KLATEN, bisniswisata.co.id: Berkecimpung di dunia militer dan setelah purna tugas terjun sebagai pengusaha restoran memang berbeda dari pengusaha lainnya dalam membuat konsep dan strategi menjalankan usahanya
Adalah Dr. Ade Supandi, S.E., M.A.P
sebagai mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) 2018 yang mendirikan Griyo Dhahar Semego di Klaten, Jawa Tengah yang menjadi tempat kulineran, penyelenggaraan event, tujuan Rekreasi dan tempat belajar Filosofi Jawa.
Sempurna! satu kata itu bisa mewakili fasilitas yang ada dan menjadi motivasi sebuah keluarga untuk mengikat diri (bonding) tali kasih dengan sesama anggota keluarga di satu tempat bernama Griya Dhahar Semego.
Apalagi arti Semego adalah banyak makan sehingga sang pemilik menginginkan mereka yang datang ke restorannya benar-benar menikmati hidangan tersaji yang betul-betul membuka selera.
Rumah makan dan sekaligus tempat rekreasi dan event bernama Griyo Dhahar Semego ini berlokasi di Desa Wunut, Tulung, Klaten, Jawa Tengah. Di area 7.400 m2 itu, sebuah restoran yang menjadi destinasi wisata bagi warga Klaten dan sekitarnya yang representatif sekaligus sebagai tempat berbagai event bisnis, seni hingga budaya. Betapa beruntungnya warga Klaten ya
Ade Supandi dan istri dengan berbagai fasilitas di Griyo Dhahar Semego.
Kebutuhan rumah makan seperti beras, sayur-mayur, ikan, dan bumbu- bumbu disiapkan oleh keluarga besarnya sehingga kualitasnya benar-benar terjamin. Bagaimana soal harga makanan dan minumannya? Tidak akan menguras dompet dan isi kantong. Makan enak, higienis, dan murah, tapi dijamin tidak murahan.
Griyo Dhahar Semego yang buka setiap hari pada pukul 09.00-17.00 WIB dan weekend pukul 08.00-17.00 WIB ramai pengunjung. Bahkan pada akhir pekan, pengunjung bisa mencapai 800 orang. Sedangkan setiap hari Senin, tutup.
Hal yang membedakannya adalah suasananya, karena seluruh bangunannya berdiri di atas kolam yang banyak ikannya. Sehingga pengunjung akan dapat dipastikan merasa rileks melihat ikan-ikan berenang kian kemari.
Tidak itu saja, ada sebuah “kapal” yang bisa dinaiki oleh pengunjung. Dijamin, anak-anak pasti senang dengan pengalaman barunya bisa menaiki “kapal”. Bangunan berbentuk kapal itu menjadi sarana edukasi bahari bagi anak-anak.
Maklum sang pemilik Ade Supandi yang anggota Angkatan Laut (AL) ketika bertugas terbiasa dengan perairan laut dengan kapal perang, kapal selam, marinir, dan pesawat angkatan lautnya bahkan menjadi orang nomor satu sebagai KSAL ke 25 periode jabatan 31 Desember 2014 – 23 Mei 2018.
Di Kampung halamannya di kawasan Bandung Barat tepatnya di desa Pangauban, kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, sejak September 2019 berdiri Museum Galery Bahari biasa disebut Mugaba Banuraja.
Wisata edukasi pilihannya ini berdiri di tepi Sungai Citarum dan Dr. Ade Supandi, S.E., M.A.P. yang kini jelang berusia 65 tahun mengatakan selain sebagai wujud kecintaannya kepada tanah air dan generasi penerus, melalui museum berciri khas maritim ini dia ingin berbagi tentang pentingnya generasi penerus untuk belajar dari jejak sejarah kehidupan.
Nah di Klaten, Kampung halaman istri tercinta, Endah Esti Hartanti Ningsih berdirilah resto yang juga menjadi tujuan wisata Semego karena selain ada ‘kapal perang’ juga ada kolam renang yang luas di bagian buritan kapal, ada tempat karaoke dan ruangan besar untuk pernikahan dan meeting-meeting perusahaan.
“ Semego diurus oleh keluarga Istri saya sedangkan Mugaba di Bandung Barat diurus oleh keluarga dari kampung Pangauban, tanah kelahiran saya. Jadi adilah kedua orangtua saya yaitu ibu kandung dan mertua saya ketika hidup punya kesibukan di hari tua dengan kedua obyek wisata yang kami ciptakan,” kata Ade Supandi.
Ketika secara resmi dibuka pada tanggal 28 November 2020, pengunjung rela antre dan antusias dengan kehadiran Griyo Dhahar Semego ini apalagi banyak event juga dilaksanakan di sini, katanya.
Untuk event, selain kreativitas dari pelanggan untuk membuat berbagai lomba dan games ke kinian, marak juga menjadi tempat pernikahan yang out of the box karena baik dilakukan di siang ataupun malam hari banyak sekali spot selfie untuk mengabadikan momen sekali seumur hidup itu dengan gaun pengantin modern maupun tradisional.
Sebagai tempat rekreasi, melepaskan kepenatan dari pekerjaan rutin sehari-hari tidak perlu menunggu akhir pekan karena kolam renang dan karaoke serta resto buka setiap hari sehingga pengunjung bisa datang pada jam operasional Semego.
Kolam Renang “Niti Tirto” yang artinya air pilihan atau air terbaik berasal dari mata air pilihan, sehingga pengunjung setelah berenang dapat merasakan kesegaran jasmani.
Kolam renang itu untuk orang dewasa dan anak-anak dan di tepi kolam renang, disediakan meja, kursi, dan payung peneduh sehingga
pengunjung bisa makan dan minum di tempat itu.
Fasilitas kolam renang ini dilengkapi sarana dan fasilitas, berupa kamar ganti dan bilas, musholla, toilet bersih. Sementara fasilitas area ada dapur umum, area parkir, ruang sekuriti, kantor manajemen, dan ruang membuat minuman.
Hebatnya lagi letika membangun fasilitas di area Semego, maka baik Ade Supandi dan istri sepakat untuk memperkenalkan nama-nama bangunan yang ada. Ketika pengunjung datang mereka akan memasuki ruang Ranjana yang artinya gembira atau bahagia.
“Ranjana merupakan ruang resepsionis dan kasir. Sesuai dengan artinya bahwa kami menerima tamu dengan suka cita dan bahagia,” jelas Endah Esti Hartanti Ningsih.
Kemudian ada Pendopo Cokro yang artinya adalah roda pelindung. Setting ruangan ini bernuansa Jawa klasik yang mampu menampung 80 orang pengunjung.
Tersedia alat musik berupa gamelan seperti gong, kenong, dan kempul. Di sini pengunjung bisa menikmati interior nuansa tradisi Jawa Tengah dan penataan tempat duduk dengan kursi dan meja makan kayu jati.
Jika alat musik tidak dimainkan bisa leyeh-leyeh alias bersantai sambil mendengarkan irama musik gamelan yang cenderung lembut. Hidup memang seperti cokro, roda kehidupan yang terus berputar.
Mungkin juga mengingatkan tamu agar hidup tidak ngoyo tidak maksa! Jalani hidup sesuai ajaran agama masing-masing dan selaras dengan budaya serta prinsip hidup masyarakat Jawa.
Model bangunannya berbentuk pendopo berbagai untuk acara resepsi pernikahan, ulang tahun, reuni, dan terdapat “Eyang Corner” dimana pihak pemilik “Griyo Dahar Semego” mengabadikan foto-foto, kursi, dan lemari peninggalan Eyangnya.
Oh iya, sepanjang menyusuri koridor setelah masuk terdapat lima gazebo yang diberi nama “Mada”, artinya kegembiraan; “Damar”, artinya penerang; “Ranu”, artinya kolam; “Kyati”, artinya harum; dan “Tyaga”, artinya pemberian Tuhan.
Masing-masing gazebo bisa memuat kurang lebih 8-10 orang. Gazebo itu unik karena di bawahnya ada kolam ikan, sehingga pengunjung bisa melihat langsung “kapal” dan ikan- ikan yang berenang.
Di bagian belakang terdapat “Kapal Cayapata” yang artinya Gugusan Bintang yang terdiri tiga lantai, yaitu lantai satu area food court dan spot selfie mural, lantai dua area coffee shop, area butik produk lokal, dan sovenir hasil UMKM warga sekitar, dan area karaoke keluarga.
Di lantai tiga, area anjungan kapal merupakan ilustrasi sistem kemudi kapal dengan pemandangan Gunung Merapi dan hijaunya sawah dilengkapi dengan area bantalan untuk menikmati keindahan awan dan alam sekitar. Pada anjungan kapal terdapat ruang dalam untuk pertemuan rapat -rapat.
Bagi yang mengabadikan tempat ini sebagai lokasi pernikahan maka Kapal Cayapata inilah sebagai latar belakang pelamin dan tempat berfoto ria.
Membangun tujuan wisata kuliner, event, rekreasi, tempat belajar kemaritiman dan filosofi Jawa memang tidak semudah sekedar menjadi rumah makan atau restoran bahkan belum tentu selalu profit dengan biaya pemeliharaan yang tinggi.
Ade Supandi mengaku cukup puas pengunjung mau menjaga kebersihan dan tempat ini layaknya balai warga jadi tempat pertemuan beragam keluarga besar dari berbagai daerah terutama saat pulang kampung Lebaran, tempat kumpul berbagai komunitas, tempat kreatifitas ekraf dan budaya termasuk pertunjukan wayang digelar.
“ Mungkin tepatnya usaha ini lebih ke social entrepreneur, kecuali ada kesadaran dari semua pihak baik pribaldi, instansi, swasta untuk mempertahankan eksistensi Griya Dhahar Semego ini dengan menjadi pelanggan setia,” kata Ade Supandi menutup obrolannya.