HALAL

Peluang RI Sebagai Produsen Fesyen Modest Global Terganjal Standar Kualitas

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Di bulan Ramadan dan menyambut Idul Fitri memang tepat membahas modest fashion, gaya berbusana sederhana yang mengedepankan unsur kesopanan karena pakaian sengaja dibuat menutupi sebagian besar tubuh yang digemari wanita Muslimah dunia.

Para wanita yang menyukai tren berbusana ini bukan hanya yang berhijab saja karena pakaian  oversize berupa koleksi tunik, kaftan, bahkan maxi dress yang menarik menjadi koleksi ready to wear dari modest fashion ini digemari kaum hawa.

Itulah sebabnya Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) mendukung kegiatan yang menampilkan Irma Mutiara, Founder Islamic Fashion Institute, Indriya Rusmana, Akademisi bidang fashion serta Hanafiah, Direktur Pembiayaan Kemenparekraf/ Bekraf dalam webinar “Kuliah Umum Online Peluang Indonesia Sebagai Produsen Fesyen Modest Global

Irna Mutiara, salah satu desainer fesyen Muslim Indonesia dalam kesempatan itu mengatakan sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, market atau pasar industri fesyen modest dan Muslim Indonesia memang besar.

Peluang RI  untuk bisa jadi pemimpin produsen industri modest fesyen dunia cukup besar,  tapi sayangnya Indonesia masih belum bisa menempatkan diri sebagai pemimpin atau kiblat industri fesyen dunia seperti Paris, Milan, New York, Seoul ataupun Tokyo.

” Industri fesyen Tanah Air memang masih punya banyak PR alias pekerjaan rumah. Salah satunya indikator standarisasi internasional yang bisa menjadi acuan kualitas untuk bersaing yakni kualitas desain, dan kualitas keunggulan tekstil,” ujar Irma. 

Dunia mode Indonesia sudah saatnya memiliki  standarisasi nasional mulai dari kualitas desain, kualitas tekstil, hingga ukuran agar bisa bersaing dengan pemain luar, contohnya Turki dan India untuk industri fesyen modest.

“Kualitas desain, keunggulan tekstil, apakah ini sudah terpenuhi secara standar internasional? Nah ini yang kita masih kurang dan harus kita kejar,” ungkapnya.

Untuk tingkat nasional saja standarnya belum ada, contohnya standarisasi ukuran.” Seharusnya kita punya satu acuan, apalagi untuk ekspor kan mestinya diperketat lagi,” kata Irma Mutiara.

Selain itu, kultur industri bisnis di Indonesia cenderung membuka bisnis karena tren ikut-ikutan semata alias latah tapi tak memperhatikan standar kualitas juga jadi salah satu pekerjaan rumah yang harus dibenahi.

Pemain industri modenya banyak tapi karena standar konsumen tidak terlalu tinggi dan standar kualitasnya kurang baik maka sulit untuk bersaing sama pemain luar. 

“Kita harus lihat bagaimana Turki dan India bisa bikin produk fesyen dengan harga murah tapi kualitasnya bagus, menerapkan standar internasional,” ungkap Irma.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)