Pegunungan Sumbing, Kaliangkrik, penghasil kopi Arabika. ( Foto: Satrio Purnomo)
MAGELANG, bisniswisata.vo.id: Pagi yang cerah kali ini, motor meluncur ke sebuah perkampungan bernama Kaliangkrik , tempat yang berada di lereng Gunung Sumbing tepatnya di Dusun Pengkol, Desa Ngawonggo, Kaliangkrik, Magelang.
Merasakan suasana kampung, men jelajah dusun yang asri dan mengikuti aktivitas sehari-hari warga setempat yang bertani, bercocok tanam dan memetik sayur di lereng gunung tentunya mengasyikkan dan menjadi daya tarik wisata tersendiri.
Apalagi tempat tujuan saya Java Coffee searah dengan dusun yang viral Nepal van Java. Kedai kopi unik yang saya sambangi masih sekitar 2,7 km lagi untuk mencapai dusun ala Nepal itu.
Istilah Nepal van Java karena keindahannya yang identik dengan pedesaan di Nepal, rumah-rumah penduduknya terlihat bertumpuk khas perumahan di negeri Nepal itu.
Kini dusun itu tepatnya Dusun Butuh yang terletak di lereng Gunung Sumbing menjadi sorotan wisatawan domestik dan mancanegara untuk dikunjungi. Kalau dari Yogyakarta butuh waktu 4 jam.
Nepal van Java berlokasi di Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah merupakan dusun tertinggi di Kabupaten Magelang, yaitu dengan ketinggian 1.600 mdpl.
Hari ini saya mengarahkan kendaraan ke kedai kopi Java Coffee. Akses menuju tempat ini adalah jalan Desa, akan lebih nyaman untuk datang dengan berkendara dengan sepeda Motor. Ada ruang yang cukup untuk parkir sepeda motor, sedangkan untuk tamu yang datang dengan mobil harus lebih hati hati terlebih saat berpapasan.
Bagi tamu yang datang dengan mobil, bisa memanfaatkan halaman rumah warga yang yang bisa untuk parkir 5 mobil sekaligus. Cukup Nyaman, karena disini terdapat Kamar mandi yang bersih, bahkan akan ada sensasi tersendiri ketika menyentuh segarnya air dari mata air pegunungan yang mengalir setiap detik.
Java Coffee Kaliangkrik
Seperti Namanya, java coffee memang Fokus pada industri kopi. Cukup lengkap karena ada kegiatan hulu-hilir . Konon Pak Rinto, pemilik tempat ini sengaja pulang kampung dan berusaha berkarya di tanah kelahirannya.
Dia berusaha memaksimalkan potensi daerah dengan mulai merintis usaha menanam kopi berjenis arabika Bersama para petani pada tahun 2012. Dengan ketinggian 1.200 1.500 M.dpl. menjadikan tempat ini sejuk dan cocok untuk budidaya maupun menikmati kopi.
Panen kopi pertama kali di tahun 2015, atau tiga tahun setelah tanam. Mereka fokus pada budidaya dan pengolahan paska panen dengan greenbean sebagai produk utama.
Tahun 2017, Rinto mulai kembangkan usahanya, seiring banyak pelaku kopi yang datang kerumah, akhirnya lantai atas rumah dijadikan tempat untuk menyeduh, menikmati dan diskusi tentang kopi, jadilah kebun dan kedai kopi
Keberadaan kebun kopi arabika kaliangkrik, tempat pengolahan paska panen dan kedai yang berada di tengah alam membuat kita bisa menikmati kopi sekaligus alam yang begitu asri.
Menarik, karena tempat ini jauh dari pusat kota. Namun jauhnya lokasi tak menyurutkan hasrat para pelaku maupun penikmat kopi untuk berkunjung.
Butuh upaya dan dorongan minat khusus yang kuat untuk sampai tempat ini. Namun nyatanya setiap hari ada saja orang yang datang dari berbagai daerah.
Di masa Pandemi ini yang berjalan hampir dua tahun sempat berdampak pada penjualan produk dan kunjungan. Namun perlahan tapi pasti dengan didukung kualitas produk dan konsistensi branding @kaliangkrik javacoffee tetap eksis dan diterima para pelaku maupun penikmat kopi.
Bahkan secara periodik tempat ini megadakan kegiatan “wisata edukasi kopi”. Sebuah kegiatan diskusi tentang budidaya, pengolahan paska panen sampal icip cita rasa kopi yang luar biasa nikmadnya yang menarik dan penuh kesan
Di dusun ini, pengunjung bisa melihat kebun, panen kopi, belajar pengolahan kopi secara baik hingga bisa mencicipi seduhan kopi arabika. Kopi arabika yang ada di dusun ini terbilang istimewa sekali.
Pak Rinto juga muncul menjadi sosok pegiat kopi Dusun Pengkol.Tanaman kopiTyang ditanamnya pada tahun 2012 untuk mengurangi tanaman tembakau sudah membuahkan hasil.
Saat itu, kopi yang ditanam petani berkisar 70 ribu pohon. Kemudian, sekarang yang telah berproduksi kini tersedia sekitar 25 ribu hingga 30 ribu pohon.
Menparekraf Sandiaga Uno juga pernah melihat pengolahan kopi di Dusun Pengkol Desa Ngawongo, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang bulan April 2021 lalu.
Kopi yang ditanam jenisnya Arabika karena ketinggiannya untuk jenis Arabika. Dulu desa Pengkol ini oleh warga setempat di bilang rasa rujak. Ada tanaman sayur, tembakau yang dominan, kopi dan tumbuhan lainnya.
Komoditinya yang beragam disebut rasa rujak karena kompleks ada manis, asam, kecut jadi satu kayak rujak. Ada sayuran, ada tembakau juga.
Kelompok Tani Mekar Lestari
Usaha yang dilakukan atas nama kelompok tani ini berkembang bahkan bisa menampung semua produk kopi dari petani yang tergabung dalam kelompok maupun lainnya. Kemudian, diproses dan diberi branding nama Kaliangkrik untuk dijual kepada publik.
Rinto dipercayakan mengelola tempat-tempat ini sehingga dilakukan proses bersama. ” Kami branding dengan nama Kaliangkrik untuk dijual ke publik. Dan nama kelompok taninya masih dicantumkan, Kelompok Tani Mekar Lestari,” ujar Rinto.
Untuk penjualan kopi tersebut, katanya, telah dijual di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, juga sudah masuk menuju pasar luar negeri seperti Ukraina, Mesir, Swedia, Finlandia dan Kanada.
“Kalau seluruh Indonesia, ‘kami yang belum pernah kirim cuma ke Papua’. Kalau luar negeri dibawa teman-teman itu ke Ukraina, Mesir, Swedia, Finlandia dan Kanada,” tuturnya.
Rinto menceritakan, pandemi global berdampak karena harus menyerap semua hasil panenan dari petani dan dibutuhkan modal yang banyak. Namun demikian, sekarang sudah perlahan mulai normal kembali.
Dampak pandemi sangat terasa ketika semua petani sangat mengandalkan pendapatan dari kelompok taninya. Namun sekarang sudah mulai perlahan berjalan normal lagi, ujarnya
Kelebihan lainnya, kata Rinto, kualitas kopi mulai dari petik matang, kemudian sampai pascapanen benar-benar telah berstandarisasi sehingga pihaknya bisa langsung melakukan roasting.
Selama pandemi, Kaliangkrik java coffee buka di jam 09.00 – 17.00 WIB. Sebelum pandemi bukanya jam 09.00wib sampai jam 22.00 EIB dan menu yang disediakan cukup unik, semua mengangkat kearifan lokal.
Menu utama adalah Kopi, baik diseduh secara manual berupa kopi tubruk, bisa juha dinikmati dengan campuran susu berupa Vietnam drip. Selain kopi disini menyediakan teh khas kaliangkrik yang diolah secara tradisional.
Baik Teh maupun kopi yang disuguhkan murni hasil panen di daerah ini dari para mitra petani. sebuah hal yang diharapkan mampu membantu perekonomian warga.
Jika kalian main kesini disarankan untuk membawa makanan dari rumah atau beli diperjalanan, karena tempat ini fokus pada menu kopi, makanan yang berat hanya disediakan Mie yang tentu sangat cocok dinikmati di daerah dingin