NASIONAL

Pariwisata Indonesia Belum Populer di Turki

NUSA DUA, bisniswisata.co.id: Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) dari Turki yang berwisata ke Indonesia masih rendah dibanding dengan orang Indonesia menjelajah Turki. Ini menunjukkan pariwisata Indonesia belum terlalu populer di masyarakat Turki sebagai destinasi wisata. Mereka lebih banyak berorientasi mengunjungi Eropa.

Sepanjang 2018, jumlah wisman Turki yang melancong ke Indonesia cuma 17.000 orang. Sebaliknya orang Indonesia berwisata ke Turki mencapai 120 ribu orang. Jumlah tersebut terus naik setiap tahunnya. “Dua tahun lalu, jumlahnya (masyarakat Indonesia yang pergi ke Turki) hanya 45 ribu,” ungkap Konsul Jendral (Konjen) RI Istanbul Herry Sudrajat di Nusa Dua, Bali, Kamis (18/7/2019).

Selain popularitas Indonesia masih kurang di kalangan orang Turki, juga dinilai faktor keamanan dan citra Indonesia, selama ini masih harus ditingkatkan. Termasuk di antaranya yang terkait bencana alam tsunami, gempa bumi maupun isu terorisme. “Untungnya kondisi ini diperbaiki melalui kerja sama berbagai pemangku kepentingan, sayang belum mampu mengembalikan citra Indonesia,” sambungnya.

Disisi lain, sambung dia, Faktor aksesibilitas masih menjadi tantangan. Masyarakat Turki harus transit terlebih dahulu, sehingga mereka merasa jauh dan memakan waktu lama untuk bepergian ke Indonesia. “Saya berharap, hambatan ini dapat diatasi dengan munculnya penerbangan langsung rute Istanbul-Denpasar oleh Turkish Airlines yang resmi beroperasi mulai Rabu (17/7),” ungkapnya.

Herry menyebutkan, berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisman Turki. Termasuk dengan melakukan kemitraan dalam promosi yang difasilitasi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) maupun Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

Turki merupakan potensi besar bagi industri pariwisata Indonesia. “Pendapatan per kapita masyarakat Turki sekitar 10 ribu dolar per AS, tiga kali lipat dibanding dengan Indonesia,” ucapnya seperti dilansir laman Republika.co.id.

Apabila dilihat dari kelasnya pun, sekitar 60 persen dari 80 juta warga Turki masuk dalam kalangan menengah ke atas yang dapat menjadi ceruk pasar wisata Indonesia. “Tiap musim panas, bahkan hampir 10 juta orang liburan ke luar negeri,” katanya.

Selain industri pariwisata, Herry menambahkan, penerbangan langsung Istanbul-Denpasar akan membantu dalam sektor perdagangan. Meski neraca dagang Indonesia masih mengalami surplus dengan Turki hingga 700 juta dolar AS, inovasi ini memungkinkan perjalanan kargo akan lebih mudah. Terutama untuk produk yang membutuhkan waktu cepat dalam pengantarannya, seperti seafood dan bunga.

Untuk melayani rute Istanbul-Denpasar, Turkish Airlines menjadwalkan penerbangan tiga hari setiap pekan, yakni Rabu, Jumat dan Ahad, baik dari Istanbul maupun Bali. Jadwal ini diperkirakan akan berlangsung hingga 7 Agustus. Untuk waktu berikutnya, intensitas penerbangan akan ditingkatkan menjadi setiap hari dengan jam yang sama.

Waktu keberangkatan penerbangan dengan rute Istanbul-Bali adalah pada pukul 1.30 waktu setempat, dan tiba di Bali pada pukul 19.30 WITA. Setelah mendarat di Bali, pesawat yang sama akan kembali melanjutkan ke Istanbul pada pukul 21.00 WITA dengan nomor penerbangan TK-67. Penerbangan dijadwalkan mendarat di Istanbul pada pukul 05.25 waktu setempat di hari berikutnya. (NDY)

Endy Poerwanto