NUSA DUA, bisniswisata.co.id: Gastronomi menjadi salah satu daya tarik wisata kuliner baru di Bali, bahkan UNWTO (Organisasi Pariwisata Dunia PBB) menetapkan Ubud sebagai prototype pengembangan pariwisata gastronomi dari Indonesia.
“Kami sangat peduli terhadap pariwisata di Bali, salah satunya tentang Gastronomi. Gastronomi bukan hanya merupakan seni kuliner, tetapi erat hubungannya budaya dengan kuliner,” kata Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali, Dewa Gede Ngurah Byomantara dalam keterangan tertulis yang diterima Bisniswisata.co.id, Kamis (05/07/2018).
Diakuinya, wilayah Ubud Bali memang digadang-gadang menjadi warisan budaya dunia untuk urusan gastronomi. Untuk itu STP Bali menggelar workshop dengan tema “Gastronomi Sebagai Daya Tarik Destinasi”, Selasa lalu. “Kami menggelar workshop lantaran sangat peduli terhadap tentang Gastronomi. Saya yakin propek gastronomi ke depannya semakin bagus,” lontarnya.
Ketua Tim Percepatan Wisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata Vita Datau mengatakan penetapan Ubud sebagai UNWTO Gastronomy Destination Prototype menjadi daya tarik baru pariwisata Bali. Ubud menjadi destinasi pertama yang di-branding sebagai destinasi gastronomi berstandar UNWTO sebagai endorser terbaik di dunia untuk bidang pariwisata. Ubud dipilib karena dinilai paling siap untuk menjadi destinasi kuliner.
“Standar UNWTO itu ada lima, kuliner harus menjadi lifestyle, memiliki unsur sejarah dan budaya, memiliki produk lokal, story telling atau makanan yang dapat diceritakan, serta nutrisi yang dipenuhi,” kata Vita.
Selain Vita Datau, ada pula Antonio Montecinos yang merupakan Direktur Pusat Bisnis Gastronomi Hotel (Cegaho). Dalam paparannya, Antonio memberikan prioritas pada rantai nilai makanan dan pariwisata, terutama untuk berkontribusi pada keamanan pangan.
“Pelestarian dan perlindungan warisan budaya gastronomi, pengembangan berlandaskan manfaat kepada masyarakat dengan memberikan pengalaman pariwisata melebihi harapan pengunjung,” kata Antonio.
Tahun 2017, pendapatan dari kuliner sekitar 30 persen atau sekitar Rp 60 triliun dari total pendapatan pariwisata sekitar Rp 200 triliun. Pada tahun ini kuliner diproyeksikan menghasilkan devisa 20 miliar dolar AS atau setara Rp 223 triliun.
Antonio Montecinos, Doktor Ilmu Pariwisata Spesialis dalam penelitian dan perencanaan restaurant, hotel, layanan, rute, produk dan tujuan gastronomi yang berkelanjutan memberikan prioritas pada rantai nilai makanan dan pariwisata. Terutama untuk berkontribusi pada keamanan pangan.
“Pelestarian dan perlindungan warisan budaya gastronomi, pengembangan berlandaskan manfaat kepada masyarakat dengan memberikan pengalaman pariwisata melebihi harapan pengunjung,” ujar Antonio yang juga merupakan Direktur pusat bisnis Gastronomi Hotel (Cegaho). (redaksi@bisniswisata.co.id)