JAKARTA, bisniswisata.co.id: Wisatawan mancanegara kunjungi Bali semakin meningkat. Dan untuk mempermudah perjalanan wisatawan, Pulau Dewata akan memiliki moda transportasi kereta cepat ringan (Light Rapid Transit/LRT), yang rencana dibangun dalam tempo 1,5 hingga 2 tahun ke depan.
Pembangunan proyek melibatkan investor asal Korea Selatan (Korsel): Korea Rail Network Authority (KRNA) dan organisasi Korea Overseas Infrastructure & Urban Development Corporation (KIND). Kepastian diberikan setelah proyek PT Nindya Karya (Persero) dan kedua perusahaan asal Negeri Ginseng menandatangani nota kesepahaman pembangunan proyek itu, Selasa (21/1).
Proyek yang menelan US$400 juta atau hampir Rp5 triliun tersebut akan dikerjakan seruas dengan jalan dari Kuta menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai sepanjang 4,75 kilometer (Km). Selain ketiga instansi, proyek ini juga merupakan hasil kerja sama dengan PT Angkasa Pura I (AP I).
“Kami buat LRT di bawah tanah (underground), Angkasa Pura mintanya jadi sentral, jemput semua penumpang untuk mengurangi overcrowded atau kemacetan,” jelas Direktur Utama PT Nindya Karya (Persero) Haedar A Karim dalam keterangan resminya, Rabu (22/01/2020).
LRT diharapkan menjadi transportasi tunggal yang mengantar penumpang ke bandara Gusti Ngurah Rai. Nantinya, dua stasiun akan dikerjakan dengan model kerja sama secara bisnis.
Untuk diketahui, penandatanganan MoU ini adalah realisasi dari nota kesepahaman yang dijajaki oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal dan KIND pada September 2019 lalu.
Deputi Kepala BKPM Ikmal Lukman mengatakan bahwa proyek LRT ini adalah satu dari banyak proyek yang akan ditawarkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) ke depannya.
Sebagai fasilitator, BKPM menargetkan realisasi investasi berkaitan dengan infrastruktur. “Ke depan kami (BKPM) akan kawal, izin, lokasi, verifikasi nanti perannya BKPM,” kata Ikmal. (redaksibisniswisata@gmail.com)