Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) menyelenggarakan Famtrip ke Solo, Boyolali dan Klaten pada 18-21 November 2019. Di awali dengan dialog serius tapi santai ( sersan) pada Senin malam (18/11/2019) bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Acara bertema “Spirit Joglosemar Menuju Wisata Kelas Dunia” ini dilangsungkan di rumah makan Dapur Lawang Djoendjing, Surakarta, Jawa Tengah. Berikut beberapa petikannya;
Bisa dijelaskan wisata kelas dunia yang bapak harapkan seperti apa ?
Ukurannya mudah. Banyak didatangi wisatawan asing dan di dukung oleh ekosistem yang baik dari masyarakat dan pemerintah daerahnya, termasuk menjaga kebersihan dan mengelola sampah dengan baik.
Kalau ekosistem atau masyarakatnya tidak mendukung bagaimana mau mendunia ? saya dengar waktu shooting film Eat, Pray and Love ada yang malak, wisman asing masuk obyek wisata tarifnya jauh lebih tinggi lalu masalah kebersihan tidak di jaga. Kalau destinasi wisatanya penuh sampah pastinya tidak akan mendunia.
Kalau kawasan Jogja, Solo, Semarang ( Joglosemar) mau masuk kelas dunia maka ekosistem masyarakatnya harus mendukung sehingga banyak wisatawan mancanegara ( wisman) yang berkunjung. Kalau wisman banyak datang kan menjadi destinasi kelas dunia.
Presiden berpesan pariwisata bisa lebih menarik jika unsur kreatifitasnya juga dikelola. Bukan sekedar alamnya yang bagus, daya tariknya juga harus dibuat. Bagaimana menurut bapak ?.
Kami baru selesai menggelar Borobudur Marathon pada 17 November 2019 di Magelang, Jateng. Urat kaki saya masih sakit-sakit semua tapi saya bahagia dan optimistis kegiatan yang di dukung oleh Kompas dan Bank Jateng ini ke depan akan menjadi mega event internasional yang lebih besar lagi karena berlangsung di kawasan candi Borobudur yang mendunia dan sekarang saja sudah diikuti 35 negara.
Jujur penyelenggaraan ke depan harus dipikirkan unsur kreativitasnya supaya menonjol. Lah setelah lomba malamnya cari cafe atau restoran yang punya live music saja tidak ada. Musik itu adalah bagian dari unsur kreativitas dan banyak lagi aktivitas penunjang yang bisa kita buat untuk membuat wisatawan dan pelari dunia tinggal lebih lama di Magelang, Jawa Tengah.
Saya sendiri turun lapangan dan menjadi pelari Borobudur Marathon 2019 di nomor 10 km bersama istri, Siti Atiqoh Supriyanti. Kegiatan ini memberikan pengalaman baru bagi wisatawan dan pelari untuk menjelajahi Magelang dengan cara yang unik.
Usai lomba, bahagia rasanya menyambangi ibu-ibu sepuh yang menonton pertandingan bahkan dengan ibu sepuh lainnya sambil berteriak-teriak kegirangan bertemu saya, mas Ganjar. Saya juga senang sekali bisa melayani dan mengobrol dengan mereka.
Seperti kami, pelari dunia juga merasakan keramahan lokal yang hangat, kelezatan kuliner, dan semua yang ditawarkan Magelang. Jadi ke depan sport tourism mendorong pertumbuhan di sektor ekonomi dan dipengaruhi oleh program pariwisata yang baik. Pariwisata olahraga memberi dampak signifikan dan positif bagi ekonomi dan pendidikan bagi masyarakat setempat.
Borobudur Marathon 2019 mengusung tema Synergy & Harmony telah ditetapkan Kemenparekraf menjadi Mega Event unggulan Indonesia pada 2020. Bagaimana kesiapan internal Pemprov Jateng ?
Kesiapan internal Pemprov Jateng sebagai penyelenggara mudah saja namanya juga perintah gubernur ! harus dilaksanakan. Tapi ternyata hal itu tidak cukup. Untuk menjadi sebuah Mega Event tidak cukup cuma perintah gubernur, kita harus punya mitra-mitra kerja yang kompeten karena sport tourism mensinergikan kegiatan olahraga dan pariwisata secara harmonis.
Hasil bincang-bincang dengan mas Deni Malik yang menampilkan tarian istimewa di pembukaan Asian Games 2018 bisa menjadi spektakuler karena ada kurator panggung, kurator musik, kurator tari, kurator lighting ( pencahayaan).
Melatih tak kurang 5.000 penari untuk perhelatan bergengsi, dia bekerja sama dengan penari dan koreografer Eko Supriyanto sehingga akhirnya Jepang akan belajar bagaimana semua dilakukan Denny Malik bersama creative director Wishnutama dengan presisi dan membuat Indonesia menjadi pusat perhatian dunia. Jadi intinya berkaca pada Asian Games, kita bisa buat Mega Event lainnya.
Untuk promosinya, jajaran Pemprov Jawa Tengah, semua Kepala Dinas dan timnya harus bisa memanfaatkan media sosial seperti Instagram, WA group. Saya malah minta wartawan mengajarkan kepala dinas agar bisa membuat konten yang baik. Kami berkordinasi di lapangan dengan WA Group sehingga semua bisa diatasi dengan cepat.
Dalam perjalanan saya selalu periksa IG saya dan memantau bagaimana dampak penyelenggaraan Borobudur Marathon 2019. Hasilnya luar biasa karena selain dihadiri 35 negara terbanyak dari Malaysia, dampak ekonominya juga besar.
Coba simak dan cek narasi event dalam websites resmi borobudurmarathon.com sehingga akhirnya lebih dari 11.000 an pelari berpartisipasi.
“Bagi mereka yang berlari dengan hati, menikmati dan menghormati alam dan budaya Magelang,
Untuk orang-orang yang mendukung Anda dalam setiap langkah,
Bagi mereka yang percaya dengan perjalanan dan proses yang telah Anda lalui,
Untuk mereka yang berpegangan tangan menciptakan hari yang lebih baik
Untuk mereka yang menyambut semua orang dengan tangan terbuka dan senyum tulus,
Bagi mereka yang memberikan yang terbaik dalam mengubah harapan menjadi kenyataan.
Perjalanan tidak berakhir sekarang, karena ini hanyalah awal dari sinergi.
Perjalanan kemarin tidak hanya menjadi kenangan, tetapi juga menjadi langkah pertama untuk besok.
Langkah pertama untuk terus bergerak dan menambah nilai kepada orang lain dalam sinergi dan harmoni. Terima kasih
Narasi pembuka itu ajakan yang menggugah bagi mereka yang berpartisipasi di tiga kategori lomba dan pastinya kami siap, apalagi Borobudur Marathon telah ditetapkan menjadi program Mega Event 2020 oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Dengan sentuhan kreativitas yang tinggi dan profesional Borobudur Marathon ke depan bisa menjadi event marathon terbaik dunia (the best marathon in the world).
Pemerintah akan genjot industri film dan musik dalam pengembangan pariwisata. Lantas apa program yang ditawarkan Jateng ?
Pariwisata akan jauh lebih maju manakala didukung bidang kreatif dan sebaliknya. Pariwisata dan ekonomi menjadi kekuatan tersendiri karena kedua bidang tersebut saling mendukung. Program pertama menarik produsen film Hollywood sebanyak-banyaknya untuk mengambil lokasi shooting film di Jateng.
Ada keinginan sineas Hollywood menjadikan Jateng lokasi shooting. Saya katakan silakan bawa kesini, kami sangat terbuka dan film Hollywood, Eat Pray and Love, dan Java Heat ada yang syutingnya di Jateng. Namun, ada pengalaman tidak nyaman dirasakan kru film yang diperankan aktris Julia Robert ketika syuting di Jateng.
Menurut Konjen RI di Los Angeles, kru film Eat, Pray, and Love sering dipalak waktu syuting di sini. Saya bilang, hal itu adalah premanisme yang merusak ekosistem pariwisata kita. Harus ada edukasi agar praktik itu ditinggalkan, sehingga wisata kita berkelas dunia.
Selain itu saya juga memberikan insentif bagi sineas Indonesia yang memproduksi film di wilayah kami. Saya siapkan fasilitas mesin diesel, dan tidak akan ada pungutan liar bagi sineas Indonesia yang syuting film di Jawa Tengah. Potensi dari sebuah film cukup besar dalam mempromosikan destinasi wisata. Kita lihat contohnya film “Dilan 1990” yang telah ikut melambungkan nama kota Bandung di Jawa Barat.
Pemberian insentif berupa diesel dan pembebasan biaya di lokasi merupakan permintaan dari para sineas langsung pada saya dan saya akan berikan. Hubungi saya kalau ada yang mau syuting di Jawa Tengah.
Banyak daerah di Jateng yang lebih indah dan layak dikunjungi wisman namun kurang dipromosikan, mengapa ?
He he salah wartawannya juga ya menulis laporan destinasi wisatanya mustinya yang anti mainstream, jangan yang itu-itu saja padahal banyak tempat lain yang bisa ditulis. Yuk naik motor piknik dengan saya lihat yang lain. Ketika kulineran di Semarang, saya bertemu dengan turis Perancis yang istrinya orang Malang. Keluhannya sama orang Perancis tahunya kalau ke Solo tujuan wisatanya cuma Keraton Solo.
Rupanya turis Perancis itu di negaranya mendirikan rumah Indonesia, jadi dia mengajak saya ‘menghidup’ kan rumah Indonesianya di Perancis dan saya tertarik untuk memperkenalkan kopi-kopi dari Jateng. Eh dia malah nantang untuk promosikan jamu juga. Chef Perancis terkenal bisa meramu masakan dari seluruh dunia sehingga bisa diterima lidah mancanegara, jadi begitu pula dengan jamu.
Nah di era saat ini termasuk dalam hal kulineran maka storynomics tourism menjadi formula baru dari pemerintah dalam mengakselerasi percepatan pembangunan wisata di 5 kawasan destinasi super prioritas yaitu Danau Toba, Borobudur, Manado, Mandalika dan Labuan Bajo.
Penetapan strategi storynomisc tourism berlandaskan pada kekayaan budaya Indonesia, sehingga nantinya promosi kawasan wisata akan dilakukan dengan narasi story telling serta dikemas dalam konten menarik yang terkait dengan budaya setempat.
Saya yakin kalau wartawan Forwarpar gunakan strategi storynomisc tourism akan banyak wisatawan dalam dan luar negri yang tertarik untuk datang sehingga banyak daerah-daerah baru yang bisa mendunia pula. Jateng juga banyak tempat untuk menawarkan wisata kesunyian loh.
Bisa dijelaskan yang pak Gubernur maksud dengan wisata kesunyian ?
Menjual kesunyian merupakan bagian diferensiasi produk wisata. Turis-turis itu ternyata sudah mulai bosan dengan aktivitas wisata yang hingar bingar seperti di Pulau Dewata Bali. Mereka mengaku ingin mencari suasana baru yang jauh lebih menenangkan dibanding Bali.
Jawa Tengah memiliki potensi untuk menjual kesunyian. Salah satunya terletak di dekat kawasan objek wisata Bukit Cinta. Di tempat ini terdapat sebuah perkampungan kecil dengan segudang pemandangan alam yang spektakuler. Lokasinya memang cukup sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Bahkan, satu-satunya cara menuju tempat ini adalah menggunakan sepeda atau berjalan kaki.
“Mereka bilang di sana pemandangannya wow. Ada lereng, hutan, dan ada kampung kecil. Bagus, bersih dan isinya bule semua. Jadi wisata kesunyian itu tidak bisa dipandang sebelah mata. Konsep wisata seperti ini memiliki daya tarik tersendiri bagi sebagian wisatawan.
Berkunjung ke tempat-tempat yang tersembunyi sensasinya memang berbeda. Saya pernah datang ke suatu desa, ada penjual makanan. Dia masak pakai kayu, yang pawonnya penuh asap. Masakannya juga tidak pakai micin. Terus kemudian bahan makanannya mereka ambil dari kebun sekitar.
Pedesnya minta ampun, terus dimakan pakai nasi jagung, kemudian saat lagi makan, kabutnya lewat. Nah, itulah yang namanya potensi wisata kesunyian. Saya percaya, dengan adanya destinasi yang berbeda dengan daerah lain bisa menarik minat wisatawan asing untuk lebih menikmati Jawa Tengah dengan cara yang berbeda.