JAKARTA, bisniswisata.co.id: Gastronomi Mini Potluck Festival bertemakan “Tradisi Rasa Makanan, resmi dibuka. Ajang unjuk gigi Aneka Makanan tradisional Indonesia dipadu Internasional dari Barat sampai Timur, digelar di Gedung Krida Bhakti Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Seperti dilansir Setkab.go.id, dalam acara yang diselenggarakan atas kerjasama Indonesia Gastronomi Association (IGA) dengan Sekretariat Kabinet (Setkab) itu disajikan beragam menu makanan antara lain
Berbagai kuliner lelhur dari penjuru nusatara disajikan. Mulai buntil dan botok dari Jawa Tengah, Se’i dari NTT, Arsik dan Roti Jala dari Sumatra Utara, Sala Lauak dari Sumatra Barat, Choipan dan Tempoyak dari Kalimantan Barat, Mie Celor dan Pempek dari Sumatra Selatan, Paniki dan Woku dari Sulawesi Selatan, Ikan Kuah Kuning dari Papua, dan makanan dari beberapa daerah lainnya.
“Gastronomi Mini Potluck Festival adalah ajang mengenal dan mencintai makanan leluhur kita. Makanan Indonesia yang kita nikmati cintai dan terhidangkan di depan kita adalah bagian dari gastronomi Indonesia, makanan atau makan yang bermula dari suatu kebutuhan untuk bertahan hidup nenek moyang kita,” papar Wakil Sekretaris Kabinet (Waseskab) Ratih Nurdiati
Setelah melalui proses panjang turun temurun akulturasi dan proses perkembangan jaman, menurut Waseskab, makan dan makanan bukan lagi sekedar methods of survival tetapi telah menjadi bagian dari kearifan lokal dalam memilih, memilah, mencampur dan memasak makanan.
“Katanya seorang gastronom yang baik tidak harus bisa memasak atau pandai memasak, namun yang penting adalah paham mengenai keahlian memasak atau mengetahui tentang seni memasak, seni makanan. Jadi makanan ini adalah seni,” ucap Waseskab.
Dengan beranekaragamnya jenis masakanan di Indonesia ini mengingat banyaknya jumlah suku dan luasnya wilayah Indonesia, Waseskab Ratih Nurdiati mengatakan, seharusnya membuat makanan kita lebih menarik dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain yang jumlah sukunya, luasnya tidak sebanyak kita.
Bahkan kalau menengok ke belakang, kita tentu masih ingat ratusan tahun yang lalu bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba ke Nusantara untuk mencari rempah-rempah yang merupakan bahan dasar dari masakan khas Indonesia.
“Seharusnya belajar dari latar belakang sejarah tersebut, kita harus lebih serius dalam menyikapi, merancang strategi agar makanan kita menjadi andalan bangsa kita, khususnya di bidang pariwisata dan lebih khusus wisata kuliner,” kata Waseskab.
Berdasarkan data dari Travel and Tourism Competitiveness Index dari World Economic Forum, menurut Waseskab, untuk tahun 2017 daya saing pariwisata Indonesia berada di peringkat 42 dari 136 negara, yang berarti naik 8 peringkat dari tahun sebelumnya.
“Jadi harus kita syukuri daya saing pariwisata Indonesia meningkat. Tapi kita yakin kalau kita melibatkan lebih banyak dan lebih intens lagi wisata kuliner di dalamnya, maka peningkatan peringkat itu akan semakin cepat dan itu semua kita butuhkan,” tutur Waseskab.
Menurut Waseskab, wisata berbasis kuliner perlu dikemas semakin baik dan berintegrasi dengan lebih mantap dengan aspek-aspek pariwisata lainnya yakni destinasi, event, atraksi wisata dalam integrasi dengan kuliner kita.
Pengembangannya, lanjut Waseskab, tidak hanya di dalam negeri, tapi juga harus bergerak keluar negeri,yang akan diukur dengan makin bertambahnya restoran-restoran yang menyajikan makanan Indonesia di luar negeri. (EP)