ART & CULTURE FASHION

Hari Batik, Ribuan Pelajar Cirebon Pecahkan Rekor Dunia

CIREBON, bisniswisata.co.id: Hari Batik Nasional bagi pelajar Cirebon tidak dilampiaskan dengan melakukan aksi demo, seperti pelajar Ibukota yang kurang kerjaan meski dapat bayaran. Namun berbondong-bondong mendatangi halaman belakang pendopo Batik Trusmi di Desa Trusmi, Kabupaten Cirebon.

Aksi membatik ramai-ramai ini, diawali membuat langsung proses membatik di atas secarik kain putih secara bersama-sama. Para pelajar dengan antusias duduk secara berkelompok. Tiap kelompok dilengkapi satu buah malam atau lilin yang berfungsi untuk menutupi garis motif batik.

Sejumlah panitia kemudian membagikan secarik kain putih yang sudah bermotif kepada para peserta. Mereka juga membagikan canting kepada satu per satu pelajar sebagai alat utama untuk membatik. Aktivitas membatik yang dilakukan para pelajar Kota Udang – sebutan bagi kota Cirebon, sebagai upaya memecahkan rekor dunia pembatikan massal.

Para pelajar sebanyak 2.832 pelajar membatik dengan motif Mega Mendung khas Cirebon, pada Senin (1/10/2019). “Kami ingin mengangkat kembali dan membawa batik Cirebon dengan motif Mega Mendung mendunia,” ujar Owner BT Batik Trusmi Cirebon Ibnu Riyanto.

Selain memecahkan rekor MURI, lanjut Ibnu, tujuan lain kegiatan membatik massal untuk memotivasi generasi penerus. Bagi pelajar minimal ini, ada perasaan bangga dari generasi muda menggunakan batik Cirebon atau daerah lain. “Batik dari Cirebon saja minimal entah jadi pengusaha entah perajin atau pengguna batik itu sendiri,” ujar dia.

Dia optimis, seperti dilansir laman Liputan6, Rabu (02/10/2019) kegiatan membatik massal ini memotivasi generasi penerus. Minimal 10 persen dari 2.800 pelajar memiliki keinginan jadi pengusaha batik. Memang Batik merupakan usaha sektor UKM yang menggunakan sistem padat karya. Oleh karena itu, dia berharap ada penerus pengusaha batik.

“Bayangkan 10 persen dari 2.832 pelajar dari 17 Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di wilayah Kota dan Kabupaten Cirebon. Jadi ada 280 pengusaha baru muncul. Satu kain batik mempekerjakan 15 orang kalau ada 280 pengusaha baru batik Cirebon maka banyak tenaga kerja yang terserap,” ujar dia.

Hingga saat ini kondisi pembatik Cirebon masih didominasi oleh orangtua. Karenanya dengan kegiatan membatik bersama ini dapat mencetak generasi baru yang berminat menjadi perajin batik.

General Manager Batik Trusmi Arief Purwanto menyebut, kegiatan ini merupakan upaya Batik Trusmi untuk memperingati Hari Batik Nasional. Tahun ini, Batik Trusmi Cirebon menggandeng para pelajar sebagai upaya untuk mengedukasi generasi muda yang bertugas melestarikan batik di masa mendatang. Kegiatan ini mengkhususkan pada motif batik mega mendung, sesuai tema ‘Mega Mendung untuk Negeri’.

Para pelajar ini membatik secara bersama-sama dengan motif mega mendung yang sudah menjadi ciri khas dan identitas batik Cirebon. “Kegiatannya, para siswa membatik dengan pola mega mendung, karena tema tahun ini “mega mendung untuk negeri”. Mega mendung adalah identitas dan motif dari Cirebon, kita ingin me-nasional-kan mega mendung,” tambah Arief.

Musium Rekor Indonesia (MURI) menyatakan kegiatan Pelajar Membatik Massal memecahkan rekor baru di Indonesia. Bahkan, kegiatan tersebut masuk dalam rekor dunia. “Karena membatik tidak ada di luar hanya ada di Indonesia,” kata Senior Manager Muri Ariani Siregar.

Rekor baru membatik di Cirebon, sambung dia, mampu mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh sekolah Santo Alusius Bandung. Sekolah tersebut mencatat sebanyak 2.500 siswa mengikuti kegiatan membatik. “Kami sudah melakukan verifikasi langsung di lokasi dan tercatat ada 2832 pelajar dari 17 sekolah ikut dalam pemecahan rekor MURI. Rekor dunia tercatat yang ke 9.206 ya dan bukti tercatatnya prestasi tadi kami serahkan kepada BT Batik Trusmi,” ucapnya.

Sebelum ini, BT Batik Trusmi pernah menorehkan rekor MURI dua kali, masing-masing kategori pemilik toko batik terluas 4.840 meter persegi pada usia termuda (22 tahun) pada 24 Maret 2013 dan kategori pembuatan cap batik terbesar ukuran 2×3 meter pada 1 Oktober 2014. “Prestasi ini kami catat di MURI sebagai rekor dunia dengan urutan ke-9206,” ujarnya. (ndy)

Endy Poerwanto