BANDUNG, bisniswisata.co.id: Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat (Jabar) mencatat sedikitnya 15 wisatawan mengalami sesak nafas akibat erupsi Gunung Tangkuban Parahu, Jumat (26/7) petang. Meski sudah ada himbauan agar wisatawan tidak mendekat kawah, sayangnya himbauan itu diabaikan.
“Ada 15 orang wisatawan yang terdampak sesak nafas dan sudah dibawa ke Sespim Porli Lembang,” kata Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jawa Barat, Budi Budiman Wahyu;
Dalam peristiwa ini, lanjut dia, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa erupsi Gunung Tangkuban Parahu dan tidak ada warga yang mengungsi. Hanya imbauan dilarang mendekat dalam jarak 2 Kilometer, meski asap gunung itu tidak mengandung racun yang berbahaya.
BPBD Provinsi Jawa Barat melakukan koordinasi dengan BPBD Kabupaten Bandung Barat dan PVMBG. “Kami juga telah menurunkan tim untuk assesment, kemudian kami beserta Tim Gabungan BPBD KBB dan BPBD Kabupaten Subang siaga di pos Pantau PVMBG,” kata Budi seperti dikutip Antara, Sabtu (27/07/2019).
Ia mengimbau kepada warga, wisatawan agar tetap waspada dan memperhatikan arahan dari petugas dan tidak terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab. “Untuk titik aman diimbabu dua kilometer dari lokasi, lokasi ke pemukiman kurang lebih tujuh kilometer,” kata dia.
Menurut dia, saat ini Gunung Tangkuban Parahu berada pada Status Level I (Normal) dengan rekomendasi masyarakat di sekitar gunung dan pengunjung, wisatawan, pendaki tidak diperbolehkan turun mendekati dasar kawah Ratu dan Kawah Upas.
“Kemudian warga atau wisatawan tidak boleh menginap dalam kawasan kawah-kawah aktif yang ada di dalam kompleks Gunung Tangkuban Parahu, serta ketika cuaca mendung dan hujan dikarenakan terdapatnya gas-gas vulkanik yang dapat membahayakan kehidupan manusia,” kata dia
Erupsi Gunung Tangkuban Parahu juga mendapat perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi). “Menanggapi fenomena alam erupsi Gunung Tangkuban Parahu hendaknya masyarakat juga wisatawan agar waspada. Ikuti semua yang disampaikan oleh aparat,” kata Presiden di Jakarta pada Jumat petang.
Ahli vulkanologi Surono mengimbau masyarakat dan wisatawan agar tidak panik akibat erupsi Gunung Tangkuban Perahu yang berada di Provinsi Jawa Barat karena tidak terlalu membahayakan. “Warga Bandung aman-aman saja, jangan panik,” pesannya.
Mbah Rono, sapaan akrabnya, menambahkan bagi masyarakat atau wisatawan dari arah Jakarta yang ingin bertolak ke Bandung, tidak perlu balik arah atau mengubah rute perjalanan karena situasi cukup aman. Meskipun demikian, ia tetap mengimbau masyarakat dan wisatawan agar mewaspadai aktivitas Gunung Tangkuban Perahu di sekitar bibir kawah.
“Kecuali di sekitar bibir kawah Gunung Tangkuban Perahu, bisa saja terkena abu namun tidak menyebabkan kematian,” katanya sambil mengaku kaget dengan erupsi Gunung Tangkuban Perahu yang terjadi secara tiba-tiba padahal status gunung tersebut masih normal.
Legenda Sangkuriang
Gunung Tangkuban Parahu juga menjadi simbol dari cerita rakyat nusantara bertajuk Sangkuriang. Ya, asal usul Gunung Tangkuban Perahu tidak bisa dilepaskan dengan legenda Sangkuriang, sebuah kisah cinta terlarang antara anak kepada ibunya, Dayang Sumbi.
Alkisah, hiduplah seorang anak bernama Sangkuriang yang gemar berburu di hutan. Pada suatu waktu dia pergi menghilang ke hutan untuk mencari tahu siapa ayahnya.
Sangkuriang kemudian kembali. Dayang Sumbi lalu bercerita, bahwa dirinya adalah ibunya, sementara ayahnya adalah situmang (seekor anjing). Tak terima kenyataan, Sangkuriang yang berteman dengan siluman mengaku bahwa ia mencintai Dayang Sumbi dan ingin memperistrinya.
Dayang Sumbi yang sebenarnya ibunda Sangkuriang bingung dan akhirnya memberi syarat kepada Sangkuriang untuk membuat danau dan perahu yang harus diselesaikan sebelum fajar terbit. Tentu syarat itu hanya akal-akalan Dayang Sumbi agar tidak menikah dengan putranya sendiri.
Namun, saat semua syarat hampir terpenuhi, Dayang Sumbi ditolong koleganya membakar hutan agar suasana malam itu mirip dengan situasi fajar. Melihat cahaya terang, Sangkuriang murka hingga menendang perahu yang hampir beres itu hingga terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.
Demikian cerita Sangkuriang yang melegenda. Bukan hanya warga Jawa Barat, namun cerita tersebut sudah menjadi salah satu dongeng wajib bagi anak-anak yang dikisahkan guru di depan kelas.
Lebih jauh bernostalgia, legenda Sangkuriang awalnya merupakan tradisi lisan. Rujukan tertulis legenda Sangkuriang sendiri ada pada Bujangga Manik yang ditulis pada daun palem yang berasal dari akhir abad ke-15.
Karena kuatnya cerita Sangkuriang, ada banyak penulis yang menuliskan kisah ini. Salah satu di antaranya ialah Utuy Tatang Sontani, sastrawan asal Cianjur, Jawa Barat. Utuy menuliskan kisah berjudul Sang Kuriang, terbitan Balai Pustaka. Selain itu, karya Utuy juga sering dipakai dalam pementasan opera.
Meski menyimpan cerita menarik, Gunung Tangkuban Parahu juga punya aktivitas vulkanik sebagaimana gunung api lainnya di Indonesia.
Salah satunya terekam tepat pada Jumat (26/7/2019), pukul 15.48 WIB. Gunung yang dikenal sebagai tempat wisata itu erupsi dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 200 meter di atas puncak atau sekitar 2.284 meter di atas permukaan laut. Secara umum tipikal erupsi Gunung Tangkuban Parahu adalah freatik berupa semburan lumpur dingin warna hitam dari Kawah Ratu.
Sebelumnya, erupsi terjadi pada Oktober 2013 dengan landaan erupsi hanya di dalam lubang kawah. Sejak tahun 2017, 2018, 2019 pada bulan Juni-Juli terpantau gempa uap air/asap yg diduga disebabkan berkurangnya air tanah akibat perubahan musim, sehingga air tanah yg ada mudah terpanaskan, dan sifatnya erupsi pendek. (NDY)