BALI, bisniswisata.co.id: Strategi memindahkan aktivitas perkantoran ke Bali atau destinasi wisata, pernah dilakukan pemerintah Indonesia saat pariwisata Indonesia mengalami guncangan akibat aksi bom bunuh diri di sejumlah tempat, dan Bali menjadi korban dua kali aksi bom bunuh diri.
Saat Pandemi COVID-19 — masih berlangsung–, menjadi batu uji keberlanjutan pariwisata Bali. Pemerintah Bali, menurut Gubernur W Koster sedang “mematangkan” strategi pembangunan perekonomian ke depan dengan tidak hanya mengandalkan industri pariwisata. Tetapi menyeimbangkan pembangunan kepariwisataan dengan industri pendukung lainnya. Khusus disektor pertanian sebagai akar budaya yang menjadi roh kepariwisataan Bali.
Sepanjang empat belas bulan dalam kondisi kritis akibat pandemi COVID-19, strategi memindahkan aktivitas bekerja dikantor ke luar kantor kembali mengemuka. Diawali dengan kebijakan MenParekraft yang berkantor di Bali. Diperkuat program affirmative action Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarvest) RI, melalui program Work from Bali.
Menyikapi wacana tersebut Bali Tourism Board pun menugaskan unit organisasinya – Bali MICE Forum (BMF)—menindaklanjuti menjadi program aksi di lapangan. Pasalnya, Bali memiliki ceruk untuk merancang bekerja pada ruang, kondisi, situasi yang unusual, unique, affordable dan pasti memorable, ungkap Ketua BMF, Putu Gede Wiwin Gunawasika usai penyelenggaraan roadshow Work from Bali di Jakarta.
Karena ini lebih sifatnya tailor made, BMF membuatkan program kegiatan sesuai kebutuhan masing- masing kementerian. Melalui roadshow, potensi Bali disampaikan kepada calon konsumen. Sehingga program Work from Bali, dapat mencapai sasaran, tidak melanggar peraturan dan perundang-undangan.
“Kami menyampaikan kesiapan Bali melayani kebutuhan mereka dari semua segi termasuk kesiapan para PCO/EO dibawah Bali MICE Forum. Dalam kondisi tidak normal, kita berharap agar pelaksana benar- benar memberdayakan potensi Bali, “tegas Wiwin yang didampingi Grace Jeanie, sekjen BMF Bali.
Tercatat 18 PCO dibawah BMF mewakili 4 asosiasi (ASPERAPI, INCCA, IVENDO, SIPCO), berharap semua stake holder pariwisata Bali, mendukung kegiatan Work from Bali dengan mempersiapkan diri sesuai bidang usaha masing- masing.
Pelaksanaan Roadshow Work from Bali (2-5 Juni) dipimpin Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa didampingi Kepala Biro Ekbang, Tjok Bagus Pemayun, perwakilan dari Bappeda, Wayan Sudarsa bersama 10 (sepuluh) perwakilan dari BMF.
Kantor-kantor kementerian, lembaga dan BUMN yang dikunjungi dalam roadshow ini diantaranya Kementerian Kelautan dan Periknanan, Kementerian Investasi dan Penanaman Modal, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Badan Perencanaan, Pembangunan Nasional, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup, kementerian keuangan, PT Taspen, Pertamina, Telkom dan Pegadaian serta Kantor Bank Indonesia.
Selain ke lembaga pemerintah, roadshow juga menyasar lembaga e-commerce seperti Shopee, Bukalapak, Tokopedia, Link Aja, DANA serta OVO.
Roadshow dilakukan dalam rangka sosialisasi dan pemahaman agar para pejabat di Kementerian, lembaga pemerintah, pihak swasta untuk mau berkunjung, melaksanakan kegiatan dan bekerja dari Bali. Dengan adanya pergerakan peserta kegiatan di Bali, akan berpengaruh terhadap akupansi usaha akomodasi, adanya transaksi di berbagai sektor mendorong pertumbuhan ekonomi di Bali.
Menurut Putu Astawa, kwartal pertama pertumbuhan ekonomi Bali terkontraksi minus 9,85 %, artinya tidak ada pergerakan ekonomi di Bali bahkan minus. Diperlukan upaya memperbanyak demand bagi akomodasi, transportasi dan UMKM yang mendukung pariwisata Bali.
Putu Astawa, menambahkan program Work from Bali adalah bagian dari tiga T yang dilaksanakan trust, trial dan traveling, dengan tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan. Jika program ini berhasil maka hal ini juga akan menjadi media promosi yang akan meningkatkan trust wisatawan asing untuk datang ke Bali”, tegasnya.*