YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Geopark Gunung Sewu diwilayah Gunungkidul Yogyakarta, Wonogiri Jawa Tengah dan Pacitan Jawa Timur, yang sudah ditetapkan Global Geopark Network (GGN) saat sidang UNESCO di Jepang, pada 2015, kini mendapat perhatian serius dari Organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO).
Perhatian itu, dengan memantau pengelolaan geopark Gunung Sewu. “Ada berbagai aspek yang dinilai UNESCO dalam pemantauan perkembangan pengelolaan Gunung Sewu kali ini,” ujar General Manager Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, Budi Martono saat mendampingi tim UNESCO bertemu Wakil Gubernur DI Yogyakarta Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam X di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Jumat kemarin.
Pemantauan Unesco itu meliputi pengelolaan Gunung Sewu dari aspek edukasi, gender, ekonomi, hingga lingkungan hidup. Setiap empat tahun sekali, tim accessor UNESCO akan menguji kembali kelayakan geopark yang telah ditetapkan.
Dengan menyandang predikat sebagai geopark, lanjut dia, Gunung Sewu harus bisa dimanfaatkan untuk geotourism. Geotourism itu mengusung prinsip tidak merusak kelestarian yang sudah ada, sehingga konservasi bisa berjalan.
“Geopark bukan pariwisata dalam arti biasa. Pariwisata biasa mungkin melihat bagaimana ada pemandangan indah dalam satu objek, tapi faktor caring capacity dan kelestarian tidak menjadi prioritas,” ujar Budi.
Sejak Gunung Sewu ditetapkan menjadi kawasan geopark UNESCO, kemiskinan kawasan sekitar yang sebelumnya tercatat berada di angka 22 persen turun menjadi 18 persen. “Data yang didapat dari pantauan tim UNESCO ini akan dilaporkan pada sidang September 2019 di Rinjani,” tambahnya.
Anggota tim acessor dari UNESCO, Jahier Lopez Coballero mengatakan dari pantauan awal atas pengelolaan Gunung Sewu, pihaknya telah melihat upaya perkembangan positif dampak pengelolaan kawasan itu. Hanya saja, saat ini mereka belum bisa langsung memutuskan hasilnya secara keseluruhan. “Kami merekomendasikan agar pengelola lebih gencar mengembangkan potensi yang ada di sekitar geopark karena revitalisasi kawasan wajib dilakukan,” ujar Coballero.
Wakil Gubernur DI Yogyakarta Paku Alam X mengatakan, sejak ditetapkan sebagai geopark dunia, pemerintah DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur telah bekerja sama demi mengelola kawasan Gunung Sewu. “Regulasi bersama yang dibuat tiga pemerintah dalam menjaga dan mengelola Gunung Sewu sinkron dan sustainable, sehingga geopark ini bisa terkelola dengan baik,” ujar Paku Alam.
Kawasan karst Gunung Sewu merupakan bentang alam kedua di Indonesia yang masuk ke jaringan Geopark International setelah sebelumnya kawasan Gunung Batur, Bali, terlebih dahulu ditetapkan sebagai bentang alam warisan dunia yang dibina UNESCO.
Gunungsewu Global Geopark Indonesia memiliki sedikitnya 33 geoarea, yang masing-masing tersebar di dalam 33 geosite. Rinciannya, 13 geosite berada di Kabupaten Gunungkidul, tujuh geosite di Kabupaten Wonogiri, dan 13 geosite di Pacitan. (NDY)