Kehidupan Setelah Zoom: Travel Agent Rancang Prosedur Perjalanan Bisnis yang Aman

Perjalanan bisnis segera dimulai, akhiri pertemuan via zoom (foto: hospitality net)

SYDNEY, bisniswisata.co.id: Bisnis agen perjalanan termasuk yang paling parah terdampak pandemi Covid-19. Saat sepi order seperti sekarang, perusahaan biro perjalanan bekerja sama dengan sejumlah korporasi mencari celah bagaimana kelak mengeluarkan para staf dari konferensi via Zoom untuk kembali melakukan perjalanan udara dengan aman.

Mereka meluncurkan tools baru yang memuat informasi terkini tentang keadaan di lapangan, termasuk ketentuan penggunaan masker, aturan jarak sosial dan karantina, serta informasi detil lain terkait prosedur kesehatan dan kebersihan di hotel, pesawat, serta transportasi darat. 

Kebanyakan para pelancong korporat kini mulai beralih dari langsung memesan online ke mencari advice pada para konsultan berpengalaman. Meski lambat, namun pertumbuhannya terus merangkak naik. Dalam kondisi normal, industri travel & tourism (perjalanan dan pariwisata) korporasi menyumbang US$ 1,4 triliun dari pengeluaran tahunan. 

“Saya melihat trend-nya sekarang mulai meningkat. Kita dapat melakukan pertemuan virtual lewat Zoom atau Microsoft tetapi tetap saja tak ada yang dapat mengalahkan tatap muka,” kata Jo Sully, General Manager Regional Asia-Pasifik di American Express Global Business Travel, seperti dilansir Reuters.

“Saya pikir itu menunjukkan ada pemulihan meski berlangsung secara bertahap. Orang mungkin akan berpikir ‘Haruskah saya melakukan ini via Zoom?’ tetapi yang pasti orang akan kembali melakukan perjalanan untuk mengadakan pertemuan-pertemuan,” kata eksekutif yang berbasis di Sydney itu.

Perusahaannya memperkirakan keadaan akan kembali membaik setidaknya 60-70 persen pada 2021 dan mencapai ke keadaan sebelum pandemi di tahun 2022 atau 2023.

Selandia Baru yang baru saja mengakhiri aturan lockdown pada Mei, mencatat jumlah pemesanan domestik sudah kembali 50% dari tahun lalu, kata Jamie Pherous, direktur pelaksana Corporate Travel Management yang berbasis di Brisbane.

“Ada permintaan terpendam dan saya mengunjungi beberapa pelanggan (di Australia) dan mendapat umpan balik yang penting. Kata mereka: kita telah membangun keputusan penting yang tidak akan pernah bisa diselesaikan levat konferensi video.” ujar Jamie Pherous.

Sementara itu tingkat pemesanan domestik di China telah mencapai 60% dari keadaan sebelum pandemi. Permintaan di sejumlah negara di Eropa juga mulai naik seiring pelonggaran restriksi di perbatasan, kata Chris Galanty, kepala Eksekutif Global dari divisi korporat Flight Centre Travel Group Ltd yang berbasis di London.

 “Saat negara-negara mulai dapat mengendalikan krisis kesehatan dan menekan jumlah kasus COVID-19 serta penerapan kebijakan lokal yang memungkinkan dimulainya perjalanan – yaitu pencabutan aturan lockdown dan orang bisa secara fisik melakukan perjalanan – maka bisnis travel pun akan meningkat,” katanya.  

Faktor lain yang turut memperlambat pulihnya bisnis perjalanan adalah pembatalan sejumlah acara perusahaan dan pengetatan anggaran perjalanan, kata Akshay Kapoor, Direktur Senior CWT,  yang menangani pelanggan multinasional grup, Asia Pasifik.

“Jika saya ingin bepergian, perusahaan akan meminta saya melewati sejumlah tingkatan prosedur untuk mendapatkan persetujuan,” kata eksekutif yang berbasis di Singapura itu.

“Prosedur untuk mendapatkan persetujuan menjadi lebih panjang. Perusahaan-perusahaan juga mengawasi dengan ketat tujuan perjalanan. Dan jika seseorang akhirnya bisa bepergian, perusahaan pun akan terus mengawasi dengan ketat keberadaan dan keadaan mereka.”

 

Rin Hindryati