JAKARTA, bisniswisata.co.id: Objek Wisata delapan geopark lokal naik status menjadi geopark nasional, yang mengadopsi UNESCO Global Geopark. Peningkatan status diharapkan geopark itu semakin dikenal wisatawan yang dampaknya meningkatkan kunjungan wisatawan, sehingga dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Juga de kelestarian agar semakin terjaga, terlindungi.
Kedelapan geopark itu: Geopark Pongkor-Bogor, Geopark Karangsambung-Karangbolong, Geopark Meratus, Geopark Silokek, Geopark Sawahlunto, Geopark Ngaraisianok-Maninjau, Geopark Natuna, Geopark Banyuwangi.
Pemerintah daerah pengelola geopark harus meyakinkan tim penilai bahwa daerahnya layak menjadi geopark nasional. Bahkan pemda harus mengadopsi UNESCO Global Geopark, serta menandatangani komitmen pengembangan geopark jika nantinya daerah tersebut menjadi geopark nasional.
Ketua Tim Penilai Kenaikan Status dan Evaluasi Geopark Nasional, Yunus Kusumabrata menyatakan pemerintah daerah adalah ujung tombak dalam membangun Geopark. “Tahap presentasi dan verifikasi ini harus dilalui dulu sebelum terbit Perpres mengenai geopark nasional,” kata Yunus di Jakarta.
Menurut Yunus, seperti dilansir Bisnis.com, Kamis (25/10) suksesnya geopark ditentukan oleh kelembagaan yang dibangun. Konservasi, pendidikan dan kemitraan yang baik menjadi ukuran bagaimana sebuah geopark menjadi sempurna. “Harus ada sinergitas antara pemerintah, badan pengelola dan masyarakat agar pembangunan geopark ini berkelanjutan dan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk masyarakat.” katanya.
Sebagai informasi, Geopark atau taman bumi adalah wilayah terpadu yang terdepan dalam perlindungan dan penggunaan warisan geologi dengan cara yang berkelanjutan, dan mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sana. Terdapat istilah Taman Bumi Global serta juga Taman Bumi Nasional.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda Litbang) Kabupaten Bogor, Syarifah Sofiah mengatakan dengan hadirnya Geopark Pongkor mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
“Konsep geopark ini mulai disosialisasikan pada kegiatan Musrembang sebagai konsep alternatif untuk membangun ekonomi kerakyatan. Ini untuk pengembangan masyarakat, tadinya sebagian bermatapencaharian gurandil atau penambang emas ilegal, kini sudah mulai beralih menjadi pelaku-pelaku di geopark,” ungkapnya.
Berdasarkan keadaan geologi, Geopark Pongkor dibagi menjadi empat yakni Geosite Pongkor, Leuwiliang, Tenjolaya dan Parung. Geopark ini telah diusulkan oleh Kabupaten Bogor dengan area sekitar 132.493 hektare dengan bentukan bentang alam berupa pegunungan, perbukitan, lembah hingga daratan yang mencakup 172 desa dalam 15 Kecamatan.
Wilayah tersebut memiliki potensi geodiversity, biodiversity dan culturediversity. Untuk geodiversity sebut saja museum tambang Pongkor, Curug Sawer, Curug Seribu, Kawah Ratu, Curug Nangka dan sebagainya. Sedangkan biodiversity diantaranya Kawasan wisata Cikaret, Kebun teh Nirmala, Elang Jawa, Owa Jawa, Surili dan sebagainya.
Untuk culturediversity yakni Kampung adat Urug, Kampung budaya Sindang barang, kesenian dan makanan khas Sunda. Kabarnya juga melibatkan Badan Usaha Millik Desa (Bumdes) untuk pertumbuhan ekonomi lokal.
Dalam keterangan tertulis, Gunung Pongkor sebagai Situs Geologi memiliki komponen alami keragaman geologi tertentu yang unik, langka dan bernilai keilmuan tinggi. Sebaran keragaman dan keunikan Geologi salah satunya adalah tambang emas Pongkor yang saat ini dikelola oleh PT Aneka Tambang Tbk. Dalam rangka menuju pascatambang tahun 2021, Perusahaan itu kini menyiapkan pembuatan museum tambang yang menjadi salah satu geosite. (EP)