- Sapta Nirwandar, Ketua IHLC
JAKARTA,bisniswisata.co.id: Ketua Indonesia Halal Lifesfyle Center ( IHLC) Sapta Nirwandar mengatakan DinarStandar gandeng IHLC dalam peluncuran State of the Global Islamic Economy Report (SGIE) 2022 di Jakarta.
” Peluncuran awal sudah dilakukan di Dubai 31 Maret lalu, menyusul di Jakarta pada 24 Mei 2022 mendatang, kemudian di Malaysia dan negara lainnya. Kita mendapatkan kehormatan sebagai tuan rumah kedua,” kata Sapta Nirwandar.
Laporan ini menempatkan Indonesia di antara empat negara teratas untuk tahun ketiga berturut-turut. Peringkat yang terdiri dari 81 negara, terus dipimpin oleh Malaysia, Arab Saudi, UEA, dan Indonesia.
Muslim di seluruh dunia menghabiskan US$2 triliun pada tahun 2021 di sektor makanan, farmasi, dan gaya hidup yang dipengaruhi oleh kebutuhan konsumsi etis yang diilhami agama Islam.
Hal ini terungkap dalam State of the Global Islamic Economy Report (SGIE) 2022 yang diluncurkan oleh Departemen Ekonomi dan Pariwisata (DET) di Dubai dengan tema ‘Unlocking Opportunity,”
Edisi kesembilan laporan SGIE ini memperkirakan pertumbuhan yang sehat sebesar 8,9% tahun-ke-tahun dan diperkirakan akan mencapai US$2,8 triliun pada tahun 2025 pada tingkat pertumbuhan tahunan kumulatif (CAGR) sebesar 7,5 persen.
Diproduksi oleh DinarStandard, sebuah firma penelitian dan penasihat yang berbasis di AS, laporan SGIE menyajikan pembaruan tahunan tentang pertumbuhan berkelanjutan ekonomi Islam global, yang mencakup produk halal, keuangan Islam, dan sektor gaya hidup terkait.
Metodologi Indikator Ekonomi Islam Global benchmarking laporan nasional ini diperbarui untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.
Dalam laporan disebutkan pula Turki membuat lompatan terbesar dari posisi ke-12 ke posisi ke-5. Dalam indeks sub-sektor, Indonesia menempati urutan ke-2 dalam sektor makanan halal.
Menurut laporan tersebut, aset keuangan syariah di seluruh dunia diperkirakan mencapai US$3,6 triliun pada 2022. Investasi di perusahaan yang relevan dengan ekonomi syariah meningkat 118% pada 2020/21 menjadi US$25,7 miliar dari US$11,8 miliar pada 2019/20.
Sekitar 66,4% dari total investasi di perusahaan yang relevan dengan ekonomi syariah ditutupi oleh transaksi keuangan syariah, diikuti oleh 23,6% dalam produk halal (makanan, obat-obatan, kosmetik, fashion) dan 10% dalam gaya hidup Islami (perjalanan dan media).
Angka-angka tersebut termasuk merger dan akuisisi yang dipimpin perusahaan, investasi modal ventura di perusahaan rintisan teknologi, dan investasi ekuitas swasta.
Impor produk halal oleh negara-negara anggota OKI turun tajam sebesar 6,5% dari US$299 miliar pada tahun sebelumnya menjadi US$279 miliar pada 2020.
Impor oleh negara-negara anggota OKI merupakan mayoritas signifikan dari produk halal yang diperdagangkan secara global, termasuk makanan dan minuman. , fashion (pakaian dan alas kaki), farmasi, dan kosmetik.
Dalam rilisnya, Ali Ibrahim, Wakil Direktur Jenderal DET, mengatakan laporan State of the Global Islamic Economy di Dubai dan dukungannya terhadap sektor ekonomi halal di seluruh dunia, mencerminkan pentingnya ekonomi Islam saat meningkat.
Untuk memenuhi kebutuhan berbasis agama dari 1,9 miliar Muslim di seluruh dunia. Dua tahun terakhir telah menjadi tantangan bagi semua, dan ketika industri melihat ke masa depan yang lebih cerah, laporan tersebut menyoroti peluang di setiap sektor bagi investor, pemerintah, dan bisnis, tambah Ali Ibrahim.
Pencapaian Indonesia
Rafi-uddin Shikoh, Managing Partner DinarStandard, mengatakan Indonesia masuk peringkat tiga besar dalam Indikator Ekonomi Islam Global mencerminkan upaya pemerintah dalam memperkuat ekonomi syariah dan mendukung para pelaku industri.
Naik ke posisi kedua dalam indikator makanan halal adalah hasil dari peningkatan 16% ekspor makanan halal ke negara-negara OKI.
Sedangkan ekspor produk halal RI ke negara-negara OKI mencapai US$8,5 miliar. Dalam hal investasi, ia menempati peringkat kedua dalam jumlah transaksi investasi yang relevan dengan ekonomi Islam pada tahun 2020/2021.”
“Laporan SGIE tahun ini menyoroti beberapa isu global yang muncul dan dampaknya terhadap ekonomi Islam. Jelas bahwa ekonomi Islam pulih dengan cepat dari pandemi COVID-19,”
Padahal ada berbagai gangguan yang mendorong peluang dalam akselerasi digital dan investasi yang didorong perdagangan sebagai ‘near shoring’ (mendapatkan produk lebih dekat ke rumah) dan ketahanan pangan/obat menjadi prioritas nasional.
Laporan ini menyajikan ‘sinyal peluang’ dan rekomendasi bagi pemerintah, investor, dan industri untuk menavigasi tantangan dan mendorong kemakmuran jangka panjang.”
Laporan SGIE 2022 didistribusikan dalam kemitraan dengan SalaamGateway.com, platform media dan berita ekonomi Islam terbesar. Mitra strategis global dari laporan tahun ini termasuk sertifikasi halal IFANCA, bank CIMB Islamic Bank, dan Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR).