Royale Promenade, salah satu lantai kapal yang mewah dengan jalanan boulevard di tengah kapal
SINGAPURA, bisniswisata.co.id: Kembali ke Marina Bay Cruise Center, Singapura dan menjadi repeater guest di kapal pesiar (cruise) kali ini merupakan pengalaman ketiga yang saya lakukan untuk perjalanan tiga malam empat hari.
Cruise menjadi salah satu kegiatan wisata yang semakin diminati masyarakat kelas menengah-atas Indonesia. Terbukti peningkatan permintaan perjalanan menggunakan kapal pesiar meningkat bukan hanya di Indonesia tetapi juga terjadi di kawasan Asia Tenggara.
Setelah tahun 2018 lalu menikmati dua kali perjalanan cruise dengan kapal pesiar lainnya, maka 25-28 Januari 2019 saya berkesempatan datang kembali ke Singapura untuk menikmati pelayanan cruise dengan Royal Caribbean Internasional, Kapal pesiar pemegang penghargaan kelas internasional.
Enam bulan lalu saat menghadiri jumpa pers perusahaan ini saya bertemu dengan Angie Stephen, Managing Director Asia Pacific Royal Caribbean International. Dia mengatakan bahwa dari 18 Juni 2018 hingga Juni 2019 kapal pesiarnya melayani 70 pelayaran di kawasan Asia Tenggara dengan start dari Marina Bay Cruise Center, Singapura.

Trend berlibur dengan cruise di kawasan Asia Tenggara tahun 2018 ada peningkatan 20,6 % pada jumlah penumpang, melebihi 4 juta orang. Untuk wisatawan dari Indonesia sedikitnya 1% lebih dari jumlah penduduknya sudah menikmati liburan dengan cruise.
“Saat ini di kawasan Asia ada 38 perusahaan cruise yang aktif dengan 7169 persinggahan terjadwal dan 288 kota tujuan dengan potensi 12,9 juta penumpang/ hari. Bagi Royal Caribbean sendiri penumpang dari Indonesia periose 2016-2017 ada kenaikan 25%,” kata Angie.
Perusahaannya memiliki 25 kapal termasuk yang paling besar dan revolusioner yaitu Oasis Class dan Quantum Class. Selain berlayar di Asia, Royal Caribbean juga melayani liburan ke Alaska, Eropa, Pasifik Selatan dan Karibu.
Voyager of the Seas yang saya tumpangi kali ini terdiri dari 15 decks dengan total penumpang 4269 tamu. Cruise ibarat pengalaman berlibur di hotel terapung diatas lautan samudra yang luas. Nah di atas kapal saatnya kita lebih mengenal diri sendiri maupun sang pencipta, Allah SWT yang maha besar.
Apalagi berada di atas kapal besar yang memiliki panjang 311 meter dan lebar maksimal sekitar 47,4 meter. Tinggi kapal ini mencapai 63 meter dengan berat kotornya sekitar 138 ton. Kapal milik perusahaan Royal Caribbean International yang berbasis di Amerika Serikat ini memiliki kecepatan 43,9 km/jam.
Inti kegiatan dari cruise adalah pengalaman di atas laut bukan di darat. Jadi kapal ini menghadirkan beragam fasilitas dengan keunikan atraksi-atraksi dan hiburan untuk semua usia yang eksklusif dari Royal Caribbean.

Keberangkatan
Andi S Indana, Marketing Manager PT Multi Alam Bahari Internasional, wakil pemasaran kapal pesiar itu di Indonesia, beberapa hari jelang keberangkatan saya mengingatkan untuk membaca Cruise Compass yang tersedia di kamar sebagai panduan melakukan aktivitas setiap hari di kapal.
Sejak turun dari taxi di lantai dua Marina Bay Cruice Center jam 11.30 siang waktu Singapura, saya bersama roommate Helma Sabri Nurima langsung diarahkan petugas untuk menuju counter calon penumpang untuk memperlihatkan paspor. Petugas juga mengecek reservasi online dan menukar lembaran code booking dengan kartu akses (Sea Pass Card)
untuk masuk ke kamar (Stateroom) di deck 7 dan beragam restoran serta tempat-tempat hiburan di atas kapal. Hanya hitungan 5 menit urusan di counter keberangkatan selesai dan calon penumpang di arahkan untuk duduk di area sesuai dengan warna beige di kartu boarding.
Saat duduk saya bisa mengintip body Voyager of the Seas yang besar sekali lewat jendela kaca yang lebar-lebar. Tak sampai 15 menit rombongan calon penumpang di area saya duduk diarahkan untuk malewati pemeriksaan imigrasi dan begitu keluar pintu pelabuhan langsung berjalan kaki sekitar 100 meter menaiki kapal yang sudah parkir persis di sisi terminal keberangkatan.


Paspor kemudian disimpan oleh crew kapal dan sesuai arahan langsung menuju deck 3 untuk makan siang di Sapphire Restaurant. Saat menuju restaurant itulah kami berjumpa dengan pengantin baru asal Palembang, Brian dan Ririen.
Pegawai bank Mandiri yang sedang honeymoon ini mencoba cruise dan opsi baru liburan sebagai pengantin baru di atas kapal pesiar ketimbang menikmati wisata darat yang selama ini banyak dilakukan.
Brian yang asal Semarang dan alumni Undip memulai karirnya di kota Palembang dan berjumpa dengan gadis pujaannya yang sekantor, kelahiran kota mpek-mpek itu hingga akhirnya menikah pekan lalu.
Memadu kasih, menguatkan ikatan ( bonding) memang bukan monopoli pengantin baru, tetapi juga rombongan keluarga yang datang bersama kakek nenek, anak, menantu hingga 7 cucu yang dilakukan oleh Chandra dan Nancy dari Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara.
Wanita yang terlihat jauh lebih muda dari umur 60 tahun itu pernah berjaya dengan usaha Nancy Salon di kawasan perumahan itu. Kini dia mengaku sudah pensiun dari usaha yang ditekuni karena ingin memiliki kualitas waktu dan hubungan yang erat dengan anggota keluarga bersama suaminya tercinta yang sibuk dengan usaha toko keramik.
“Liburan diatas kapal justru kita bisa kumpul, makan, menonton beragam hiburan dan aktivitas bersama dalam satu atap selama pelayaran. Kalau di darat malah terpisah karena anak, menantu dan cucu tinggalnya di rumah masing-masing,” kata Nancy.
Kemewahan kapal
Dalam perjalanan ke restoran di deck ( lantai) tiga, suasananya tidak seperti di dalam kapal. Roommate saya, tampaknya terkesima melihat interior karena kami seolah berada di hotel mewah.
Melewati deretan lift kapsul dari kaca, terlihat meja-meja dan peralatan casino, restaurant, cafe maupun bar membuat saya tertegun sejenak bersyukur, Ah nikmat mana lagi yang saya dustakan sebagai hambaMu Ya Rabb.

Tiba di Restoran Sapphire, para waiter dan assistant waiter menyambut di pintu masuk dengan sapaan dan senyum lebar. Melihat saya dan Helma mengenakan jilbab maka seperti koor paduan suara mereka serentak menyapa dengan ucapan Assalamualaikum.
Rupanya mereka adalah crew dari Indonesia yang jumlahnya mencapai ratusan orang dari berbagai daerah di tanah air seperti Jakarta, Bali, Jogjakarta dan daerah lainnya yang bekerja di beragam departemen dalam kapal.
Entah siapa yang memulai sebelum Jovita, salah satu crew restoran mengantar ke meja ada crew lainnya bernyanyi ala acapela dengan nada lagu padang pasir membuat saya langsung menggoyang-goyangkan kepala setengah berjoget.
Sambutan spontan itu membuat kami langsung akrab dan tertawa kecil sambil diantar ke meja makan dekat jendela dan bergabung dengan pengantin baru Brian dan Ririn. Ada juga pasangan suami-istri asal China yang satu meja bersama kami.
Makanan disediakan ala buffet sehingga penumpang yang baru naik kapal ini bisa berputar-putar memilih hidangan apa saja yang akan dimakan mulai dari makanan pembuka, menu utama hingga makanan penutup plus kopi.
Sambil makan mata saya mengagumi interior ruangan dengan dome dan lampu hias besar yang mewah dan luas ditopang tiang-tiang besar dengan hiasan berwarna emas. Rupanya restoran Sapphire ini bertingkat-tingkat dari lantai 3,4 dan 5.
Selama berada di atas kapal jangan khawatir kelaparan karena beragam restoran tersedia baik yang gratisan karena sudah termasuk harga paket cruise, maupun yang berbayar. Selama di kapal penumpang dijamu dengan beragam makanan vegetarian, menu Asia hingga internasional.

Berbagai pilihan untuk bersantap tersedia diatas kapal termasuk ruang makan utama dan restoran prasmanan Windjammer Cafe serta Café Promenade yang buka 24 jam dan semuanya gratis. Bosan dengan menu yang ada tersedia pilihan di restoran khusus dan berbayar.
Jika mau coba makan di restoran khusus seperti Chops Grille Steakhouse, restoran Giovanni’s Table Italia, Izumi untuk cita rasa masakan Asia, dan Johnny Rockets, tak perlu uang tunai. Cukup perlihatkan kartu akses ke segala penjuru tinggal di gesek oleh bagian kasir dan di hari terakhir perjalanan semua tagihan di kirim ke kamar dan bayar di guest service yang dipusatkan di deck lima.
Setelah check-in memang makan siang menjadi prioritas karena kamar-kamar (staterooms) baru bisa ditempati penumpang pada jam 1.30. Usai makan barulah kami mencari kamar di lantai 7, sebuah kamar dengan balkon menghadap ke laut.
Di balkon ada sepasang kursi dan meja bulat untuk duduk santai menikmati angin laut dan suara pecahan ombak saat bobot kapal membelah lautan. Saya dan Helma langsung berfoto ria. Ternyata penumpang yang sudah check-in ke atas kapal juga banyak yang melongok balkon menghadap laut.
Dari pengalaman-pengalaman sebelumnya ketika menikmati cruise, balkon menjadi tempat saya berinteraksi dengan alam, menigkatkan spiritual quotien dan melantunkan doa-doa setelah sholat tahajud dengan menengadahkan tangan ke langit sambil memandang langit berbintang.
Begitu masuk kamar, interiornya juga seperti hotel di darat saja. Kamarnya cukup luas, ada lemari besar yang di dalamnya bisa memuat koper di bagian bawah dan atasnya menjadi tempat untuk gantungan baju. Selain lemari besar juga ada meja hias dengan banyak laci-laci dan tempat TV yang memuat info acara serta memperlihatkan bagian-bagian kapal lengkap dengan keterangan posisi kapal, kecepatan dan lainnya.

Hal yang mengagumkan adalah ternyata proses produksi kapal ini dimulai pada 1997 silam. Setahun kemudian, tepatnya November 1998, kapal yang diproduksi Aker Finnyards di Turku, Finlandia, ini kemudian diluncurkan.
Nah, pada 29 Oktober 1999 kapal diserahterimakan kepada pemiliknya. Artinya selama kurun waktu 20 tahun beroperasi perawatan dan interiornya terjaga karena kesan Wah, Wow dan kemewahan lainnya tidak luntur.
Melihat kasur empuk rasanya ingin istirahat namun keinginan menjelajah isi kapal mampu melawan rasa mengantuk dan saya langsung menuju decks yang menyediakan beragam fasilitas olahraga mulai dari lantai 11 hingga 14 dan yang hit adalah flowrider, seperti berselancar air tapi bukan di pantai melainkan di atas kapal, tepatnya lantai 13.
Saat di area olahraga itulah terdengar pengumuman dan salah satu crew menghampiri kami untuk bergabung di deck 4 guna latihan menggunakan pelampung dan penyelamatan diri di laut.
Jadi sebelum kapal meninggalkan Marina Bay Cruise Center pada jam 17.00, ribuan penumpang sudah memahami apa yang harus dilakukan dan tidak mengabaikan pengumuman yang disiarkan ke seluruh kapal bahkan di dalam kamar.
Kami dikumpulkan di deck luar menghadap laut, berbaris per kelompok lantai dan setiap kartu akses di scan untuk mengecek bahwa setiap penghuni kamar sudah hadir mengikuti pertemuan besar itu sambil belajar pemakaian pelampung jika terjadi gangguan pelayaran.
Pelampung tersedia di setiap lemari di kabin ( kamar) masing-masing dan pertemuan awal ini sekaligus untuk mengenal para “ tetangga “ selama 3 malam 4 hari berada di atas kapal pesiar dalam perjalanan dari Singapura-Penang,(Malaysia)-Singapura. Lumayan pegal juga kaki ini mengikuti apel besar meski kurang dari satu jam.
Menikmati hiburan
Usai acara latihan keselamatan lebih baik menunggu parade di Royal Promenade, sebuah boulevard dengan deretan butik-butik duty-free. Para penonton berdiri di samping kiri dan kanan boulevard yang dibatasi dengan tali agar peserta parade leluasa berjalan sambil memberikan pertunjukan menarik.
Mungkin ini juga salah satu cara pengelola kapal untuk bonding karena atraksinya bisa dinikmati bersama pasangan hidup, sekeluarga besar atau bersama teman-teman satu komunitas. Sambil menunggu, salah satu crew kapal joget-joget di sepanjang jalan, meminta penonton bersemangat mengikuti gerakan-gerakannya.

Seperti halnya nonton pawai, penonton tumpah ruah di pinggir jalan menunggu kedatangan para penari. Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang, parade dari para penari tampil dengan kostum kerajaan dari cerita-cerita dongeng serta tokoh-tokoh film seperti Kungfu Panda, Madagaskar dan Putri Fiona dari film Sherk serta tokoh lainnya.
Bukan hanya anak-anak yang terhibur tapi juga semua yang hadir merasa puas. Usai nonton parade dan kapal sudah mulai berlayar, banyak kegiatan hiburan yang bisa dinikmati seperti live music di depan Cafe Promenade. Penyanyi asal Pilipina sempat menyanyikan lagu pembukaan Asian Games, Meraih Bintang oleh Via Vallen. Alhamdulilah lagu itu benar-benar mendunia.
Kembali ke kamar untuk sholat magrib, di balkon cuaca masih terang benderang. Perbedaan waktu satu jam antara Singapura dan Indonesia membuat jadwal sholat berubah. Usai maghrib saya dan Helma sibuk mempersiapkan baju untuk dinner di Sapphire restoran mulai pukul 20.00 malam.

Setekah itu kami putuskan untuk menonton Ice Skating saja, nostalgia saat kecil diajak orangtua kami menonton Ice Skating di Senayan. Kali ini pertunjukan Ice Skatingnya bukan di darat loh, tapi di atas kapal di laut lepas dimana penarinya juga datang dari berbagai negara. Program Director dari kapal ini, Michele yang berasal dari Brazil menyambut langsung dan membuka pertunjukkan.
“ Saat ini di kapal berkumpul tamu dari sedikitnya 20 negara oleh karena itu kami ingin menghibur para penumpang dengan beragam kegiatan hingga lewat tengah malam,” kata Michelle.
Ice Show yang spektakuler sejauh ini merupakan pertunjukan terbaik kapal pesiar Voyager of the Seas yang dibintangi oleh para pemain skater profesional dari seluruh dunia, masing-masing memberikan tema dan aksi lengkap dengan kostum yang memukau, membuat lompatan akrobatik, putaran, dan lift yang lebih spektakuler.
Pertunjukan Ice Skating dengan kostum dan sesi-sesi tematik sangat menarik. Namun apa daya jam juga sudah menunjukkan pukul 23.00 sehingga mata berat untuk kompromi dan saatnya kembali istirahat di kamar.
Beragam acara nonton bareng dengan layar lebar, karaoke dan acara Street party dengan DJ Bruno serta permainan Lotto, Jackpot dan casino terus berlangsung hingga jelang pagi untuk menghibur para tamu Voyager of the seas. Tak kuat begadang, kami pilih beristirahat, kembali ke kamar di deck 7. Good Night everybody…….