ENTREPRENEUR SOSOK

Identix Batik, Cara Irma Susanti Berbisnis Dengan Nilai Ibadah

Irma Susanti ( tengah) , pendiri Identix Batik Tulis Indonesia tengah mengajarkan murid SMK di Jakarta proses pewarnaan batik.( Foto: Dok.Pribadi) 

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Batik punya kekuatan budaya. Hal inilah yang bisa dijual sekaligus melestarikan. Peluang bisnis yang besar ini, oleh Irma Susanti dipadukan dengan tekhnologi dan dibuat secara custom hingga sukses membawa batik tulis karya budaya Indonesia makin terkenal dimata dunia.

Memakai batik custom yang dibuat khusus satu desain hanya untuk satu produk bukan hal yang mudah karena dipasaran justru pengusaha lokal bahkan dari China memproduksi satu desain menjadi ribuan pieces. Tentu saja orientasi bisnis adalah mengeruk keuntungan sebanyak mungkin.

Di tengah maraknya fashion ready to wear, langkah yang dilakukan oleh Irma Susanti membutuhkan kekuatan spiritual dan keyakinan bahwa niat memuliakan batik sebagai warisan Dunia budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO harus terus dilestarikan.

UNESCO, organisasi di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa  dan bermarkas di pusat mode dunia di Paris pada tanggal 2 Oktober 2009 menetapkan hari penting bagi kebudayaan Indonesia, terutama batik. Sebab, pada hari itulah batik diakui sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia.

Batik  diakui sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity). Bagi seorang Irma Susanti  merupakan pengakuan yang sangat dasyat dan bermakna. 

Sejak itulah kegelisahannya menjadi pegawai terusik. Padahal pekerjaan terakhirnya di perusahaan otomotif tergolong cemerlang. Keinginannya membuka usaha sendiri dan menjadi pengusaha mulai diasah meskipun tetap belum mampu diwujudkan.

Wanita saleha ini dari awal pilihannya sudah jelas bahwa melestarikan batik jauh lebih penting dari pada hanya mengejar kesenangan dunia berupa uang dan keuntungan. Agaknya dia meyakini bisnis yang akan dijalaninya ini adalah bentuk ibadah.

Di temui saat mengikuti pelatihan  Emosional Spiritual Quotion ( ESQ) pimpinan Ary Ginanjar Agustian, di Menara 165 bersama ratusan peserta lainnya tahun 2018, Irma Susanti mengikuti pelatihan selama tiga hari itu dengan penuh senyum.

Penampilan wanita yang saat itu belum lama berhijab dan  memadukan celana jeans plus batik sudah memikat sehingga banyak sesama peserta yang ingin berfoto bersamanya. Mungkin inner beauty dan aura positifnya yang menjadi penyebab.

Setelah pelatihan spiritual itu, disadari atau tidak, terutama dari jejak digitalnya di media online Irma Susanti makin mantap melakukan modifikasi dan membuat batik menjadi busana yang nyaman, tidak terlalu kaku dan formal. Batik diharapkannya bisa dipakai di berbagai acara. 

“Tujuannya membuat semua orang bangga mengenakan batik yang merupakan warisan dunia asli Indonesia,” tambahnya. Bahkan batik modern yang ia buat, dimodifikasi dengan kain lainnya. Misalnya songket, lurik hingga torso selain juga dipadukan dengan bahan katun khusus untuk acara santai,” kata perempuan kelahiran Pati, 17 Februari 1989 ini.

Mengusung brand IDENTIX Batik Tulis Indonesia dan membuka butik di Jalan Raya Muntal Kota Semarang, Jawa Tengah 50232, Produk yang dibuat dan memiliki ciri khas tersendiri ini sudah tersebar ke mancanegara.

Hijrah dari seorang pegawai menjadi entrepreneur, hijrah untuk berhijab dan mengikuti gaya hidup sesuai ajaran Islam membuat usahanya yang berdiri sejak April 2018 di Semarang kini  telah berhasil menembus berbagai negara di dunia.

Dalam usia dua tahun tiga bulan usaha yang dirintisnya sudah mendunia. Keyakinan bahwa melestarikan memiliki nilai ibadah yang tinggi terbukti. Begitu pula konsep custom agar motifnya tidak sama dengan motif di butik-butik batik lain. Pilihan nama brand juga secara tegas Irma menempatkan batik sebagai identitas karakter pemakainya.

“Saya pilih batik tulis karena dalam satu kali pembuatannya tak akan bisa diulang kembali, itulah kuatnya karakter batik tulis dibanding batik cap,” terang ibu muda yang juga jebolan Nanyang University Singapura Jurusan Arts and Design ini.

Sebagai generasi milenial yang mau terjun ke bisnis batik tulis, Irma awalnya sudah menjual via e-commerce dan online agar dilihat seluruh dunia.  “Alhamdulilah, banyak customer dari Singapura, Spanyol, China, Turki, Jepang, berminat karena desainnya berkarakter dan jenis batik tulis custom,” katanya.

Koleksi batik Identix Batik Rukis Indonesia dipamerkan ke mancanegara.
Irma ( kiri) bersama tim yang didominasi kaum hawa

Mendunianya batik tulis custom rupanya didengar pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Inggris di London. Gayung bersambut, Identik Batix diajak pentas bareng fashion show di Potters Fields Park London Inggris dalam gelaran Indonesian Weekend, pada 8 – 9 September 2018.

Dia  menampilkan 12 koleksi batik tulis custom dan selama di London, lewat KBRI juga, Irma Susanti diberi kesempatan untuk menularkan dan mengenalkan ilmu batik tulis di Universitas Oxford London, termasuk promosi beberapa merchandise batik Indonesia.

Irma mengaku, karya desain motif batiknya sudah ribuan dan sudah dipatenkan agar tidak ditiru, motif ada dari seluruh kekayaan lokal di Indonesia ditambah koleksi motif dari beberapa negara.

Tak puas batik sebagai fashion cuma jadi raja kandang, berbekal ilmu bangku perkuliahan, sosiologi dan antropologi, Irma Susanti mempelajari budaya dan karakter kuat negara yang akan menjadi tujuan pasar internasionalnya.

“Kebetulan saya suka travelling, tiap nemu ide saya tuangkan dalam desain. Di Jepang dan Turki sudah terkumpul beberapa motif lokal kegemaran masyarakatnya,” paparnya.

Sebagai test market, Irma Susanti membuat motif lokal beberapa negara tersebut. Dia produksi batik tulis customnya lalu di jual di dunia maya dan sambutannya ternyata luar biasa.

“Konsumen di Jepang suka dengan motif Jepang yang saya ambil dari filosofi kimono. Hal yang sana dilakukannya untuk pasar Turki sehingga line product bervariasi ada kombinasi batik, hijab, art, dan mereka ternyata tak suka warna ramai, ungkapnya 

Tak heran di WA statusnya kini Irma kerap mengunggah saat timnya di workshopnya  tengah bekerja di depan komputer, asyik membuat desain sesuai arahannya. Lain waktu dia mengunggah puluhan kotak masuk ke atas mobil box untuk di kirim ekspedisi memenuhi pernintaan ke berbagai wilayah di Indonesia maupun mancanegara.

Bidikan lensanya juga membuat para staff butik dan tamu-tamu termasuk diaspora Indonesia di mancanegara yang tengah pulang kampung mencari batik-batik tulis jadi tersipu-sipu saat memilih kemeja-kemeja batik.

Saat ini pangsa ekspornya menembus 40 persen market share-nya, seperti ke Turki, Jepang, Singapura, London dan beberapa negara Eropa. “Sehari bisa kirim 70 pax ke luar negeri, kalau corporate dan lokal bisa ribuan pax,” ujar Alumnus Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini.

Soal harga, Irma menyasar kelas premium seharga untuk kain-kain batik tulisnya berkisar Rp 500.000 – Rp 15 juta per lembar. Dia memang spesialis produsen dengan kualitas terbaik dan ke depan bukan hanya batik.

Jika dimasa pandemi global COVID-19 banyak ajakan untuk membeli produk teman sendiri, bagi Irma sejak mulai berbisnis juga konsep ini sudah diterapkannya. Membeli dan memberdayakan sesama perajin dan pengusaha batik.

“Bagi saya, yang terpenting bisa menjadi jembatan para seniman batik di daerah-daerah untuk menyuguhkan kesenian tangan mereka agar diakui dunia. Dengan demikian mereka akan semakin menghargai karya mereka sendiri dan terpantik untuk semakin membawa batik mendunia ke negara-negara lain yang belum kami kunjungi. ” 

Jangan khawatir, alumni training ESQ sudah mencapai 1,7 juta orang dan tersebar di berbagai dunia. Kalau alumni punya komitmen beli produk teman sendiri, Insyaa Allah jadi rejeki yang mengalir. Bukan begitu Irma ?

Baru menuangkan niat luhur dan kiprah Irma sebagai seorang entrepreneur saja ternyata butuh sejumlah halaman,  belum lagi menyentuh soal leadership ESQ yang sudah dipelajari serta perannya  sebagai istri dan ibu seorang anak. 

Menulis sosok wanita cantik ini memang tidak ada habisnya, yuk kita doakan keinginannya selalu membantu orang lain dan berbuat kebaikan yang mendatangkan berkah bagi Identix Batik. Aamiin

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)