ART & CULTURE EVENT

Forwapar Clinic Bahas 'Capture Moment CoE Kementerian Pariwisata'

Esthy Reko Astuti, Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Management Calendar of Event (CoE)

JAKARTA, bisniswisata.co.id:   Salah satu strategi utama Kementerian Pariwisata dalam menjaring sebanyak-banyaknya wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara datang ke Indonesia adalah dengan meluncurkan Top 100 Calendar of Event ( CoE) 2019.

” Ini sudah tahun ke tiga Kementrian Pariwisata memiliki 100 CoE. Semoga penyelenggaraannya semakin berkualitas dan mampu menjaring lebih banyak lagi wisnus maupun wisman,” kata Esthy Reko Astuti, Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Management Calendar of Event (CoE), hari ini.

Berbicara pada Forum Wartawan Pariwisata ( Forwapar) Clinic bertema: ‘Capturing Moments Calendar of Event Kementerian Pariwisata’ yang berlangsung di Hotel Ashley, Jakarta, Esthy mengatakan event yang masuk dalam CoE 2019 dijagokan masing-masing daerah.

” Dalam artian sudah dikurasi oleh tim kurator sesuai anjuran Presiden Joko Widodo bahwa event tersebut dikemas secara profesional dan kemasannya berstandar internasional minimal nasional, baik itu koregrafer, fashion designer maupun music aranger,” jelasnya.

Selain dia, nara sumber lainnya adalah Show Director Prambanan Jazz Asthie Wendra, Jurnalis AFP, Reuters dan JAP Ardiles Rante serta bintang tamu vokalis Boomerang Roy Jeconiah dan dihadiri para wartawan bidang pariwisata pimpinan Johan Sompotan.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I  Kemenpar Rizki Handayani yang akrab disapa Kiki mengatakan sebuah event pariwisata harus mampu menghidupkan budaya, wisata, dan olahraga (sport tourism) yang diangkat sehingga bisa terus diselenggarakan berkesinambungan.

“Event tersebut bisa menjadi pematik wisatawan untuk datang menikmati pariwisata di daerah tersebut atau bahkan menjadi daya tarik utama daerah tersebut sebagaimana Jember Fashion Carnival dan lainnya,” tambahnya.

Sebuah event milik daerah, harus di cintai oleh pemerintah daerah dan masyarakatnya sendiri sehingga serius dalam penyelenggaraannya dan sesuai dengan tujuannya.

“Event unggulan daerah jangan hanya ramai saat pembukaan dan acaranya juga harus tepat waktu. Saya masih mengalaminya hingga sekarang  pembukaan event telat karena pimpinan daerahnya belum datang, padahal masyarakat dan wisatawan sudah lama menunggu. Ini masih banyak terjadi,” ungkapnya.

Kiki juga melihat masih banyak event yang lebih menonjolkan artifisialnya, anggarannya justru banyak terkuras hanya buat umbul-umbul dan konsumsi. “Kedepan kita harus dukung bagaimana membuat konten event yang bagus,” tambahnya.

Tak kalah penting, harus membuat paket wisata terkait event yang diselenggarakan. “Misalnya kalau di Jogja ada paket kunjungan Keraton plus event yang tengah dibuat. Karena market sekarang lebih seperti itu, lebih menyukai hal-hal yang menambah experience,” jelas Kiki.

Asthie Wendra, penyelenggara Prambanan Jazz Festival

Dalam diskusi hangat yang berlangsung, Asthie Wendra, Event dan state Management Rajawali Indonesia yang baru saja menggelar event Prambanan Jazz Festival 5-7 Juli lalu mengatakan membuat ikatan bcandiantara pemain, penonton dan obyek warisan budaya berupa candi Prambanan harus cermat.

“Tiga panggung yang kami buat semua simpel hanya instrumen, tidak menggunakan backdrop sama sekali agar Candi Prambanan yang luar biasa indah menjadi background-nya. Jadi kita tonjolkan identity event-nya,” terangnya.

Lighting Design, event identity dan para musisi international seperti Yanni yang memposting event di media sosialnya menjadi promosi event maupun pariwisara Indonesia. Selain musisi lokal, Calum Scott, Yanni, Anggun C Sasmi, The Brian McKnight 4 meramaikan hajatan tahunan yang ke lima ini.

“Terbukti kebanggaan musisi internasionsl yang terlibat menbuat mereka dengan senang hati memposting di medsosnta masing-masing ikut event bergengsi di Indonesia,” kata Asthie.

Sementara itu, Ardiles Rante, Managing Director Hatikecil Visuals dan juga photographer senior juga memberikan masukan berharga kepada para rekan jurnalis agar dapat mengabadikan sebuah momen berarti di atas panggung event secara maksimal.

“Setelah mendapatkan desain panggung ciamik dan pencahayaan yang bagus serta posisi memotret yang baik. Tinggal menentukan momen apa yang ingin diabadikan, keyakinan dari diri harus ada, karena gambar atau foto selalu merefleksikan tingkat kepercayadirian kita saat memotret,” ungkap Ardiles. 

Setiap orang dengan kecanggihan kamera handphone masing-masing bisa mengabadikan moment tapi tidak semua orang bisa menjual foto hasil bidikannya ke pasar internasional.

” Oleh karena itu buat foto dengan caption dan rilis terbaik sehingga hasil bidikan juga menghasikan uang,” kata Ardiles.

Sementara Roy Jeconiah yang pernah menghibur cross border event di Atambua mengatakan tak kalah penting menyiapkan sound system dan peralatan band yang bagus agar musisi atau band yang tampil maksimal dalam sebuah event music.

Kalau bicara pariwisata maka acara musik juga harus dapat memberikan benefit buat semua baik masyarakat, pengunjung, pedagang kuliner, hotel, dan lainnya karena itu penampilan dan persiapan harus prima terutama sound system.

“Sebaiknya konsernya jangan 1 hari, minimal 3 hari. Dua hari buat jalan ke objek-objek wisata sesuai paket tur, lalu satu hari untuk menonton konsernya,” ungkap Roy.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)