SOSOK

Memetik Inspirasi dari Kisah Kehidupan Jacob Ladda

ULUWATU, bisniswisata.co.id : Jacob Ladda adalah sosok inspiratif yang berhasil mengatasi berbagai kesulitan untuk menjadi seorang seniman yang sukses. Lahir dengan cerebral palsy, Jacob harus menjalani enam operasi, yang semuanya didanai oleh kakeknya. Pada usia tujuh tahun, ia akhirnya bisa berjalan untuk pertama kalinya, meski masih harus menggunakan tongkat sebagai penopang.

Kondisi keluarganya juga tidak mudah. Ayahnya terlibat dalam dunia kejahatan sebagai seorang gangster, sedangkan ibunya memiliki gangguan pendengaran dengan tingkat kemampuan dengar yang hanya mencapai 25%. Namun, ibunya selalu memotivasi Jacob dengan kalimat “Jacob, kamu bisa” yang membawanya melangkah sepanjang hidupnya.

Setelah dewasa, Jacob mengalami kecelakaan saat naik motor yang ditabrak oleh seorang wanita yang melanggar lampu merah. Ia bahkan terlindas mobil, dan mengalami rahang patah serta dengkul rusak.

Namun dicurigai karena ketidaksenjangan rasial yang masih kerap terjadi disana, Jacob malah ditahan di penjara dan bukan secara langsung dibawa ke rumah sakit sebagaimana mestinya. 

Walaupun cedera, akan tetapi ia masih bisa berjalan dengan menggunakan tongkat. Karena biaya operasi di Amerika sangatlah mahal, akhirnya Jacob memutuskan untuk pergi ke Thailand untuk menjalani operasi.

Setelah berhasil menggalang dana dengan menjual lukisan-lukisannya dengan akumulasi sebesar $9000 USD, Jacob memutuskan untuk pergi ke Thailand untuk melakukan operasi.

Kebetulan, Jacob tiba di Thailand sebulan setelah kematian Raja Bhumibol Adulyadej pada 13 Oktober 2016. Saat itu, Jacob melihat foto Raja Bhumibol di kamar hotelnya dan terinspirasi untuk membuat sebuah lukisan yang diambil dari foto tersebut.

Jacob Ladda melukis potret Raja Bhumibol Abdulyadej

Meskipun belum bisa berbicara karena kondisinya setelah operasi, Jacob duduk di pinggir jalan depan hotel tempat ia menginap sambil melukis potret Sang Raja. Banyak orang yang melihatnya dan tergerak dengan lukisan yang dibuatnya.

Mereka bahkan menangis dan membagikan cerita mereka tentang Raja Bhumibol kepada Jacob. Setelah itu, Jacob membawa lukisannya ke beberapa tempat di Thailand seperti Chiang Mai dan Pai, sambil menyelesaikan lukisan tersebut.

Namun, keadaan menjadi semakin sulit ketika uangnya habis dan ia tidak dapat membeli obat sampai-sampai Ia harus menggunakan air garam sebagai obat kumur untuk membantu mengobati sakit pasca operasinya. Disaat yang sama, seorang teman menceritakan Jacob tentang sebuah Kuil Sikh di Malaysia yang menerima siapapun untuk tinggal secara gratis disana.

Bermodalkan cerita dan sebuah nama, Ia pun naik bus ke Kuala Lipis, Malaysia dan mendatangi Kuil Sikh yang diceritakan temannya dan bertemu dengan Gerry, salah seorang petinggi di Kuil tersebut yang ternyata juga memiliki kebun sawit dan memberinya tempat tinggal.

Disana, Jacob dikenalkan oleh Gerry kepada penduduk-penduduk lokal disana. Diantaranya adalah sebuah keluarga pebisnis Tionghoa yang menawarkan Jacob untuk melukis di restoran milik mereka.

Setelah masa pemulihan selama dua bulan, Jacob melanjutkan perjalanan ke Kamboja sambil menggambar objek-objek wisata disana, salah satunya adalah Angkor Wat dan di sana ia bertemu dengan beberapa orang Cina yang mengajaknya jalan-jalan.

Setelah berbagai pengalaman di Thailand, Malaysia, dan Kamboja, Jacob kembali ke Amerika dan membuka sebuah studio tato. Ia juga mendukung gerakan Black Lives Matter (BLM) dan melakukan aksi protes.

Namun, takdir berkata lain ketika Jacob mengalami masa-masa sulit dan harus menjadi tunawisma setelah diusir oleh keluarga mafia Bangladesh. Ia kemudian pergi dari Minneapolis menuju Los Angeles dan akhirnya kembali ke Thailand.

Disana, Jacob kembali membuka studio tato di Thailand bersama keluarga lokal sambil mempelajari seni tato tradisional Thailand atau disebut juga sebagai ‘Sak Yant’. Akibat satu dan lain hal, ia pindah ke Kuala Lumpur dan tinggal di sebuah rooftop, di mana ia membuat lukisan seekor harimau yang menggambarkan kekuatan dan ketahanan hidup.

Ketika sedang membuat lukisan tersebut, Jacob tanpa sengaja bertemu dengan seorang warga Amerika yang datang ke rooftop untuk merokok dan terkagum saat melihat lukisan Jacob. Kebetulan, orang tersebut memiliki villa di Bali dan mengajak Jacob untuk melukis di villa miliknya yang bernama Sweet Escape Villa. 

Disana, ia bertemu dan mempertemukan banyak orang yang salah satunya membuka kesempatan bagi Jacob untuk menjadi manajer villa di Woodstock Gili. Namun, pembatasan perjalanan akibat pandemi COVID-19 terjadi saat Jacob sedang menyelesaikan sebuah urusan di Denpasar, Bali.

Hal itu membuat Jacob terjebak di Bali dan tidak bisa kembali ke Gili. Ia harus menunggu tanpa kepastian selama beberapa minggu di Padangbai sampai akhirnya mendapatkan pesan dari Pink Coco Villa, Uluwatu yang menawarkannya pekerjaan untuk melukis. Jacob pun tinggal di Uluwatu dan terus berkarya dengan membuat lukisan untuk berbagai kafe dan villa di Bali.

Tak hanya fokus pada karir seninya, Jacob juga ingin memberikan pengaruh positif pada masyarakat lokal. Saat ini ia sedang mempersiapkan untuk membuka sebuah art engineering school for young entrepreneurs yang dinamakan ‘Neighbours Life School’. Sekolah ini dibangun dengan kerja sama dengan keluarga lokal, pecalang (polisi adat) dan menerima donasi dari perusahaan di Tulsa, Oklahoma.

Jacob terlibat langsung dalam pengajaran dan menjadi direktur di sekolah tersebut. Ia juga akan membuka program mentoring untuk para siswa dan berencana untuk membuka sekolah ini beberapa bulan setelah artikel ini ditulis. Dengan sekolah ini, Jacob berharap bisa membantu para pemuda lokal untuk mengembangkan kreativitas mereka dan memperoleh keterampilan baru yang dapat membantu mereka di masa depan.

Saat ditanya mengenai kutipan untuk pembaca, Jacob berkata; “Kita harus menciptakan apa yang ingin kita lihat di dunia. Kesempurnaan adalah ilusi, selama kita berjuang untuk kemajuan bukannya kesempurnaan, disitu kita akan benar-benar tumbuh.”

Dalam perjalanannya, Jacob Ladda telah membuktikan bahwa ketahanan hidup dan tekad yang kuat dapat membawa seseorang mencapai impian mereka. Melalui seninya dan upayanya membantu masyarakat lokal, ia membuktikan bahwa kehidupan yang sulit tidak selalu menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan.

Justin Sabrinsky

Co-Founder & Creative Director of EXPLORE! e-Magazine by bisniswisata.co.id