DAERAH

Gelombang Ekstrem, 140 Wisatawan Terjebak di Pulau Karimun Jawa

KARIMUN JAWA, bisniswisata.co.id: Sedikitnya 140 wisatawan domestik yang menikmati pergantian tahun di Pulau Karimun Jawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tidak bisa pulang. Mereka terjebak gelombang laut ekstrem, dan tak satupun kapal wisata berani menerjang ombak ganas.

Padahal BMKG pada 31 Desember 2018 sudah mengeluarkan Peringatan dini mengenai gelombang tinggi di wilayah perairan Pulau Jawa, termasuk Pulau Karimun Jawa. BMKG memperkirakan gelombang tinggi tersebut akan ada sampai Kamis (3/1/2019).

“Hingga kini, ketinggian gelombang laut di Jepara masih berkisar 2,5 meter dan kecepatan angin 5 sampai 30 knot. Sehingga tidak aman untuk aktivitas pelayaran,” kata Kepala Bidang Perhubungan Laut Dinas Perhubungan Kabupaten Jepara Suroto di Jepara, Jawa Tengah (Jateng), Rabu (2/1/2019).

Dilanjutkan, kapal penyeberangan dari Jepara ke Karimun Jawa tak bisa beroperasi menyusul gelombang tinggi sejak Senin (31/12) hingga kini. Saat ini jumlah wisatawan yang belum bisa menyeberang ke Jepara berkisar 140 orang dari sebelumnya mencapai 200-an orang. Sebagian wisatawan, ada yang memanfaatkan transportasi udara, jika memang memiliki agenda mendesak untuk segera pulang.

Untuk bisa pulang menggunakan pesawat terbang dari Karimun Jawa ke Semarang, wisatawan harus bersabar karena kapasitas pesawat hanya berkisar 60-an penumpang. “Informasinya, Pemprov Jateng akan mengupayakan penambahan frekuensi penerbangan agar bisa mengangkut wisatawan yang masih tertahan di Pulau Karimun Jawa,” ujarnya.

Gelombang tinggi terjadi di Perairan Laut Jepara setiap musim baratan merupakan hal biasa terjadi setiap bulan Desember, Januari hingga Februari. Pihak biro wisata tentunya sudah memberikan penjelasan kepada wisatawan pada bulan-bulan itu rawan terjadi gelombang tinggi, sehingga ketika berlibur pada bulan-bulan memang harus siap menerima konsekuensi tidak bisa pulang sesuai jadwal.

“Jika ingin pulang menggunakan kapal penumpang, tentunya harus menunggu gelombang laut kembali normal karena saat ini memang tidak aman untuk aktivitas penyeberangan,” ujarnya sambil menambahkan untuk memastikan jumlah wisatawan yang tertahan di Karimun Jawa, Dinas Perhubungan Kabupaten Jepara sedang melakukan pendataan ulang hari ini (2/1).

Syahbandar Jepara, Trijoto menambahkan gelombang tinggi memang terjadi sejak Senin (31/12), sehingga diterbitkan larangan kapal penumpang beroperasi demi keselamatan penumpang. “Karena hingga sekarang gelombang di laut masih mencapai 2,5 meteran lebih, maka larangan tersebut kembali diperpanjang sambil menunggu kondisi cuaca kembali normal,” ujarnya seperti dilansir Antara.

Wisatawan yang masih tertahan di Karimun Jawa, kata dia, memiliki alternatif pulang dengan naik pesawat. Trijoto memastikan wisatawan sudah mengetahui konsekuensinya ketika berlibur pada musim baratan seperti sekarang, sehingga harus menyiapkan anggaran yang lebih ketika kapal penumpang tidak bisa beroperasi dan memilih alternatif menggunakan pesawat dengan biaya perjalanan yang lebih mahal.

Camat Karimunjawa Karnanajeng saat dihubungi melalui sambungan telepon, sampai saat ini masih ada 297 wisatawan yang masih tertahan di Karimunjawa. “Kalau saat ini, sementara mereka masih dikoordinir oleh biro perjalanan yang memberangkatkan wisatawan. Mereka masih tinggal di hotel,” kata Karnanajeng, Rabu (2/1/2019).

Jumlah tersebut, katanya, bisa jadi berkurang karena ada jadwal penerbangan dari Bandara Dewandaru Karimunjawa ke Semarang pada hari ini. “Mungkin berkurang hari ini, karena ada penerbangan,” katanya.

Dia menuturkan, penutupan penyebarangan dari Pelabuhan Kartini menuju Karimunjawa, atau sebaliknya terjadi sejak 31 Desember 2018. Penutupan tersebut lantaran gelombang tinggi yang terjadi di perairan utara Jawa. “Termasuk perairan di utara Jepara,” tuturnya. (EP)

Endy Poerwanto