Wisatawan domestik pergi wisata dengan keluarga maupun dengan komunitasnya. ( Foto: tutisunario. wordpress.com).
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Pengamat pariwisata Wuryastuti Sunario berharap Kemenparekraf dorong pergerakan wisatawan domestik segera tanpa harus menunggu awal 2021, mengingat kalangan industri sudah berteriak kehabisan dana sejak September lalu.
” Pernyataan Wakil Menparekraf/ Bekraf Angela Tanoesudibjo bahwa akan membangkitkan kembali sektor pariwisata Tanah Air melalui program diskon pariwisata baru pada 2021 atau setelah vaksin COVID-19 rampung terlalu lama karena kebutuhannya adalah sekarang,” kata Wuryastuti yang akrab disapa Tuti Sunario.
Diskon pariwisata ini gunanya untuk mendorong paket wisata domestik. Karena di masa pandemi ini, selain faktor kepercayaan masyarakat atas kebersihan destinasi wisata, daya beli masyarakat juga tengah menurun di masa pandemi ini, ucap Angela.
Wamenparekraf juga sudah punya agenda dalam peningkatan spending wisatawan nusantara. “Karena Indonesia merupakan negara dengan populasi besar, kita memiliki peluang di wisata domestik yang masih bisa dimaksimalkan,” jelas Angela.
Dari pernyataan itu, kata Tuti, apalagi pemerintah telah menetapkan akhir Oktober 2020 sebagai cuti bersama yang bisa dinikmati seluruh masyarakat, mengapit perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW pada 29 Oktober 2020 maka kalau sudah ada program tanggal 28 dan 30 Oktober 2020 sebagai cuti bersama Maulid Nabi Muhammad SAW akan dimanfaatkan untuk berwisata ke daerah.
” Seperti biasa akhir tahun ada liburan sekolah, Natal dan Tahun Baru jadi kalau kebijakan diskon wisata mukai Oktober akan tepat sekali membangkitkan wisata domestik dan memulihkan perekonomian daerah, “kata Tuti.
Industri sudah berteriak terpaksa mulai mem-PHK karyawannya, atau bahkan menutup usaha. Dalam keadaan krisis berkepanjangan demikian, apa yang bisa kita lakukan agar tetap bertahan, tidak saja sebagai usaha , tetapi bahkan bagaimana keluarga dan pribadi bisa lanjut hidup, dan apakah akan mampu melewati krisis ini?
“Semua sepakat wisata domestik penyelamat sektor pariwisata keluar krisis. Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan dengan gamblang menyatakan bahwa mengingat perkembangan COVID 19 secara global belum sesuai harapan, maka perkembangan sektor pariwisata hendaknya difokuskan kepada wisatawan domestik hingga akhir 2020.
Statistik BPS menunjukkan bahwa jumlah wisatawan domestik Indonesia tahun 2018 mencapai tidak kurang 303,4 juta perjalanan, yang meningkat 12,37% banding tahun sebelumnya, sedangkan dalam 5 tahun belakangan, kegiatan wisatawan domestik mencuat 21%.
Terbanyak menggunakan transportasi darat (80%) berupa mobil pribadi, bis atau kereta api; 5,7% menggunakan pesawat, dan 4,75% menggunakan kapal laut atau transportasi danau.
Dilihat dari segi usia, jumlah terbesar wisatawan nusantara adalah anak-anak sampai umur 15 tahun (24,2%) yang tentunya dibawa orang tua atau guru . Kemudian dewasa umur 35-44 tahun sebanyak 18,6%, dan yang berumur 55 tahun keatas sebanyak 12%.
Sedangkan menurut ASITA selama 2019 jumlah wisatawan Indonesia ke luar negri ( outbound) capai 9,75 juta orang dengan destinasi pilihan terutama ke ASEAN , Eropa , Jepang dan Rusia.
“Bagi industri wisata Indonesia, mereka yang naik pesawat dan juga yang biasa ke luar negeri merupakan captive market apalagi karena mereka juga “terperangkap” tidak mungkin ke luar negeri karena perbatasan banyak negara masih tutup.
Seorang kawan Tour Operator, kata Tuti, mengatakan bahwa ia sudah terima 8 booking overland memakai mobil Alphard untuk rombongan keluarga berwisata selama 10 hari meliputi Jakarta, Yogyakarta dan Bali.
Ada kawan yang sewakan rumah zaman dulu di Yogya, dan katanya penuh terus. Rupanya yang datang memang sendiri-sendiri dengan mobil pribadi. Jadi rombongan keluarga, wisata ke beberapa kota dan menginap 2-3 malam.
Tuti mengatakan yang diperlukan sekarang adalah survey wisnus, terutama yang tadinya wisatawan outbound ( biasa ke luar negri), bagaimana oleh tour operator diajak wisata domestik mumpung semua borders juga masih tutup.