ENTREPRENEUR EVENT HALAL INTERNATIONAL LIFESTYLE NEWS

Membuka Peluang Masa Depan Melalui Inovasi di Sektor Halal dan Digital

PADANG, bisniswisata.co.id: Bertekad menjadi negara dengan populasi muslim terbesar yang menjadi produsen utama dan inovator produk Halal di berbagai bidang menjadi kesimpulan hasil dari International Ranah Minang Halal Lifestyle Festival
( IRMHLF) 2025 yang menjadi panggung global diplomasi Halal Sumatra Barat maupun Indonesia seutuhnya.

Selama 3-4 Mei 2025, Kampus Universitas Baiturrahmah, Padang, menjadi pusat pembahasan Halal Lifestyle atau gaya hidup halal melibatkan 7 Dubes dari negara-negara Organisasi Kerjasama Islam ( OKI), akademisi internasional dari Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Korea Selatan. Hadir pula 7 Wakil Menteri di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menggelar Wamen Club Talk.

Hebatnya lagi meski pembahasan dalam presentasi para nara sumber di International Ranah Minang Halal Lifestyle Festival (IRMHLF) 2025 itu melahirkan hal-hal yang penting bagi Sumatra Barat dan bagi bangsa ini maupun kepentingan negara-negara anggota OKI. Pesertanya setia mengikuti acara dari jam 9.00 pagi hingga pukul 16.00 sore dan menikmati keindahan ruangan konfrensi dan lingkungan kampus yang penuh dengan ornamen cantik bak istana raja-raja.

Ya betul, kampus rasa istana bisa dinikmati para peserta, mulai dari mesjid besar dengan lampu-lampu kristal mewah bernama Masjid Baiturrahmah di bagian depan menghadap Jl. By Pass, Aie Pacah, Kec. Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat 25586.

Masih di bagian depan ada Rumah Gadang Baiturrahmah tempat menjamu delegasi dengan gala dinner serta tempat menikmati budaya serta musik Talempong dan peragaan busana haute couture karya para desainer Sumbar.

Mesjid besar, rumah gadang letaknya berdekatan dalam satu area komplek kampus dengan ruang konfrensi yang mewah dilengkapi kursi-kursi kerajaan pula membuat para undangan tersanjung.

Moderator dari kegiatan ini, Gunawan Yasni, praktisi Ekonomi Syariah yang juga pengajar di berbagai institusi keuangan syariah memulai acaranya dengan santai dan berpantun serta meminta peserta dalam dan luar negri menyemangatinya dengan meneriakkan kata-kata “Cakep”.

Sudah tertata rendang dan nasi dimasak.
Setelah habis semuanya dibayar.
Sudah ada halal kuliner di benak.
Ayuk dicoba halal lifestyle yang anyar.

Di dalam kapal badan tak enak.
Barulah fajar pulang berlayar.
Biaya dan utang beranak pinak.
Ayuk dicoba keuangan syariah yang bayar.

randang & rice have been cooked & arranged.
When has been consumed all are paid.
Halal culinary is in the mind.
Let’s try halal lifestyle which is kind.

The body is not well during the sailing.
In the dawn return from sailing.
Expenses & debts all over the place.
Let’s try to have sharia finance in place.

Tak heran sebelum moderator Gunawan Yasni memainkan perannya memandu acara, Dubes UAE, Abdulla Salem Al Dhaheri mewakili perwakilan Dubes dari negara-negara OKI mengatakan tak menyangka Halal Lifestyle Festival di Sumbar ini memiliki inisiatif membahas masalah halal secara menyeluruh terutama di era tekhnologi AI.

Acara ini juga dapat menjadi ajang bagi para pelaku industri halal untuk saling bertemu dan berdiskusi guna menggagas kolaborasi untuk menghasilkan strategi inovatif bagi pengembangan Industri Halal dunia meskipun disuarakan dari Sumbar.

“Halal lifestyle itu bukan slogan atau label tapi merupakan kebanggaan dan warisan budaya Islam yang tertuang dalam Al-quran dan dengan permintaan yang tinggi kita harus memperluas dengan memanfaatkan tekhnologi digital yang akan kita bahas bersama ini,” kata Dubes UAE, Abdulla Salem Al Dhaheri.

Halal industry, kata Abdulla, mencakup Keuangan Syariah, Makanan & Minuman ( Food & Beverage), Modest Fashion, Halal Tourism, Farmasi, Cosmetics, Media & Recreation. Masalah regulasi, sertifikasi, standarisasi akan menjadi sorotan untuk mendorong industri ini dengan memanfaatkan tekhnologi digital.

“ Saya percaya, inisiatif Indonesia Halal Life Style ( IHLC) dan Universitas Baiturrahmah
( Unbrah) Padang, akan memperbaiki ekosistem halal industry apalagi negara-negara OKI belum sepenuhnya menjadi produsen maupun eksportir halal produk,”

Dubes UAE, Abdulla Salem Al Dhaheri dalam kesempatan itu optimistis hasil dari kegiatan International Ranah Minang Halal Lifestyle Festival ( IRMHLF) 2025 dan memproyeksi keuangan syariah, modest fashion dan implementasi halal tourism bisa mempercepat dan menjadi motor penggerak kolaborasi diantara negara OKI setelah event ini.

Tiga Isu Utama dalam Produk Halal: Pengolahan, Bahan Baku, Autentikasi

Pidato Utama oleh Assoc. Prof. Dr. Winai Dahlan, Pendiri Pusat Sains Halal – Universitas Chulalongkorn, Thailand “Inovasi Digital untuk Keunggulan Halal: Memberdayakan Dapur Halal Global”

Pengalaman Thailand dalam Pengembangan Halal Sci-DigiTech untuk Mendukung Ekonomi Halal dikupasnya dengan gamblang termasuk dukungan pemerintah Thailand terhadap industri halal, kata cucu pendiri Muhammadiyah di Indonesia ini yang menhadi warga Thailand.

Kalau pemerintah pusat maupun daerah di Indonesia masih mempermasalahkan definisi halal tourism, halal industri maka di Thailand, negara dengan populasi muslim yang hanya 7% itu sudah sangat maju mengembangkan semua sektor halal.

Hal ini didasari riset, fakta dan kesadaran bahwa konsumen Muslim semakin memprioritaskan kualitas dan keamanan produk sedangkan harga yang kompetitif tetap menjadi perhatian utama, penerapan Sci-DigiTech di sektor halal di negara itu untuk memperkuat kepercayaan dan keyakinan konsumen terus berkembang.

Thailand dengan populasi Muslim yang kecil (7%) merupakan salah satu pengekspor makanan halal terkemuka di dunia. Selama dua dekade terakhir, pemerintah Thailand telah mengeluarkan empat resolusi kabinet yang menugaskan Pusat Sains Halal di Universitas Chulalongkorn (HSC) untuk memajukan Sci-DigiTech halal guna mendukung sertifikasi halal nasional.

HSC telah menetapkan teknik ilmiah laboratorium forensik halal yang menganalisis produk lebih dari 197.000 sampel dan membuat basis data referensi kimia:

HSC juga telah mengembangkan HAL-Q, sistem manajemen mutu makanan halal, yang diterapkan di 1.172 pabrik makanan, yang mencakup 159.466 karyawan. Selain itu, pusat halal ini telah mengembangkan dua jenis sistem AI: implementasi dengan bantuan manusia dan kecerdasan buatan berbasis mesin.

Inovasi ini telah menghasilkan pengembangan NFTS dan aplikasi terdesentralisasi (DApps) yang mendukung sistem blockchain halal dalam operasi industri. Konsumen kini dapat memverifikasi keamanan produk melalui aplikasi seluler Halal Route, yang dirancang khusus untuk wisatawan.

Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk melacak proses produksi dengan mudah melalui ponsel pintar mereka tanpa biaya, meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk halal sekaligus mendukung pariwisata halal di negara tersebut.

Sementara itu Prof. Irwandi Jaswir, M.Si., Ph.D, Koordinator Penelitian, Pusat Penelitian Industri Halal, di Universitas Islam Internasional Malaysia (IIUM) dalam sambutannya membahas soal Memajukan Riset dan Inovasi Berbasis Halal

Tiga tantangan utama dalam industri halal yang memerlukan pertimbangan cermat adalah bahan baku, metode pemrosesan, dan teknik analisis. Dalam kerangka Islam, banyak masalah muncul dalam industri halal, yang mencakup kategorisasi produk sebagai produk hewani atau nabati, metode yang digunakan dalam pemrosesan, komposisi bahan tambahan, pengemasan, distribusi, dan penjualan.

Irwandi juga menekankan bahwa halal mencakup kualitas tidak hanya dari sudut pandang Syariah, tetapi juga dari sudut pandang bisnis dan ekonomi. Oleh karena itu, pembahasan tentang produk halal tidak terbatas pada komunitas Muslim.

Di Malaysia, penelitian dan pengembangan autentikasi halal untuk pangan dan farmasi menggunakan a.l:
Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier (FTIR), Teknologi Hidung Elektronik (E-nose), Differential Scanning Calorimetry (DSC) , Teknik Biologi Molekuler (DNA, ELISA), Kromatografi (misalnya GC-FID, GC-TOF-MS,
(HPLC, GCMS), dll.

Untuk menghadapi tantangan, Irwandi mengatakan bahwa tantangan dalam Kepatuhan terhadap persyaratan halal dan mutu harus memenuhi persyaratan halal, sehingga otoritas Halal perlu memiliki sistem audit/monitoring yang lebih ketat.

“Diperlukan metode ilmiah mutakhir yang andal untuk analisis komponen non-halal (misalnya asal babi, alkohol) dalam produk selain juga teknik analisis menjadi tantangan utama untuk autentikasi produk,” tambahnya.

Fateh Ali, seorang, Inovator, penemu & pendiri SmartDeen ( kiri) dan Dubes UAE, Abdulla Salem Al Dhaheri mewakili perwakilan Dubes dari negara-negara OKI.

Aplikasi Tekhnologi Digital

Pembicara kunci lainnya, Fateh Ali, seorang
Inovator, penemu & pendiri SmartDeen
yang juga seorang eksekutif ahli Al dan pemimpin visioner teknologi yang tiga kali mendirikan perusahaan rintisan berbasis di Singapura mengatakan masa depan Kecerdasan Buatan ( AI) dapat dibentuk oleh etika Islam.

“1.400 tahun yang lalu, Islam meletakkan prinsip-prinsip keadilan, privasi data (ghibah), dan kewajaran. Kini, Silicon Valley tengah berupaya menuangkannya ke dalam kode Al.” kata Fateh Ali tenang tapi membuat audiense terkejut.

Menurut dia, Muslim sudah memiliki kompas
Al yang menggantikan pekerjaan, Al membantu memberi makan 1 miliar orang secara etis dan Al tidak akan datang tapi dia sudah ada di sini bersama kita

Mengapa hal Ini penting? Karena dunia Muslim masih muda, dinamis, dan digital. Sebanyak
67% pemuda Muslim menggunakan platform digital setiap hari – tetapi berapa banyak yang membentuknya? Dunia tidak membutuhkan lebih banyak teknologi.

“Hal yang dibutuhkan adalah teknologi moral. Dan siapa yang lebih baik untuk memimpin itu? karena 1 dari 4 orang di bumi adalah Muslim dan 1 dari 3 pemuda di dunia adalah Muslim,” tegas Fateh Ali.

Perekonomian dunia diperkirakan mencapai US$7 triliun pada tahun 2030 dan Al dapat memperdalam kesenjangan atau membuka era keemasan pemberdayaan.

Pasar halal global sedang berkembang pesat, mulai dari keuangan, makanan, hingga mode. Tetapi sayangnya, sistem AI tidak dibangun dengan mempertimbangkan nilai-nilai kita.

“Fintech halal sedang berkembang, tetapi di mana perangkat AI bersertifikat halal? Sebagian besar kumpulan data berpusat di Barat. Model bisnis kita Islami, tetapi tumpukan teknologi kita tidak. Itulah celahnya. Bukan hanya desain yang berbasis teknologi, tetapi juga desain yang disengaja dan bernilai,” ungkap Fateh Ali.

Peluang triliunan dolar berikutnya terletak di persimpangan nilai-nilai Islam dan etika Al
Tantangan misalnya:
• Kita tidak terlambat menuju masa depan atau kita tiba lebih awal menuju masa depan kita sendiri.
• Kita tidak perlu menunggu izin dari Silicon Valley. Kita hanya perlu bersatu dengan tujuan dan dunia Muslim memiliki kompas moral yang sangat dibutuhkan dunia

Visi ke depan bukan fiksi ilmiah. Ini Islam dan
skenario futuristik penggunaan Al dalam Islam adalah inovasi, jangan terlambat!. Bayangkan Siri – tetapi dengan Adab. Bayangkan ChatGPT – tetapi dilatih berdasarkan Al-Quran, dan Hadits. Bayangkan teknologi yang tidak hanya melayani kita – tetapi juga mengangkat jiwa kita.

Al adalah penemuan terakhir manusia
pertanyaan yang kuat, Apa yang akan Anda bangun? Apa yang akan Anda danai? Apa yang akan Anda ajarkan kepada anak-anak Anda?

Kita terus mengatakan ‘dunia Muslim’ seolah-olah itu adalah satu pasar. Namun, itu tidak benar. Itu adalah tiga pasar: Sejujurnya, kita adalah…. Satu Secara Spiritual. Sebagai pasar, ada TIGA segmen.

Jangan hanya berpikir Umat, tapi pikirkan Umat berpenghasilan tinggi, Di situlah peluangnya berada dan berpenghasilan menengah serta yang kurang terlayani
Ini bukan ekonomi satu umat, melainkan tiga. Nilai yang sama, kebutuhan yang berbeda

Segmen Muslim1, populasinya 300 juta, ukuran ekonominya US$ 2,8 triliun, kebutuhannya premium dan paham tekhnologi → Ingin Premium – Fintech mewah, teknologi kesehatan

Segmen Muslim 2, populasinya 800 juta, ukuran ekonominya US$ 3,5 triliun, kebutuhannya sudah sadar nilai dan mengutamakan perangkat selular→ Ingin Nilai – Mode halal yang dapat diskalakan, chatbot Al, Perjalanan halal

Segmen Muslim 3, populasinya 900 juta, ukuran ekonominya US$ 700 miliar→ Ingin Akses – Aplikasi Al-Qur’an suara, bot bahasa lokal, teknologi zakat.

Al adalah penemuan terakhir manusia
Pertanyaan yang kuat adalah apa yang akan Anda bangun? Apa yang akan Anda danai? Apa yang akan Anda ajarkan kepada anak-anak Anda? Mari kita manfaatkan peluang besar ini dalam ekonomi triliunan dolar yang tumbuh paling cepat di hadapan kita

Membangun untuk Ummat , Wa qul Rabbi zidni ‘ilma, Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku, dan berilah aku karunia untuk dapat memahaminya, kata Fateh Ali mengakhiri presentasinya diikuti tepukan tangan dan kekaguman kolaborasi Halal Lifestyle dan tekhnologi. Allahu Akbar !.

Hidup Bermakna

Bayangkan teknologi yang tidak hanya melayani kita – tetapi juga mengangkat jiwa kita, ungpap Fateh Ali saat menutup presentasinya.

Selama beberapa dekade, teknologi terobsesi dengan produktivitas, keuntungan, dan kesenangan. Namun, bagaimana jika batas berikutnya bukan hanya teknologi yang lebih cerdas… melainkan teknologi yang lebih bijak? Teknologi yang mengingatkan Anda untuk berhenti sejenak. Bercermin, berdoa terhubung kembali dengan tujuan Anda.

Di SmartDeen, itulah yang sedang kami bangun – perangkat layar sentuh bertenaga AI yang mendukung kesejahteraan spiritual yang didukung oleh desain, keyakinan, dan kecerdasan. Tidak hanya untuk membuat hidup lebih mudah. ​​Namun, untuk membuat hidup lebih bermakna.

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)