DENPASAR, bisniswisata.co.id: Potensi pariwisata di wilayah Papua mengalami perkembangan yang sangat cepat dan luar biasa. Kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara terus meningkat. Melihat potensi itu, Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sangat mendukung peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dibidang pariwisata.
“Di Papua ada pusat wisata terkenal, Raja Ampat yang begitu indah, begitu bagus, lalu bagaimana sumber daya manusia (SDM) penyedia wisatanya? Kalau masyarakat melakukan wisata itu ada berbagai keinginan, pasti. Di laut sudah jelas merupakan keindahan alam yang bagus buat yang ingin diving, tapi malam harinya harus diadakan kegiatan dalam program wisata,” ungkap Menristekdikti Mohamad Nasir saat membuka Rakerwil Pendidikan Tinggi wilayah Papua, di Kuta Bali, Rabu (8/5/2019).
Dalam keterangan tertulis, Kamis (9/5/2019), Menteri Nasir melanjutkan, agar dapat berinovasi dalam program pariwisata di Raja Ampat, diperlukan program studi yang melahirkan lulusan SDM yang berkualitas, sehingga mampu melihat potensi pariwisata di Papua.
Nasir juga menyampaikan PTS di Papua dapat belajar dan bekerja sama dengan perguruan tinggi di Bali yang sudah lama mengembangkan program studi terkait wisata. Program studi pariwisata menjadi sangat penting saat ini.
“Nah, kalau program studi parawisata itu penting, berikutnya ikutannya adalah program studi kesenian yang harus kita dorong. Yang ketiga program studi kuliner. Mungkin kedepan bisa dikembangkan kerja sama dengan institusi /pihak terkait di Bali ini,” lanjutnya.
Dalam pengembangan potensi kuliner di Papua, PTS dan pemuda di Papua belum banyak yang mengembangkan dan mengemas makanan pokok khas Papua, yaitu sagu. Padahal salah satu LPNK kita yaitu BPPT telah lama mengembangkan Teknologi Pangan untuk Pengolahan Sagu. Kedepannya bisa dikembangkan kerjasama ini, atau dioptimalkan jika sudah ada.
“Selain itu, kalau kita datang di Manokwari atau di Sorong Selatan, dimana ditempat tersebut sudah ada potensi sumber pangan sagu yang banyak. Pertanyaannya adalah apakah sumber pangan sagu hanya diolah dengan teknologi sederhana? Nah, hal hal seperti ini perlu ditingkatkan dengan teknologinya dengan menggandeng lembaga penelitian maupun perguruan tinggi di Indonesia yang mengembangkan teknologi sagu,” ungkap Nasir.
Diakui, ahwa dirinya saat ini rutin mengkonsumsi sagu setiap hari, setelah mengetahui kelebihan makanan pokok ini dibanding nasi, namun Nasir menyampaikan sagu perlu dikembangkan lagi oleh pemuda dan perguruan tinggi di Papua Barat dan Papua.
“Saya sekarang setiap hari konsumsi sagu juga. Ternyata sagu itu glutennya sangat rendah, tapi sagu yang sudah dibuat kotak-kotak yang saya masukkan air panas ke mangkuk langsung memuai. Kalau saya ke Maluku selalu beli itu. Bagaimana mengolah sagu menjadi modern, ini yang sangat penting. Tanpa pendidikan tinggi dan penguasaan teknologi pangan yang dinamis, tidak mungkin kita akan ubah ini,” ucapnya
Menristekdikti juga menyampaikan Pemerintah RI akan terus mendorong PTS di Papua untuk mengembangkan program studi dan meningkatkan akreditasinya, selama perguruan tinggi tersebut tidak bermasalah, termasuk PT tersebut harus tidak memiliki konflik antara pimpinan perguruan tinggi dengan pimpinan yayasan sebagai badan penyelenggara perguruan tinggi tersebut.
“Jangan sampai perguruan tinggi terjadi konflik antara yayasan dengan pimpinan perguruan tingginya. Kalau terjadi konflik, akan merugikan mahasiswa dan mahasiswi. Harus dijaga betul peraturan yang ditetapkan oleh yayasan dan pimpinan perguruan tinggi,” harapnya.
Sementara Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XIV (Papua dan Papua Barat) Suriel Samuel Mofu mengharapkan peserta Rakerwil Pendidikan Tinggi wilayah Papua dapat menyampaikan aspirasi dan pertanyaan langsung kepada Menristekdikti dan para Eselon Kemenristekdikti yang turut hadir.
Dalam rapat ini mendapatkan materi-materi dan rekomendasi, tapi kita juga diharapkan dapat berdiskusi aktif tentang bagaimana meningkatkan kinerja, kualitas kita sebagai salah satu unit layanan Kemenristekdikti sebagai LLDIKTI, tetapi juga mengidentifikasi bagaimana strategi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dapat meningkatkan kualitas layanan pendidikan tinggi masing-masing, jelasnya.
“Hari ini juga kita mendengar langsung para narasumber, dimana mereka adalah pimpinan-pimpinan tertinggi kita dalam Kemenristekdikti. Saya berharap pimpinan perguruan tinggi dan yayasan dapat memanfaatkan kesempatan baik ini, tidak hanya untuk mendapatkan informasi, tapi juga silahkan berinteraksi langsung dengan Bapak Menteri, Bapak Dirjen, dan.para narasumber lainnya,” ungkap Suriel.
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Papua Barat dan Papua didorong untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) terkait potensi Tanah Papua. “Potensi itu akan mensejahterakan Orang Asli Papua (OAP), apabila perguruan tingginya menyediakan program studi yang mendukung potensi tersebut,” sambungnya. (redaksibisniswisata@gmail.com)