MAGELANG, bisniswisata.co.id: Bisa dihitung dengan jari atau mungkin belum ada, dimana sebuah resort menghadirkan nuansa heritage, pesona alam, budaya, wisata kesehatan serta perkebunan kopi. Kombinasi yang luar biasa ini, hanya bisa ditemui di MetaStila.
Sebuah hotel dan resort berlokasi di Desa Losari Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang berada pada ketinggian 680 mdpl dan diapit tujuh gunung, yakni Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, Ungaran, Sumbing, dan Sindoro. Bekas rumah Gustav Van Derswan, warga Belanda yang dibangun pada 1928. Selain digunakan sebagai tempat tinggal juga perkebunan kopi.
“Dalam perjalanannya rumah ini dibeli Gabriella Teggia, pengusaha berkebangsaan Italia. Karena sering dikunjungi teman-temannya dari Italia, disarankan agar membangun villa apalagi memiliki panoramanya yang sangat indah. Beberapa Villa dibangin yang diberi label Losari Spa Retreat and Coffee Plantation,” papar Sales and Marketing Manager MetaStila Arif Hardiawan pada acara Media Gathering Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) dan Komunikasi Publik (Komblik) Kementrian Pariwisata Tahun 2019 di Magelang, Rabu (10/07) malam.
Saat membangun, Gabriella mempertahankan sesuai aslinya bahkan benda bersejarah peninggalan Gustav masih tetap rapi. Mulai Gramaphone, piano klasik, furniture masih original hingga kini, bahkan meja, kursi, koleksi foto, lukisan, buku hingga majalah jadul serta ornamen lainnya tetap dipertahankan.
Lebih unik lagi, pintu gerbang warna kuning gading berdiri kokoh menyapa setiap wisatawan yang datang. Pintu masuk ini merupakan stasiun Kereta Api Mayong di Jepara Jawa Tengah. Termasuk loket dan tulisan “Mayong-Losari 905 M”. Bekas bangunan stasiun ini digunakan sebagai lobi.
Jadi, lanjut dia, Bangunan ini dulu dilelang PT KAI, dibeli Gabriella. Syaratnya tak boleh diubah, baik tekstur maupun bentuknya, ini warisan budaya yang harus dipertahankan. “Ternyata hingga kini tetap menjadi heritage disini, bahkan menjadi daya tarik bagi wisatawan maupun tamu hotel karena keunikannya. Begitu juga di rumah asli yang kini menjadi Club House ternyata dekorasi bangunan, ataupun pengaturan pernak-pernik yang ada, mempunyai ciri khas yang bisa menjadi warisan budaya,” jelas Arif.
Tahun 2011, lanjut dia, resort yang berdiri di atas lahan seluas 22 hektar, dan 11 hektar di antaranya merupakan perkebunan kopi, diakuisisi oleh Sandiaga Uno dan berganti nama menjadi MetaStila hotel and resort. MesaStila, berasal kata dari bahasa Swedia yang bermakna dataran tinggi nan sunyi.
Jumlah villa pun dikembangkan semakin banyak. Tercatat hingga kini ada 22 villa dengan sekitar 120 bed. “Meski villa bertambah namun tetap mempertahankan bangunannya yang bernuansa klasik Jawa. Bergaya rumah joglo dan limas tua, sementara perkebunan kopi bersama proses penggilingan kopi tetap dipertahankan malah menjadi daya tarik wisatawan,” sambungnya.
Wisatawan yang datang terutama dari kawasan Eropa yakni Italia, Perancis, Belanda dan kini mulai datang turis Australia, Singapura dan memang masih didominasi wisatawan nusantara (wisnus), dengan presentase 60 persen dan sisanya wisman. “Kini memasuki peake seasson pada bulan Juli hingga September, karena di Eropa tengah musim liburan dan cuaca dingin sehingga ke sini,” lontarnya.
Dilanjutkan, turis yang datang ke MetaStila pasti betah karena banyak aktiftas yang masuk dalam paket liburan. Selain menikmati pemandangan yang indah, juga melihat kebun kopi. Tercatat repeate gues atau wisatawan asing yang datang kembali ke MesaStila mencapai 25 persen.
“Memang salah satu daya tarik yang kami tawarkan adalah perjalanan wisata kebun kopinya. Kami akan mengajak para wisatawan berjalan mengelilingi kebun kopi, menjelaskan perihal biji kopi yang layak untuk dipanen, proses penyemaian pupuk untuk pohon kopi, hingga penyajian kopi secara langsung,” paparnya
Di MesaStila, sambung Arif, ada empat jenis tanaman kopi, yakni Robusta, Arabica, Jawa, dan Excelsa. Namun, karena sifat tanaman dan lokasi ketinggian di MesaStila, jenis Robusta menjadi unggulan. Selain kopi dengan rasa yang khas, mereka juga disajikan penganan seperti pisang rebus, kacang rebus, ubi rebus, dan beberapa olahan hasil kebun lainnya.
Selain kopi, perkebunan MesaStila juga menanam beberapa tanaman lain, seperti durian, salak, nangka, pisang, dan beberapa rempah seperti kocombrang, jahe, dan temulawak. Juga ada sebuah bangunan yang diperuntukkan budidaya jamur merang.
Wisata lainnya yang ditawarkan belajar tentang kebudayaan Jawa, mulai menari, pencak silat dan membatik. “Wisatawan sangat antusias belajar budaya kita, dan menerapkan wisata seperti begini sangat disenangai. Karena di negaranya tidak ada,” ungkap Arif.
Selain itu, MesaStila juga mempersembahkan wisata kesehatan. Ada Nutritional excellence, yaitu menerapkan hidangan sehat tanpa mengurangi variasi menu. Para wisatawan maupun tamu disuguhi Jamu tradisional hasil perkebunan di MesaStila dan diracik oleh pedagang jamu yang ada di desa Losari.
Juga ada Physical wellbeing, merupakan penyediaan fasilitas dan aktivitas. Di antaranya ada dua tempat gym, satu sesuai standar modern, kedua dibuat di alam terbuka dengan peralatan dari batu dan kayu. Ada juga aktivitas seperti power walk, aqua fit, Yoga,
“Bahkan ada tour sepeda gunung menyusuri pedesaan, melihat Candi Umbul, treking ke Gunung Andong dan Gunung Telomoyo. Serta ada sesi Yoga yang merupakan Emotional and spiritual Awareness dengan cara merelaksasi pikiran, menikmati keindahan alam, keheningan. Dan kami menyediakan Hamam Spa dari Turki,” ucapnya. Tertarik? (endy)