JAKARTA, bisniswisata.co.id: Kabupaten Banyuwangi kembali menjadi pionir dan kali ini dalam hal Membumikan 5 Aspek Pengelolaan Sampah di Indonesia yang melibatkan para stakeholders hingga konsultan dari Norwegia.
Adalah Indonesia Solid Waste Association ( inSWA) yang membukukan 5 Aspek Pengelolaan Sampah di Indonesia yaitu Aspek Peraturan, Kelembagaan, Pendanaan, Sosial Budaya dan Tekhnologi menjadi landasan yang harus selalu diperhatikan saat mengembangkan Sistem Pengelolaan Sampah ( SPS) baik di level terkecil dalam rumah tangga, kawasan, RT, RW hingga ke level nasional.
Acara peluncuran buku tersebut di ballroom Binakirana Hotel Bidakara, Jakarta, dihadiri oleh berbagai kalangan mewakili Kamar Dagang dan Industri ( KADIN), Asosiasi, NGO, dunia usaha, media, pemerintah daerah dan masyarakat.
Setelah sukses mengubah imej dari kota santet menjadi kota wisata, Banyuwangi kini menjadi pionir dan jauh lebih maju dalam hal sistem pengelolaan terpadu di Indonesia.
Acara yang dihadiri mantan bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang kini menjadi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Menteri Anas ini mengapresiasi upaya – upaya yang berdampak besar terhadap masyarakat melalui penanganan persampahan.
Azwar Anas mengapresiasi InSWA yang telah konsisten untuk bergerak mendorong terwujudnya pengelolaan sampah dan meningkatkan efisiensi pengelolaannya di ranah global serta hadirnya mitra kerja seperti Runar Balsrud, CEO of The Norwegian Association for Recycle and Waste Management, ANFALL NORGE, Guntur Sitorus Chairman of Indonesia Solid Waste Association (InSWA); serta Ketua Dewan Pembina InSWA Sri Bebassari.
Azwar Anas mengakui Kemenpan RB bukan instansi utama yang menangani pengelolaan sampah. Tapi instansinya berkomitmen mendorong birokrasi di sektor penanganan persampahan bisa menjadi lebih baik.
Mengingat pengelolahan sampah mengutamakan keterlibatan masyarakat, oleh karena itu dia menilai peningkatan kualitas lingkungan melalui reformasi birokrasi desa menjadi sangat penting. Bahkan program penanganan sampah ini jadi indikator penting bagi pembangunan desa, katanya.
Peluncuran buku dan dokumen rencana induk persampahan tersebut merupakan model penting untuk penanganan sampah bersama non-governmental organization (NGO). Sebelumnya Indonesia Solid Waste Association (InSWA) melakukan pendampingan penyusunan masterplan pengelolaan sampah dengan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk program Clean Ocean Through Clean Community (CLOCC).
Program CLOCC ini didanai oleh Pemerintah Norwegia yang pelaksananya adalah InSWA dan melalui program ini melakukan pendampingan pengelolaan sampah ini sejak tahun 2020. Sebelumnya InSWA telah melakukan perpanjangan Kerjasama untuk finalisasi penyusunan rencana induk (masterplan) pengelolaan sampah yang dapat diterapkan hingga 20 tahun serta pendampingan sistem pengelolaan sampah di 14 desa terpilih.
Satya Oktamalandi ST, MSM sebagai salah satu penulis buku bersama, Sri Bebasari dan Gifta Oktavia Fajriyanti mengatakan pengelolaan sampah yang ada melibatkan seluruh pemangku kepentingan untuk berperan aktif dan mampu menjalankan sistem agar berjalan secara berkelanjutan.
“Kalau semua unsur benar-benar terlibat maka political will dan pendanaan yang jadi masalah klise bisa diatasi secara terbuka seperti yang bisa dibuktikan oleh para stakeholder di Kabupaten Banyuwangi baik dari aparat pemerintah, swasta hingga masyarakatnya langsung action,” ungkapnya.
Pemkab Banyuwangi menyadari sepenuhnya bahwa permasalahan dalam pengelolaan sampah harus diatasi secara serius dan terstruktur sehingga memiliki Dokumen Rencana Induk Persampahan ( DRIP) serta telah memiliki Sistem Fisik Pengelolaan Sampah yang Dikembangkan.
“ Di luar negri pengelolaan sampah yang salah di satu daerah jika dihitung bisa merugikan hingga Rp 1,6 Triliun per tahun. Sebaliknya kalau pengelolaannya baik maka menjadi material yang dibutuhkan dan menguntungkan,”kata Satya Oktamalandi yang juga Seketaris Jendral InSWA.
Oleh karena itu, ujarnya, buku ini diharapkan dapat memberi warna baru dalam pengelolaan sampah di Indonesia dan mendorong semakin banyak pemangku kepentingan berperan dalam mengembangkan sistem pengelolaan sampah terbaru, tambahnya
“ Ibarat resep, sistem pengelolaan sampah yang kami tampilkan ini akan memperkuat komitmen untuk menjalankan sistem pengolahan yang baik sehingga dari sampah bisa memiliki nilai ekonomi tinggi,” tegasnya.
Oktamalandi mengatakan pengelolaan sampah yang baik akan berdampak langsung pada kebersihan lingkungan. Oleh karena itu dikaitkan dengan destinasi wisata, dunia kesehatan hingga industri maka kuncinya adalah kebersihan menjadi investasi di atas segalanya. Komitmen Kabupaten Banyuwangi dalam hal persampahan menjadi bukti pariwisatanta juga maju.
Runar Balsrud, CEO ANFALL NORGE mengatakan sistem pengelolaan sampah yang baik perlu didukung oleh mental masyarakatnya untuk tidak membuang sampah sembarangan dan mulai dari diri sendiri untuk mengelola sampah yang dihasilkannya sendiri.
“Sampah ini masalah yang dihadapi di seluruh dunia dan butuh partisipasi masyarakat, kebijakan daerah, investasi, sistem sehingga apa yang dilakukan Banyuwangi dengan Rencana Induk Pengelolaan Sampah ( RIPS) akan merubah imej sampah dan menjadi role model bagi Indonesia bahkan dunia,” kata Runar Balsrud.