RIYADH, bisniswisata.co.id: Pengerjaan Proyek pariwisata Laut Merah senilai miliaran dollar Amerika Serikat (AS) andalan Kerajaan Arab Saudi terus dikebut untuk membangun resor mewah, hotel, vila, dan restoran di 50 pulau di lepas pantai Laut Merah yang dibatasi karang. Di sana, para wisatwan akan dapat menyelam dan mengunjungi cagar alam serta situs warisan.
Pihak kerajaan menggandeng The Red Sea Development Company (TRSDC) selaku pengembang. Dalam wawancara terkini dengan Reuters, CEO TRSDC John Pagano mengatakan pada akhri 2023 sudah akan ada 16 hotel yang siap menerima wisatawan.
Perusahaan juga berharap pandemi COVID-19 segera berlalu dan rencana pengembangan kawasan wisata berbentuk-V ini dapat selesai tepat waktu.
Proyek Laut Merah ditargetkan dibuka untuk umum mulai akhir 2022. Namun, seluruh fasilitas diperkirakan baru rampung pada 2030 yang meliputi 22 pulau dan enam lokasi daratan dengan kapasitas total 8.000 kamar.
Dua hotel supermewah serta satu hotel mewah di Pulau Sheybarah Selatan dan Ummahat Al Shaykh di pesisir barat sedang disiapkan. Beberapa bagian dari proyek sedang dalam konstruksi dan tahap pertama ditargetkan selesai pada akhir 2023.
Pegano berharap dapat menarik 300.000 pengunjung setiap tahun dan permintaan diharapkan akan melonjak setelah pandemi COVID-19 berakhir. “Akan ada banyak permintaan untuk melancong yang selama pandemi terpendam. Segera setelah pembatasan dicabut, saya melihat pemulihan akan terjadi di sektor pariwisata,” katanya dari Riyadh dalam sebuah wawancara per telepon.
Dari segi pendanaan, TRSDC mengaku aman. Perusahaan akan segera menuntaskan perjanjian pinjaman selama 15 tahun senilai 3,73 miliar dollar AS pada akhir tahun ini. Dana tersebut sebagian akan digunakan untuk mendanai proyek hingga 2023 yang membutuhkan modal 30 miliar Riyal Saudi atau sekitar Rp 113,3 triliun.
Sementara kekurangan dana untuk proyek tahap pertama akan diambil dari Dana Investasi Publik selaku pemilik proyek. “Tidak ada yang berubah, komitmen kami tetap penuh. Modal aman…. kami sangat bersemangat terutama [untuk menunjukkan] bagaimana [kelak] kami mengubah peran pariwisata di Arab Saudi, tidak seperti yang ada saat ini,” katanya.
Kerajaan Saudi menginginkan kelak di 2030 sektor pariwisata dapat menyumbang 10 persen dari produk domestik bruto. Ini merupakan bagian dari strategi mendiversifikasi ekonomi yang selama ini amat bergantung pada minyak.
Proyek besar lainnya yang tengah digarap adalah zona ekonomi NEOM senilai US$500 miliar dan zona hiburan Qiddiya.
Pagano yang juga mantan direktur pelaksana Canary Wharf Group London, berusaha untuk menghilangkan kekhawatiran terutama aktivis lingkungan terkait terganggunya kawasan Laut Merah setelah proyek ini selesai di 2030.
Menurutnya, proyek pariwisata ini bukan ditujukan untuk melayani ‘pasar massal’. “Bahkan saat pembangunan sudah seluruhnya selesai pada 2030, kami tetap akan membatasi pengunjung maksimal 800.000 hingga 1 juta saja per tahun,” katanya.