JAKARTA, bisniswisata.co.id: Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong pariwisata Indonesia agar selangkah lebih maju dan lebih cepat lagi untuk mengaet wisatawan mancanegara. Sekaligus agar lama tinggal turis asing bisa lebih diperpanjang lagi waktunya dari yang sudah ada sekarang ini.
“Perbandingan dengan negara-negara asia lainnya, Indonesia kurang lebih hampir 15,5 juta orang, mendapatkan devisa kurang lebih 17 miliar dollar AS, atau sekitar 1.100 dolar AS per orang. Dibandingkan Thailand yang secara wisatawannya itu lebih hampir 38 juta orang, tetapi pendapatan devisanya kurang lebih sampai 62 miliar dolar AS,” papar Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani.
Rosan mengemukaan hal itu usai diterima Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (12/6) petang. “Di Thailand banyak meraup kesuksesan karena average spendingnya lebih lama, average tinggalnya juga lebih lama. Itu kenapa, salah satunya karena kebijakan maritim yang dapat memajukan pariwisata.Nah, masalah ini juga kita sampaikan kepada Presiden,” papar Rosan.
Saat halal-bihalal Kadin belum lama ini, Ketum Kadin menilai industri pariwisata dan remitansi bisa menjadi solusi terbaik untuk mengatasi defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Melansir dari data Bank Indonesia pada (10/5) defisit CAD pada kuartal I-2019, tercatat sebesar US$ 6,96 miliar atau setara dengan 2,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Potensi meningkatkan pemasukan remitansi dapat menjadi quick win atasi defisit. Salah satunya ya melalui industri pariwisata harus mendapat perhatia serius. Juga pembangunan destinasi pariwisata ditingkatkan lagi dan akses masuknya wisatawan mancanegara (wisman) lebih baik lagi,” harapnya.
Saat ini, sambung dia, pemerintah sedang mendorong pariwisata, dan semua tahu, ke depannya pendapatan terbesar Indonesia itu dari turisme. “Kalau asing masuk ya pasti akan banyak melihat potensi 265 juta orang, dan yang traveling itu kan sangat banyak, jadi itu positif buat saya,” ujar Rosan,
Terkait Rencana Kepala Negara mengundang maskapai asing masuk ke Indonesia akan menunjang harga tiket yang kompetitif, Kadin menyambut positif langkah ini. “Masuknya maskapai asing selaras dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan industri pariwisata di Indonesia. Perusahaan asing yang masuk melihat potensi penduduk Indonesia sebanyak 267 juta orang dan destinasi pariwisata yang menarik,” ucapnya
Namun, Rosan mengimbau masyarakat Indonesia untuk tak terlalu meributkan dari mana maskapai asing itu berasal nantinya. Yang terpenting adalah kehadiran maskapai asing itu mampu menimbulkan efek besar bagi pariwisata atau lebih jauh bagi perekonomian Tanah Air. Selain itu, harus dilihat bahwa kehadiran maskapai asing akan menimbulkan kompetisi dengan maskapai lain.
Sehingga mereka akan berlomba-lomba memperbaiki diri dari segi manajemen hingga pelayanan agar tak kalah saing. “Kita mestinya jangan melihat itu dari negara mananya, oh dari China, oh dari mana. Jangan. Yang penting semuanya bisa membawa asas manfaat terbesar bagi Indonesia. Itu saja,” kata dia.
Menurutnya, jangan dilihat dari negara mananya, yang penting faktor bisa terciptanya kompetisinya, juga keselamatan jadi prioritas utama dalam penerbangan.
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS) via situsnya, Kamis (13/02/2019) menyebutkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mulai Januari hingga April 2019 mencapai 5,12 juta kunjungan. Jumlah ini naik sebesar 3,22 persen bila dibandingkan kunjungan wisman pada periode yang sama di tahun 2018 yakni 4,96 juta kunjungan.
Sementara untuk jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada April 2019 mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen dibanding jumlah kunjungan pada April 2018, yakni sebanyak 1,30 juta wisman yang didominasi dari wilayah ASEAN dan jumlahnya naik 13,28 persen bila dibanding April 2018.
Bila ditilik menurut kebangsaaan, kunjungan wisman paling banyak berasal dari Malaysia sebanyak 256,3 ribu kunjungan atau 19,66 persen, disusul China sebesar 171,6 ribu kunjungan setara dengan 13,16 persen. Diikuti Singapura 150,0 ribu kunjungan atau 11,50 persen dan Timor Leste 106,2 ribu kunjungan setara dengan 8,15 persen.
Dihitung secara kumulatif mulai Januari hingga April 2019 dan dibandingkan dengan periode yang sama dengan tahun sebelumnya, wisman yang datang dari wilayah ASEAN memiliki persentase kenaikan paling tinggi, yaitu sebesar 16,77 persen. Sedangkan wilayah Timur Tengah mengalami penurunan paling besar yakni 13,22 persen.
BPS juga menghitung jumlah wisman yang berkunjung berdasarkan jalur masuknya ke Indonesia, yakni melalui udara, laut dan darat pada April 2019. Hasilnya mengeluarkan, turis yang masuk via udara sebanyak 773,88 ribu kunjungan, laut sebesar 344,88 ribu kunjungan dan darat sebanyak 185,05 ribu kunjungan. Jumlahnya mengalami penurunan sebesar 8,82 persen bila dibandingkan dengan April 2018.
Penurunan terjadi di 7 pintu masuk udara dengan persentase penurunan tertinggi di Bandara Internasional Lombok, NTB mencapai 51,42 persen, diikuti Bandara Juanda Surabaya 29,10 persen dan Bandara Ahmad Yani Semarang 26,08 persen. Kenaikan jumlah kunjungan wisman terjadi di delapan pintu masuk udara dan yang terbesar terjadi di Bandara Sultan Badarudin II, Sumatera Selatan sebesar 65,51 persen.
Kemudian untuk wisman yang datang melalui pintu masuk laut pada April 2019 mengalami kenaikan sebesar 45,62 persen bila dibanding April 2018, yaitu dari 236,83 ribu kunjungan menjadi 344,88 ribu kunjungan. Kenaikan terjadi di Pelabuhan Tanjung Emas, Jawa Tengah sebesar 132,27 persen dan penurunan hanya terjadi di Pelabuhan Tanjung Benoa, Bali sebesar 73,66 persen.
Wisman yang berkunjung melalui pintu masuk darat pada April 2019 mengalami penurunan sebesar 14,63 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 216,75 ribu kunjungan menjadi 185,05 ribu kunjungan. Penurunan terjadi di pintu masuk Jayapura, Papua sebesar 55,81 persen, sedangkan kenaikan terjadi di empat pintu masuk dengan kenaikan tertinggi tercatat di pintu masuk Atambua, Nusa Tenggara Timur sebesar 72,64 persen.
Terkait Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada April 2019 mencapai rata-rata 53,90 persen. Jumlahnya turun sebesar 3,53 persen bila dibandingkan TPK pada April 2018 yakni sebesar 57,43 persen.
Penurunan TPK hotel pada April 2019 dibanding dari bulan yang sama di tahun lalu tercatat sebagian besar terjadi di provinsi Sulawesi Tenggara yaitu 16,08 persen. Sedangkan kenaikan paling besar terjadi di provinsi Sulawesi Barat sebesar 4,75 persen.
Bila dilihat menurut klasifikasi hotel, TPK tertinggi pada April 2019 tercatat pada hotel bintang 5 yang mencapai 57,62 persen. Sedangkan terendah tercatat pada hotel bintang 1 yang hanya mencapai 41,70 persen.
April 2019, rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel bintang mencapai 1,83 persen. Angka ini juga menunjukkan bila terjadi kenaikan sebesar 0,02 persen bila dibanding rata-rata lama menginap April 2018.
Secara nasional, rata-rata lama menginap tamu asing April 2019 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata lama menginap masing-masing 2,71 hari dan 1,69 hari. Bila dirinci menurut provinsi, rata-rata lama menginap tamu yang terlama tercatat di Bali, yaitu 2,77 hari, disusul Maluku 2,53 hari dan Papua sebesar 2,47 hari. Sedangkan yang terpendek terjadi di Banten sebesar 1,23 hari. (NDY)