak. Pertama, longsor di Puncak Pass sedalam 18 meter. Saat ini pekerjaan memasuki tahap pemasangan pancang dan bronjong, proses tersebut terkendala cuaca yang cukup ekstrem karena hujan terus turun disertai kabut yang tebal di sepanjang jalur perbaikan.
Selain itu, longsor terjadi Kecamatan Cisarua yakni di Panimbangan Kecil Desa Tugu Selatan, di sekitaran Masjid Atta Awun Desa Tugu Selatan, di Villa Pengayoman Desa Cibeureum, dan di Kampung Babakan, Desa Cibeureum. Bencana longsor di Panimbangan Kecil mengakibatkan bahu jalan amblas dan material tanah dari tebing menutup sebagian bahu jalan. Longsor di empat titik itu tidak menyebabkan korban jiwa. (NDHYK)