YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menggandeng Komunitas Empu Gampingan mengadakan pameran seni rupa yang berlangsung 9-23 April 2022, kata Agus Sulistya, ahli madya pamong budaya di museum itu.
” Sebanyak 19 anggota komunitas yang seluruhnya wanita menggelar karyanya di Museum Benteng Vrederbug ini. Kehadiran karya-karya mereka diharapkan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke benteng ,” ungkap Agus.
Menurut dia Empu Gampingan adalah komunitas seniman wanita yang menyelenggarakan pameran mengingat museum perannya bukan hanya sebagai sumber informasi , sumber rekreasi tetapi juga menjadi pusat presentasi publik.
Kunjungan wisatawan ke museum sudah mulai mendekati normal. Selama bulan Maret pihak pengelola benteng juga mengadakan pameran dan menjaring sedikitbya 12.000 pengunjung hingga 30 Maret lalu, tambahnya
Pameran seni rupa berjudul “Wadon” memamerkan karya dari Agni Tripratiwi, Justina T.S, Ambar Kusuma Wardhani, KaNa Fuddy Prakoso, Avina Candra, Laila Tifah , Lashita Situmorang, Liesti Yanti Purnomo, Anik Indrayani, Bekti Istiwayah, Feintje Likawati, Irene Agrivina, Caroline Rika, Media Noverita, Endang Lestari,Nugra Kristi, Steph Moe, Tini Jameen dan Warsiyah.
Acara dibuka oleh seorang wanita pula yaitu sosok Dyan Anggraini Rais. Dia berharap semakin banyak kaum wanita yang mengisi ruang-ruang kreativitas karena disadari selama ini partisipasi peserta wanita memang minim.
” Memang belum banyak diisi oleh para perempuan meskipun kita sadar dengan sering berpameran maka karya-karyanya sudah mulai tercatat karena ada beberapa kawan yang memang sudah masuk dalam peta seni rupa Indonesia dan dunia,” kata Dyan Anggraini Rais.
Terkait tema “Wadon”, Dyan mengatakan bahwa perempuan memang memiliki posisi yang tinggi sebagai ibunya keturunan manusia. Dengan demikian atas kodratnya tsebagai pemangku keturunan, nilai-nilai tentang kelembutan ketulusan , pengorbanan menggambarkan perempuan tidak hanya sekedar “Wadon”.
Agus Sulistya menambahkan bahwa komunitas ini dapat terus berkolaborasi dengan museum dengan berbagai kegiatannya. Para seniman, ujarnya, sudah familiar dengan berbagai kegiatan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta .
“Pertama kali diadakan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) pada 7 July 1989 adalah di Benteng Vredeburg, jadi kalau datang ke museum seakan datang ke rumahnya sendiri,” kata Agus.
Dia berharap setelah menonton pameran para pengunjung akan merasa bersyukur tinggal di Jogja karena kota ini adalah lahan subur bagi tumbuhnya banyak komunitas ataupun kreativitas seni budaya yang tidak pernah berhenti melahirkan karya-karya kreatif.