JAKARTA, Bisniswisata.co.id: Kebakaran yang melanda Museum Bahari Jakarta, menyisahkan kepedihan yang mendalam. Betapa tidak sedih karena beberapa koleksi museum yang merupakan peninggalan sejarah ludes dilalap Si Jago Merah. Kesedian lainnya, kini wisatawan tak bisa menikmati benda-benda yang memiliki nilai sejarah masa lalu.
Tercatat ada 64 koleksi yang terbakar terdiri beberapa miniatur kapal, replika kapal nusantara, maket pulau Onrust dan Batavia, juga beberapa panel pameran, alat navigasi dan beberapa manequine dengan tokoh- tokoh kebaharian.
“Bicara kerugian jelas nilainya enggak bisa dihitung secara nominal materi, tidak bisa dinilai dengan satuan harga. Karena banyak koleksi berharga serta gedung berusia 300 tahun, tentunya tak dapat dinilai dengan rupiah,” papar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Tinia Budiati kepada Bisniswisata.co.id melalui pesan tertulis, Rabu (17/1/2018).
Dilanjutkan, bangunan museum yang terletak di kawasan Penjaringan Jakarta Utara ini, dibangun tahun 1771 sampai 1773. “Ini yang sulit kita kembalikan nilainya. Yang membuat mahal dan sulit menaksir kerugiannya adalah penggunaan bahan material yang digunakan. Belum lagi berbagai koleksi yang langka,” lontarnya dengan serius.
“Kayu kalau kita bisa dapat kayu sama besarnya, tapi kayu 300 tahun lalu gimana. Sekarang tidak banyak, terus nilai sejarah di dalam bangunan tersebut juga tak bisa dikembalikan,” ujarnya.
Diakui, Pemprov DKI Jakarta akan mengembalikan bangunan Museum Bahari seperti semula. Perbaikan akan dilakukan setelah kepolisian selesai melakukan penyelidikan akibat kebakaran. Hingga kini, masih menunggu hasil penelitian terkait koleksi museum yang terdampak kebakaran.
“Jadi langkah ke depan kita tentu akan mengembalikan lagi bentuk aslinya karena masih utuh sebagian ya. Jadi kita mengembalikan karena kita masih punya denahnya, kita akan kembalikan lagi,” ungkapnya.
Selain itu, memperbaiki sejumlah stan-stan di salam museum yang berisi sejumlah informasi. “Kemudian juga pameran yang ada disitu kita bentuk lagi. Karena sebagian besar itu miniatur-miniatur, replika, pameran-pameran yang sifatnya edukatif,” tuturnya.
Diharapkan musibah kebakaran ini dapat dijadikan pelajaran agar kedepannya pengelola dan para penjaga lebih waspada dan berhati-hati lagi. “Mudah-mudahan jadi pelajaran buat kita supaya lebih care lagi sama bangunan cagar budaya dan tentu penanganannya enggak bisa sama dengan bangunan baru,” ujarnya.
Museum Bahari yang kemarin dilalap api baru saja selesai renovasi pada November 2017 dilalap si jago merah, pada Selasa (16/01/2018). Akibatnya Gedung C di lantai 2 disebut sebagai titik terparah dari kebakaran itu. Hingga kini bekas kebakaran diberi police line untuk memudahkan penyelidikan. Tak ada korban jiwa dalam kejadian ini, karena kebakaran terjadi pagi hari. (NDIK)