JAKARTA, bisniswisata.co.id: Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB), komunitas perempuan pegiat kebaya aktif mengkampanyekan gerakan Selasa Berkebaya dengan #SelasaBerkebaya. Pada Selasa (02/07/2019) aksi gerakan dilakukan di Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Mereka mengenakan kebaya yang warna-warni, berkacama hitam, membawa payung untuk menangkap sinar matahari serta membawa pamflet kecil intinya Membudayakan Selasa Berkebaya.
Dengan membawa kertas bertuliskan “Cantik berkebaya”, “Mencintai Indonesia dengan berkebaya”, “Yuk berkebaya”. Gerakan ini sebagai upaya mengembalikan jati diri dan identitas wanita Indonesia. Juga menggerakan sekaligus mengajak perempuan milenial, anak-anak muda agar mengenal kebaya lebih mendalam, juga tetap menjaga kelestarian busana kebaya.
Pendiri KPB Rahmi Hidayati menelaskan berbagai organisasi atau komunitas perempuan yang concern dengan pelestarian budaya juga diajak untuk terlibat, termasuk Kridha Dhari yang baru saja terbentuk beberapa waktu lalu.
“Dengan gerakan ini, diharapkan dapat mengajak para ibu, karyawati, mahasiswi, maupun ibu rumah tangga yang akan berkegiatan di hari selasa dengan menggunakan kebaya dengan berbagai macam kombinasi saat ini sehingga terlihat anggun dan menawan tetapi simpel,” sambung Rahmi.
Sebelumnya perempuan berbudaya ini juga melakukan aksi gerakan serupa dengan mencanangkan gerakan Selasa Berkebaya di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Selasa (25/6) lalu. Kehadiran wanita cantik ini mendapat perhatian dari pengguna MRT, yang diharapkan juga mengenakan kebaya setiap Selasa.
Sejumlah perempuan ini datang mengenakan kebaya dengan gaya masing-masing. Ada yang mengenakan kutubaru, ada yang mengenakan kebaya encim, hingga kebaya berbahan brokat. Ada yang mengenakan bawahan kain batik, ada yang mengenakan kain pendek dipadu dengan sneakers, ada pula yang mengenakan celana.Mereka berfoto dengan latar belakang tugas Monas.
Rahmi Hidayati mengatakan, gerakan ini digagas untuk membiasakan perempuan mengenakan kebaya. “Kami nyebarin gerakan ini mengingat ini pakaian nasional kita,” kata Rahmi.
Dilanjutkan, kebaya adalah pakaian yang menyatukan perempuan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kebaya bisa disesuaikan dengan gaya masing-masing dan tetap terlihat elegan. “Bagus kok pakaian ini, kenapa kita enggak pakai? Yang Islam kebaya bisa tangan panjang dan tetep cakep, Indonesia banget,” ujarnya.
Di Jakarta, perempuan bisa mengenakan kebaya untuk bekerja sehari-hari seperti dirinya. Jika tidak, kebaya bisa dikenakan di akhir pekan di acara santai. “Pakailah ketika kita sempat, misalnya Sabtu-Minggu ke mal, jalan-jalan atau reunian. Pakai saja kebaya jadi enggak harus sehari-hari,” sarannya.
Komunitas Kridha Dhari ini, berdiri mulai Februari 2019 adalah sebuah wadah yang ingin menyatukan seluruh komunitas atau pelaku budaya di dalam satu wadah. Dengan harapan dapat bersinergi dengan seluruh pelaku budaya di Indonesia dan bersama-sama saling mempromosikan budaya Indonesia ini bisa semakin kuat rasa persatuannya.
“Saat ini Kridha Dhari adalah tempat untuk menjalin networking serta bisa membantu publikasi disetiap media-media digital KridhaDhari dan program program KridhaDhari,” kata Prescilla Estevina T salah satu penggagas komunitas. Diharapkan gerakan Selasa Berkebaya juga dilakukan di penjuru nusantara, dengan berpakaian kebaya yang disesuaikan dengan kondisi, motif kain yang sesuai dengan daerahnya masing-masing. (redaksi@bisniswisata.co.id)