Pemandangan indah di sekitar Laut Tyrrhenian, di Italia Selatan ( Foto: mytrip.co.id)
ROMA, bisniswisata.co.id: Setelah pandemi COVID-19, industri pariwisata mengalami krisis di seluruh dunia. Namun, beberapa negara lebih tergantung pada sektor ini secara ekonomi daripada yang lain. Italia salah satu destinasi wisata dari wisatawan Indonesia yang dikunjungi dalam paket tour Eropa.
Bagi negara yang devisanya bergantung pada sektor pariwisata maka krisis dapat berakibat fatal dan Italia yang pariwisatanya 13% dari PDB yang sedang berjuang keras di tengah-tengah situasi mengerikan dari rontoknya pariwisata internasionalnya.
Menurut ENIT (Otoritas Pariwisata Nasional Italia), pada tahun 2020 pariwisata di Italia akan mengalami krisis yang mendalam. Menurut perkiraan, pariwisatanya bisa pulih level tahun 2019 baru pada 2023.
Mengutip laporan tourism review, industri wisata akan kehilangan keuntungan lebih dari 20 miliar euro bahkan mungkin 23 euro sehubungan dengan anjloknya kedatangan kunjungan wisman ditambah hilangnya 46 miliar euro dari pariwisata domestik.
Kota-kota Italia yang paling banyak dikunjungi berada dalam krisis. Florence sejauh ini hanya ada 900 ribu room night per malam , sementara hotel di Venesia hanya setengah terisi. Jumlah penerbangan dari luar negeri juga turun 91%.
ENIT memperkirakan bahwa pada tahun 2020 ini jumlah pengunjung non-Italia akan turun sebesar 55%. Bagian Selatan negara akan paling menderita dari situasi sulit ini, karena daerah yang paling bergantung pada pariwisata terletak di sini.
Sementara itu, meskipun pemerintah Italia berusaha untuk mengurangi kerugian yang diperkirakan dari sektor pariwisata domestik. Tapi telah memperkenalkan paket “bonus liburan” kepada warga negaranya untuk mendorong mereka melakukan perjalanan di dalam negeri.
Pemerintah Italia telah mengalokasikan € 2,4 miliar untuk paket “bonus liburan” ini. Bonus ini disediakan untuk rumah tangga yang pendapatan tahunannya tidak melebihi € 40.000. Keluarga yang terdiri dari tiga orang atau lebih dapat menerima € 500, sementara rumah tangga dua orang akan menerima € 300 dan satu orang akan mendapatkan € 150.
Bonus liburan hanya dapat digunakan di wilayah Italia untuk menginap di hotel, losmen, tempat perkemahan, desa wisata dan lainnya. Nasa berlajunya hanya untuk masa menginap antara 1 Juli dan 31 Desember tahun 2020 ini.
Dalam praktiknya, berkat aplikasi seluler yang dilengkapi dengan kode QR, pelanggan akan dapat memperoleh manfaat dari diskon otomatis 80% dari nilai bonus dan 20% sisanya akan dikembalikan sebagai pengurang pajak untuk pengembalian pendapatan berikutnya .
Pariwisata Italia menderita tahun 2020 ini karena pandemi coronavirus, dan industri memperkirakan potensi kerugian hingga 120 miliar euro. Padahal sampai sekarang, industri ini telah menyediakan lapangan kerja bagi 4,2 juta orang dan berkontribusi 13% pada PDB.
Di Italia dan banyak negara Eropa, Hari Paskah atau Pekan Suci menandai awal musim turis, menyambut pengunjung asing, turis lokal, dan peziarah. Musim semi merupakan musim yang kuat karena ada beberapa hari libur di Italia.
Musim panas kesempatan tawarkan kesempatan untuk menjelajahi Roma, Florence, Venesia, atau Napoli, menikmati matahari di pantai Amalfi atau di Cinque Terre (Lima Tanah) di pantai Liguria.
Tetapi setelah wabah coronavirus dimulai pada akhir Februari, Italia – negara Eropa dengan angka kematian tertinggi – pariwisata asing runtuh, bahkan sebelum kuncian nasional diputuskan pada 10 Maret.
“Kami perkirakan omset anjlok 70% hingga 80%,” kata Luca Patane, Presiden asosiasi pariwisata Italia Confcommercio Confturismo. Industri pariwisata tadinya mengharapkan terjual 30 juta lebih sedikit room nights per malam dalam periode antara Maret dan Mei. Efek pandemi juga sangat negatif untuk sektor catering dan ritel.
Setelah lockdown dicabut di Italia, mobilitas warga masih jauh berkurang. Musim panas dengan sedikit orang asing tak diharapkan. Lorenza Bonaccorsi, Sekretaris Pariwisata, berpendapat bahwa tahun 2020 hancur sekali apalagi sebagian besar pemesanan dilakukan pada kuartal pertama tahun ini.”Butuh satu atau dua tahun, mungkin, untuk kembali ke level kinerja sebelumnya, “kata Bonaccorsi
Asosiasi tersebut menyerukan langkah-langkah dukungan konkret untuk pariwisata, yang telah merasakan dampak krisis paling kuat di antara sektor-sektor ekonomi. Apalagi pariwisata Italia juga telah macet sebelum lockdown pada awal Maret dan akan terus menderita dari konsekuensi krisis coronavirus selama beberapa bulan setelah akhir jam malam, kata Patane.
Satu-satunya segmen yang dapat diandalkan industri ini adalah perjalanan domestik, yang biasanya menyumbang kurang dari setengah jumlah pelancong di negara ini. Menurut survei terbaru yang disiapkan oleh institut SWG untuk Confcommercio dan Confturismo, 70% orang Italia percaya bahwa krisis kesehatan akan berlangsung dua atau tiga bulan lagi.
Setidaknya sampai awal musim panas, dan 47% orang Italia ingin menjadwalkan liburan mereka untuk kemudian, sebagian besar di dalam negeri. Namun, 16% takut tidak memiliki sarana untuk membayar perjalanan mereka.
Industri pariwisata menuntut voucher hingga € 400 dari pemerintah untuk keluarga yang merencanakan liburan di musim panas. Ini bisa memberi oksigen ke industri pariwisata. Survei melaporkan sepertiga dari keluarga Italia tidak memiliki rencana untuk liburan musim panas.
Dukungan sebesar € 600 per bulan untuk orang yang bekerja di sektor pariwisata Italia, yang diputuskan oleh pemerintah tentunya tidak cukup, keluh Vittorio Messina, Ketua asosiasi pariwisata Assoturismo. Dia juga menyerukan penangguhan pembayaran pajak dan sewa untuk perusahaan pariwisata.
Pemerintah telah merencanakan langkah-langkah untuk semua industri seperti bsepertibagi pengangguran, pembayaran pajak yang ditangguhkan, jaminan sementara dari negara untuk kredit.
Ada bantuan 600 euro juga untuk wiraswasta, termasuk UKM yang berspesialisasi dalam penyewaan musiman melalui Airbnb. Namun, beberapa studi memprediksi akan bertambah 10% kebangkrutan lagi jika krisis tidak berakhir sebelum akhir tahun ini.
Perdana Menteri Italia telah memperingatkan bahwa negara itu harus belajar “hidup berdampingan” dengan coronavirus untuk waktu yang lama. Menjauhkan diri dan menghindari kelompok besar serta kerumunan sosial adalah langkah-langkah yang harus dipertahankan.
Prakteknya akan sangat sulit bagi kafe dan restoran kecil yang berlokasi di dekat pusat bersejarah Italia. Bagaimana hotel akan menjamin jarak sosial 2 meter di ruang makan, pusat kebugaran, atau spa?