JAKARTA, bisniswisata.co.id: Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyebut telah membebas tugaskan Direktur Teknik Lion Air. Hal itu berkenaan dengan peristiwa jatuhnya pesawat JT 610 dengan rute Jakarta – Pangkalpinang, Senin (29/10). Pesawat berpenumpang 181 orang jatuh di perairan Tanjung Tanjung Karawang, Jawa Barat.
“Kita (Kementerian Perhubungan) per hari ini membebas tugaskan Direktur Teknik Lion untuk diganti dengan yang lain,” ungkap Budi di Jiexpo Kemayoran Jakarta, Rabu (31/10/2018).
Pasalnya, Direktur Teknik Lion itu merupakan pihak yang merekomendasi perangkat-perangkat teknis pada pesawat itu. Budi pun menyebut pihaknya memiliki kewenangan untuk mencopot direksi.”Tak hanya itu, kita juga kan mengintensifkan proses rem cek, khususnya kepada Lion,” tambah Budi.
Ditempat terpisah, Basarnas berhasil mengidentifikasi data 43 korban pesawat Lion Air yang jatuh di Perairan Tanjung Karawang. “Sebanyak 13 dari 43 korban yang teridentifikasi datanya tersebut dan dipastikan sudah bisa dibayarkan asuransi dan santunannya,” kata Kepala Basarnas Provinsi Kepulauan Babel, Danang Priandoko di Pangkalpinang, Rabu (31/10) seperti dikutip Antara.
Dijelaskan, 43 korban sudah teridentifikasi dari Pangkalpinang berdasarkan daftar manifes penumpang pesawat naas. Hasil identifikasi juga berdasarkan penyesuaian keterangan dari keluarga korban melapor ke posko ante mortem DVI di posko krisis center Bandara Depati Amir. “Teridentifikasi juga bantuan dari keluarga korban, dan mereka mendapatkan asuransi dari Perusahaan Asuransi dan Jasa Raharja,” ujarnya.
Berdasarkan laporan dari Jasa Raharja, 43 korban sudah teridentifikasi berasal dari Kota Pangkalpinang dan 13 korban sudah memenuhi persyaratan untuk menerima santunan dan asuransi sebagaimana diatur dalam aturan penerbangan. “Dana santunan dan asuransi ini akan dibayarkan melalui Bank BRI,” katanya.
Basarnas belum mengetahui jadwal tibanya jenazah korban, namun pihaknya sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasi kedatangan jenazah korban. Selain itu, saat ini tim sedang melakukan pemetaan dan survei sebagai persiapan untuk mendatangkan jenazah korban. “Kita selalu siap dan tetap menunggu, karena Depati Amir merupakan bandara tujuan jenazah korban,” kata Danang Priandoko.
Angker
Sementara titik jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, dulu dikenal sebagai daerah yang angker bagi masyarakat dan nelayan setempat. Angker lantaran dikenal sebagai ada mahluk qoibnya, juga sering dipakai area berkumpulnya ikan-ikan besar seperti ikan hiu tutul dan jenis ikan besar lainnya.
“Dulu sekitar tahun 1990-an, titik jatuhnya pesawat itu dikenal sangat angker, ” kata Dadang (52), seorang nelayan Pakisjaya Karawang, seperti dikutip laman Antara, Rabu (31/10/2018).
Image angker, memang sejak dulu sudah sangat melekat bagi setiap nelayan setempat, sehingga seri dihindari agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Hal senada juga dikatakan Warta, nelayan lainnya. Warta menambahkan kalau dahulu sering terjadi kapal nelayan terbalik di titik jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. “Dari cerita-cerita orang tua dulu, daerah itu memang disebut-sebut angker.
Tetapi seiring perjalanan waktu, meski dulu daerah itu disebut angker, kini perairan sedalam sekitar 30-35 meter itu menjadi tempat pilihan warga untuk memancing. Termasuk menjadi titik nelayan untuk mencari ikan. Dan anggapan titik angker hilang dengan sendirinya.
Hingga Rabu (31/10) tercatat sudah ada 47 kantong jenazah korban pesawat Lion Air dievakuasi untuk dilakukan proses identifikasi oleh tim DVI RS Polri Keramat Jati, Jakarta Timur. Pesawat bikinan Amerika Serikat ini mengangkut 181 penumpang, terdiri dari 124 laki-laki, 54 perempuan, satu anak-anak dan 2 bayi. Saat ini proses evakuasi masih dilakukan Basarnas dan pihak terkait. (EP)