DAERAH HOTEL KOMUNITAS

Halim Chandra Berkontribusi Pada Masyarakat Lokal Lewat Mereren Village.

CANGGU,Bali, bisniswisata.co.id:  Ada beberapa pulau tetangga yang dekat dengan Bali.  Ada 3 yang paling terkenal, terletak sekitar 20 km dari Bali ke Tenggara yang dikenal sebagai Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Nusa Lembongan. 

Masing-masing pulau ini memiliki tujuan wisata dan seni yang unik.  Bagi banyak orang, ketiga pulau ini mungkin tidak dikenal sebagai bagian dari kabupaten Bali.  Betapa tidak, mereka memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan pariwisata di daerah Bali. 

Di antara ketiga pulau tersebut, Pulau Nusa Penida adalah yang terbesar, dan juga dikenal sebagai tujuan terbaik untuk scuba diving.  Meskipun dua pulau lainnya, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan terletak terpisah, secara administratif masih termasuk dalam wilayah Nusa Penida.

Kepulauan ini termasuk dalam wilayah kabupaten Klungkung.  Selat Badung memisahkan pulau-pulau dan Bali daratan. Di Pulau Nusa Penida,  pengunjung bisa menemukan pantai murni yang indah dan beberapa tempat konservasi yang melindungi tanaman, burung, dan juga penyu.  

villa
Deretan villa di Mereren Village menghadap pantai di Nusa Penida

Saat menyelam di Pulau Nusa Penida, kemungkinan besar penyelam  akan melihat pelagis besar, seperti Manta Ray (Manta Birostris) di beberapa lokasi dan Mola Mola (Oceanic Sunfish).  Jika beruntung, terkadang juga akan melihat hiu paus.

Meski bukan hobby diving, namun Halim Chandra berkunjung ke Nusa Penida di medio  2016 karena mendengar ada peluang komoditi rumput laut dan kopra di sana.

Niat awalnya adalah ingin diversifikasi usaha. Sebagai developper yang menbangun perumahan, apartemen, rumah toko ( Ruko), Halim datang dan menemukan hanya ada 7 hotel yang bisa menjadi pilihannya untuk menginap.

“Hotelnya sudah berkisar harga Rp 1 jutaan per malam dan begitu menikmati keindahan pulau ini langsung fokusnya jadi ingin bikin villa bukan cari rumput laut tapi cari lokasi terbaik,” kata Halim Chandra, pemilik Mereren Village, Nusa Penida.

Tak perlu lama, tahun 2017 dia datang lagi dan langsung tidak pulang-pulang ke Jakarta dan ibaratnya jadi Bang Toyib yang tidak pulang-pulang seperti lirik lagu dangdut.

” Saya langsung investasi bangun 7 villa di atas lahan yang strategis. Dengan sistem investasi dan partnership nantinya saya bisa total bangun 36 villa,” kata Halim Chandra.

Menyasar kelas premium, Mereren Village yang artinya berhenti sejenak atau singgah mulai beroperasi pada 2019. Sejarah kelahirannya sudah menghadapi  Gempa Lombok, juli 2018 di susul dengan erupsi Gunung Agung kedua di bulan Desember di tahun yang sama.

Belum genap setahun beroperasi Mereren Village menghadapi pandemi global masuknya virus Corona hingga sekarang. Tamu yang semula 95% dari Eropa kini justru sebaliknya 95% adalah wisatawan lokal maupun dari nusantara.

” Tamu bule juga ada tapi yang nyasar saja alias digital nomad asing yang tertahan tinggal di Bali ,” kata Halim sambil tergelak. Maksudnya wisman yang tidak mau pulang ke negaranya atas nama Corona dengan alasan belum ada penerbangan internasional, pembatasan dan lainnya.

potret
Halim Chandra, pemilik Mereren Village bersama istri

Personal Social Responsibility

Biasa jadi pengembang rumah, apartemen dan ruko, lalu membuat Mereren Village, Halim Candra langsung nyebur di dunia hospitality yang identik dengan keramahtamahan dan pelayanan dari hati.

“Beruntung saya bisa learning by doing alias belajar dan praktik langsung dari tokoh pengusaha lokal yang juga memiliki villa yaitu Wayan Winawan yang membuat saya jadi banyak terlibat dengan komunitas lokal terutama untuk menjaga ekosistem laut Nusa Penida agar terjaga keindahannya “

Wayan Winawan yang putra daerah ini berjasa dalam mengedukasi masyarakat lokal dan membina kalangan perhotelan bahkan bisa dibilang merubah mindsetnya sehingga apapun yang akan dilakukannya kini berorientasi pada lingkungan dan berdampak pada masyarakat. Apalagi semakin peduli lingkungan tantangannya juga mengejutkan.

” Salah satu tantangan yang saya hadapi adalah ketika pertama kali datang ke Nusa Penida hanya ada 7 hotel, sekarang di tahun 2020 lalu saja sudah ada 480 an hotel, homestay, rumah panggung sewa dan sebagainya,”

Persaingannya juga luar biasa karena rumah panggung kayu dari Sulawesi atau Palembang pembangunannya cukup seminggu sudah bisa disewakan pada pengunjung yang datang ke pulau Nusa Penida.

” Untungnya kami menyasar kelas premium jadi bisa tetap fokus pada segmen pasar yang ada tapi tamu akan kembali karena kami menawarkan aktivitas untuk berkontribusi pada masyarakat setempat,”

Menawarkan pengalaman berharga selain aktivitas diving sudah dilakukan Halim Candra dari awal beroperasinya karena semua dimulai dari diri sendiri untuk menjadi orang ‘Nusa Penida’ seperti menyelamatkan terumbu karang, membuat kolam-kolam tadah hujan dan aktivitas lainnya.

Pulau karang Nusa Penida yang indah membutuhkan banyak sumber mata air yang membuat Halim belajar bagaimana khasiat pohon-pohon tertentu mulai dari bambu, pohon Intaran     ( Mimba) yang banyak manfaat untuk umat dan sekaligus kelak sebagai sumber air.

Pohon intaran yang mudah ditemukan di pinggir jalan bisa dimanfaatkan mulai bagian kulit, daun, biji hingga pucuknya untuk menjaga kesehatan. Seperti anti inflamasi, anti bakteri, anti jamur, pencuci darah, detok dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Siapa sangka orang Jakarta ini akhirnya jadi paham bahwa dari satu pohon bernama Pohon Intaran ( Mimba) yang akarnya menghujam ke dalam tanah dan pohonnya menjulang tinggi sebagai pohon pelindung bisa menurunkan sedikitnya 10 derajat suhu panas.

Presiden Soekarno bahkan mengirim ke Arab Saudi untuk menghijaukan Padang Arafah yang panas karena banyak mengeluarkan oksigen. Pada awal-awal pengiriman haji, jemaah Indonesia tidak tahan hawa panas gurun pasir. 

Presiden Soekarno mengirim bibit pohon Intaran dan petaninya sekaligus untuk merawat sehingga di Arab namanya menjadi Pohon Soekarno.

Dalam pengobatan Hindu, pohon Intaran bisa menyembuhkan beragam penyakit termasuk COVID-19, penahan dan pemecah angin dan banyak digunakan untuk ritual keagamaan sehingga menjadi pohon sakral.

Fasilitas Mereren Village dan keindahan taman laut Nusa Penida

Explore Bali, jangan merugi

Dari pengalaman menerima tamu yang didominasi negara-negara Eropa dan memiliki kepedulian tinggi pada ekowisata serta pembangunan yang berkelanjutan, Halim Candra menjadi paham Bali memiliki kekayaan yang bisa membuat wisatawan menjadi peduli pada kelangsungan hidup ke depan.

” Oleh karena itu eksplore Bali karena sesuai julukannya Pulau Dewata, semua wilayahnya cantik jadi saatnya wisatawan nusantara juga datang, jangan merugi karena waktunya sekarang tepat,” katanya.

Banyak juga yang bisa dipelajari dari wisatawan Eropa yang datang. Mereka tidak berfikir pada gaya hidup hari ini, tapi bagaimana mewariskan keindahan alam dan ekosistem yang lestari pada generasi penerus yaitu anak, cucu nanti, tambahnya.

Oleh karena itu dia optimistis menggali kearifan alam dan kearifan lokal pada Wayan Winawan dan penduduk lainnya. membuatnya dapat menggali program yang melibatkan emosional dari tamu, dimana tamu akan terus datang karena memiliki proyek pelestarian alam di Nusa Penida.

” Harga menginap di hotel kami mulai dari Rp 600 ribu hingga Rp 1,5 juta, namun kalau dilibatkan dalam kegiatan Corporate Social Responsibility      ( CSR) atau Personal Social Responsibility ( PSR), tamu mau  merogoh kocek 50 juta hingga ratusan juta karena berbasis community projects, mampu memberi  manfaat untuk masyarakat lokal,” jelas Halim.

Mengajak tamu untuk memiliki pengalaman pribadi dan menjadi bahagia dengan kegiatan penangkaran penyu, menanam mangrove, budi daya pohon Intaran, membuat embung dan aktivitas lainnya menjadi daya tarik wisata bagi orang-orang yang sudah mapan hidupnya.

Harapannya ke depan pemerintah pusat maupun daerah menyerbarkan informasi yang merata untuk seluruh Bali karena potensinya besar. Sayang jika wisatawan nusantara tidak mampu menikmati keindahan Bali yang menjadi tanah airnya sendiri.

Kegiatan di Bali tidak ada habisnya, bagi pebisnis juga begitu yang mau berinvestasi. “Soal rumput laut yang dulu justru menjadi komoditi incaran  tetap akan menjadi diversifikasi usaha saya nanti,” tambahnya

Jepang dan Korea masih membutuhkan rumput laut basah karena kandungan kolagennya untuk bahan kosmetikanya tinggi. Halim terus mempelajari bagaimana bisa mengambil nutrisinya dan diolah menjadi tepung misalnya.

Menyinggung  komoditi kopra dan produksi virgin coconut oil dari buah kelapa, Halim juga tambah bersemangat. Termasuk membahas manfaat tanaman bambu mulai dari rebung, batang hingga daun yang bermanfaat.

Mereren Village bisa menjual langsung nanti produk-produk dari bahan alami sekaligus mengedukasi atas kekayaan flora dan fauna yang kita miliki,”

Sayangnya obrolan di kedai kopi jelang magrib itu harus kami akhiri. Dalam perjalanan pulang di dalam mobil jadi terpikir bagaimana seorang pengembang menjadi hotelier dan membuat pilihan sebagai aktivis lingkungan ?. Hidup memang pilihan termasuk menjadi malaikat penyelamat lingkungan seperti Halim Chandra. Bravo bro !

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)