KAMPAR RIAU, bisniswisata.co.id: Hari Raya Enam atau Lebaran Enam dirayakan turun-temurun oleh masyarakat yang hidup di tepi Sungai Kampar, Bangkinang, Riau. Tradisi ini dilakukan untuk menyambut Hari Raya Idu Fitri dan telah menjadi warisan tuntunan sejak ratusan tahun lalu.
Bukan sekadar melaksanakan shalat Ied dan salam-salaman, warga desa yang mayoritas berumpun Melayu itu mengadakan beragam kegiatan lanjutan sesuai tradisi desanya. Disebut dengan enam karena sebelum itu sebagian masyarakat menjalankan puasa sunnah Syawal selama enam hari berturut-turut usai Ramadan.
Hari Raya Enam ini dimulai ziarah kubur atau Aghi Ghayo Zorah atau Hari Raya Ziarah. Hampir setiap dusun ataupun desa di Bangkinang melakukannya secara turun temurun, dengan berziarah secara berkelompok yang jumlahnya mencapai ratusan orang. Tak hanya ziarah, tradisi di kuburan ini juga menjadi ajang silaturahmi. Warga yang merantau dan jarang bertemu setiap tahun, di sinilah bertemu dan saling berjabat tangan.
Selain itu, Beberapa desa, misalnya, akan menggelar menjalang-jalang adalah kegiatan kumpul warga yang dilakukan di rumah tokoh-tokoh adat. Dalam acara itu, dihelat ritual makan bersama. Mereka juga saling mendoakan doa-doa keselamatan untuk kerabat.
Selain menjalang-jalang, tradisi yang dirayakan hampir di semua desa adalah bazar kuliner. Sejumlah makanan khas berkuah asam, jajanan pasar, dan makanan khas tradisional tempo dulu yang sudah jarang ditemukan akan digelar di sepanjang jalan perkampungan.
“Semua desa di Kabupaten Kampar memiliki tradisi merayakan Lebaran Enam dengan kekhasannya masing-masing. Ternyata tuntunan warisan budaya turun temurun ini menjadi daya tarik wisatawan, turis asal Negeri Serumpun yang berminat,” kata Kepala Dinas Provinsi Riau Fahmizal seperti dilansir laman Tempo, Senin (11/06/2018).
Dilanjutkan, ketertarikan wisatawan Malaysia kemukinan karena banyak warga kampar yang merantau dan menetap di Negeri Jiran, sehingga saat Mudik Lebaran mereka pulang kampung untuk bertemu keluarga, bersilahturahmi dan menyaksikan adat istiahat Lebaran Enam yang selalu dirindukan setiap tahunnya.
Memang, sambung dia, lebaran Enam ini terbuka bagi wisatawan lokal, nasional maupun internasional. Bahkan, setiap tahun, pergerakan pelancong di acara tahunan itu mencapai 8.000 orang. Menariknya, wisatawan bisa dapat turut merasakan langsung ritual yang dilakukan. Misalnya silaturahmi dan berkumpul bersama tokoh-tokoh adat. “Pasar utamanya masih Malaysia,” jelasnya.
Selain itu, faktor kedekatan geografis membuat wisatawan asal negeri jiran itu tertarik datang ke Riau, khususnya saat Lebaran. “Jaraknya hanya 39 kilometer kalau diukur antara Riau dan Malaysia,” ujarnya.
Lebaran Enam akan berlangsung selama sehari. Tepatnya saat Hari Raya Idul Fitri. Bila ingin berkunjung ke sana, wisatawan diperkenankan langsung datang mengunjungi desa-desa di sepanjang Kabupaten Kampar. “Bisa juga melalui agen travel karena sudah banyak yang membuka paket wisata ini,” ujarnya. (NDY)