Jepang segera rilis aplikasi untuk bantu kurangi sampah makanan (Foto: greenbiz)
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Pemerintah Jepang tengah mengembangkan aplikasi yang diharapkan dapat membantu mengurangi kebiasaan orang membuang makanan. Mereka menilai kemubaziran itu perlu dikendalikan.
Sampah makanan juga terjadi di restoran maupun hotel serta gedung pertemuan akibat tamu tidak menghabiskan makanan dari acara-acara pesta dan konferensi yang tidak banyak mendatangkan tamu atau peserta sehingga banyak makanan mubazir.
Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang mencatat ada 6,43 juta ton sampah makanan per tahun. Artinya setiap orang rata-rata membuang makanan 51 kilogram setiap tahun. Itu setara dengan semangkuk nasi per hari.
Dilansir dari Yomiuri Shimbun, aplikasi yang versi uji cobanya akan dirilis pada akhir tahun fiskal 2021 diharapkan dapat memengaruhi pola hidup konsumen sehingga mereka tidak perlu membeli makanan yang tidak diperlukan.
Lewat aplikasi ini, penggunanya dapat menghitung berapa kerugian jika mereka membuang-buang makanan. Inilah salah satu cara untuk meminimalisir limbah makanan.
Cara kerja aplikasi ini pun cukup sederhana. Pengguna hanya diminta untuk memasukkan nama item makanan yang hendak dibuang. Aplikasi akan menghitung berapa banyak uang yang Anda mubazirkan untuk membeli makanan sisa tersebut.
Selain itu, aplikasi ini juga dapat mengalisis jumlah makanan yang tersisa di kulkas dan memberi informasi kapan waktunya untuk membeli kembali barang-barang tertentu. Dengan demikian, konsumen dapat dengan bijak membeli makanan sesuai kebutuhan saja.
Pengguna juga dapat memperloleh ide membuat makanan dari bahan-bahan yang ada di rumah; Aplikasi ini juga dapat menginfokan jenis makanan apa yang terlalu banyak dibeli.
Badan Urusan Konsumen telah mengalokasikan dana sebesar 80 juta Yen atau setara Rp 10,7 miliar untuk mengembangkan aplikasi tersebut.
Lalu, bagaimana dengan di Indonesia? Isu ini juga sudah lama menjadi perbincangan. Jumlah makanan sisa yang terbuang bahkan jauh lebih banyak.
Menurut laporan Food Sustainable Index 2018 terbitan the Economist Intellegent Unit bersama Barilla Center for Food and Nutrition Foundation, rata-rata setiap penduduk Indonesia membuang sekitar 300 kilogram makanan per tahun.
Fakta tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang dengan perilaku konsumtif pangan yang tinggi bahkan melebihi negara adidaya sekelas Amerika Serikat.
Ironisnya lagi, di tengah begitu banyak makanan terbuang, masih banyak penduduk Indonesia yang kelaparan, belum lagi fakta banyak balita yang mengalami kurang gizi bahkan menderita gizi buruk.
Fakta lain menyebut 34,74 % rumah tangga di Indonesia masih memanfaatkan bantuan beras miskin dari pemerintah, demikian dilaporkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
Betul, bahwa masalah sampah pangan bukan sepenuhnya tanggungjawab pemerintah. Namun demikian, setiap individu diminta untuk ikut memikul tanggungjawab dengan melakoni pola hidup hemat dan bijak dengan tidak memubazirkan makanan.
Partisipasi aktif individu menjadi kunci mengurangi sampah pangan. Mulailah dengan hal sederhana dalam mengkonsumsi makanan. Ambil makanan sesuai porsi dan kebutuhan gizi serta hindarilah menyisakan makanan yang tengah dikonsumsi.