SOSOK

Happy Salma Lestarikan Batik Lewat Film

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Semangat melestarikan batik Indonesia tak pernah luntur. Banyak cara agar tetap lestari. Salah satunya, dengan membuat sebuah film. Cara itu yang tengah dikerjakan aktris Happy Salma. Lahirnya ide bikin film tentang batik ini, melalui proses yang panjang dan ide yang brilian. Karena memang selama ini belum ada yang memikirkan untuk mem-film-kan terkait dengan batik.

“Awalnya waktu itu punya ide, saya ada brand Tulola, lantas ambil motif dari batik Kudus jadi perhiasan. Saya membayangkan bagaimana orang bisa merasakan batik itu adalah sebuah proses kehidupan,” lontar Happy dalam jumpa pers film Sekar di Jakarta, Senin (01/10/2018).

Melalui Titimangsa Foundation yang dipimpin Happy Salma akhirnya membikin film pedamping untuk perhiasan itu. “Sampai akhirnya saya lupa dengan perhiasan yang akan kita buat. Karena keasyikan menggali bagaimana membuat film ini dan dipublikasikan ke orang banyak,” lanjutnya.

Film Sekar bercerita tentang batik ini, dipersembahkan buat Indonesia. Merupakan rangkaian untuk melestarikan batik Indonesia. Film pendek yang disutradarai Kamila Andini berdurasi 30 menit itu mengisahkan hubungan antara ibu dan anak. Juga pandangan lebih dalam tentang persamaan hubungan dengan batik.

“Seperti batik kadang kita enggak ngerti apa sih maknanya, tapi ternyata ada filosofinya, itu adalah rapalan-rapalan doa. Cinta kasih ibu ke anak sangat abstrak, jadi kita harus mengaktifasi semua indra. Sama kayak batik, kadang tidak bisa dimengerti hanya dengan dilihat,” lontarnya.

Film ini bercerita tentang seorang wanita buta bernama Sekar (Sekar Sari) yang menjadikan batik buatan ibunya sebagai sebuah dunia. Dia mencintai seluruh bagian dari batik tanpa pernah melihatnya. Hanya bisa menyentuh, merasakan penuh perasaan.

Setiap kali ibunya (Christine Hakim) membuat batik dengan canting dan lilin, dia selalu ada di samping ibunya untuk mencium bau lilin, bau pewarna, mendengar suara kibaran kain, suara kompor dan meraba cap. Sang ibu juga suka memintanya duduk bersama dan menebak motif apa yang sedang dibuat. Bagi Sekar, batik adalahnya caranya melihat dunia.

Film ini mengajak penonton menikmati semua bunyi, visual dan semua perasaan yang ada dalam batik seperti yang dirasakan Sekar. Di balik setiap batik terselip doa dan harapan yang tersimpan. Melalui hubungan Sekar dan ibunya, memperlihatkan kasih sayang yang mendalam.

“Terus terang saya sangat bangga bisa mendukung hadirnya film pendek ini. Keterlibatannya dalam film Sekar ini sebagai cara untuk melestarikan warisan budaya,” ungkap isteri Tjokorda Bagus Dwi Santana Kerthyasa.

Sutradara Kamila, lanjut Happy, berani mengangkat batik sebagai latar belakang yang tetap dikemas secara menarik dengan problematika kehidupan seorang disabel inspiratif. “Dengan mengangkat batik, ini adalah kontribusi kami untuk melestarikan dan menjaga warisan budaya bangsa,” terang perempuan berusia 38 tahun ini.

Selain Christine Hakim dan Sekar Sari, film ini juga diperankan oleh Marthino Lio. “Sekar” akan diputar perdana mulai 2 Oktober 2018 di kanal YouTube Indonesia Kaya. Namun, masyarakat dapat menyaksikan ringkasannya yang berdurasi 8 menit bertepatan juga dengan Hari Batik Nasional. (EP)

Endy Poerwanto