Manulife Indonesia juga mengadakan pertemuan secara virtual dengan para nasabah dan mendengarkan keluhan-keluhan mereka untuk menjadikan layanan Perusahaan semakin hari semakin baik ke depannya.
“Manulife Indonesia akan terus membantu masyarakat membuat keputusan lebih mudah serta hidup lebih baik. Untuk itu Manulife Indonesia melihat kembali layanan-layanan yang diberikan kemudian memperbaruinya dengan lebih optimal memanfaatkan teknologi sehingga nasabah dan agen menjadi lebih mudah mencerna dan memahami,” ujar President Direktur dan CEO Manulife Indonesia, Ryan Charland
Hasil survei manulife Asia Care yang menunjukkan sejak pandemic, sebagian 65 persen kebiasaan masyarakat beralih dari belanja secara offline ke online, dan menggunakan layanan online seperti pembayaran, belanja dan pengiriman makanan 71 persen.
COVID-19 telah mempercepat tren yang sudah ada terutama digitalisasi dalam gaya hidup. Oleh sebab itu, insurtech (insurance technology) bisa menjadi salah satu yang dimanfaatkan untuk peningkatkan inklusi dan bisnis asuransi.
Upaya Manulife Indonesia untuk memberikan layanan yang lebih optimal terutama di era pandemi, misalnya. perusahaan memaksimalkan langkah-langkah efektif yang sudah ada,
Seperti memanfaatkan layanan non face to face untuk nasabah, memperluas aplikasi digital untuk nasabah untuk memudahkan mereka dalam mengakses layanan kami, seperti submit klaim, cek polis melalui MiAccount.
Terakhir bekerjasama dengan platform untuk memperluas jangkauan nasabah seperti dengan Halodoc. Nasabah korporasi Manulife dapat memanfaatkan layanan ini untuk cek kondisi kesehatan mereka di aplikasi tersebut.
Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) 2019 yang dilakukan OJK menunjukkan, inklusi perasuransian sebesar 6,18 persen, jauh di bawah perbankan yang mencapai 73,88 persen. Inklusi asuransi yang rendah menunjukkan ruang untuk industri ini berkembang masih sangat besar.
Karena itu, Manulife Indonesia berharap lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang mulai sadar akan pentingnya asuransi.