BEKASI, bisniswisata.co.id: BEKERJASAMA dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Majelis Ulama Indonesia, dan United Nation Development Program (UNDP) Indonesia. Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) menggelar acara Serial Workshop 1 Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (GRADASI) dengan tema “Potensi Sampah sebagai Penggerak Ekonomi dan Pemberdayaan Umat” pada Minggu, 21 November 2021.
Kegiatan melibatkan pengurus Masjid Penggerak GRADASI diselenggarakan di Masjid Baitul Makmur, Perumahan Telaga Sakinah, Kab. Bekasi, Jawa Barat, merupakan kegiatan lanjutan untuk meningkatkan pengetahuan pengurus masjid GRADASI agar dapat membangun hubungan kemitraan yang baik dengan pemangku-kepentingan atau stakeholder dan dapat mendukung berkembangnya kegiatan sedekah sampah. Juga merupakan pengembangan dan upaya menyebarluaskan GRADASI dari 6 masjid ke penggerak lainnya.
“Gerakan sedekah sampah merupakan penerapan dari fatwa MUI no. 47/2014, sehingga pengelolaan sampah ini menjadi bagian dari ibadah dalam meningkatkan iman dan takwa seorang muslim serta mencerminkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin, Islam yang memberikan rahmat bagi seluruh alam,” tegas Hayu Susilo Prabowo, Direktur LPLH MUI
“Saya berharap masjid dapat menjadi pusat perubahan perilaku. Memilah sampah dari rumah harus menjadi sebuah kesadaran, dimana kemudian gerakan sedekah sampah dapat berjalan,” ujar Novrizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah KLHK.
Menurut Natural Resource and Climate Governance Adviser UNDP Indonesia, Abdul Wahib, jika dulu bank sampah menjadi khas Indonesia, sekarang gerakan sedekah sampah juga menjadi khas Indonesia.
Lebih dari 14, 1 ton Sampah
Sementara dari Sekretariat TKN PSL, Ahmad Bahri Rambe memaparkan bahwa melalui GRADASI, masyarakat dapat bersedekah dengan memberikan sampah yang ada di rumah dan di sekitarnya. Program ini dapat membantu mencapai dua hal penting bagi pemerintah dan masyarakat. Selain mewujudkan lingkungan yang bersih dan membantu perekonomian sesama masyarakat.
Saat ini, pendekatan keagamaan sangat penting, karena selain meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan, pendekatan agama juga dapat mengedukasi dan memberi contoh baik untuk mengelola sampah sesuai dengan syariat terhadap fatwa tentang kebersihan.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di laut. Hal ini terbukti dengan diterbitkannya Peraturan Presiden No. 83/2018 tentang Penanganan Sampah Laut, dimana didalamnya terdapat target penanganan sampah plastik di laut sebesar 70% pada tahun 2025. Melalui Perpres ini, dibentuk pula Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) dan Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL) yang memberikan arahan-arahan strategis bagi kementerian/lembaga untuk menangani permasalahan sampah laut.
Dalam sesi pemaparan materi mengenai “Pemilahan sampah dalam upaya implementasi sirkular ekonomi” Wilda Yanti sebagai Pendiri Xaviera Global Synergy” Menyatakan bahwa “Dibanding pendekatan sosial dan ekonomi, pendekatan agama jauh lebih efektif. Kunci dari gerakan ini adalah pilah sampah dari sumbernya.”
Karyanto Wibowo selaku Director of Sustainable Development of Danone Indonesia jyang menyoroti pentingnya kemitraan dalam membangun kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah. Menegaskan, penyelesaian sampah tidak dapat dilakukan oleh salah satu pihak saja, dibutuhkan kolaborasi antar-stakeholder.
Gradasi berbasis masjid, merupakan aksi yang dilakukan dalam rangka mengurangi pencemaran sampah di laut dengan cara mengajak masyarakat dan komunitas agama untuk mengkampanyekan kebiasaan memilah sampah, kemudian disedekahkan ke masjid sebagai sebuah amal baik dan berguna bagi kemaslahatan umat.
Kegiatan GRADASI dilakukan dengan cara mengkampanyekan kebiasaan mengurangi dan mengolah sampah plastik melalui edukasi dan mengajak masyarakat, terutama umat muslim untuk mendorong melakukan sedekah di masjid. Dengan mengkampanyekan program GRADASI, masyarakat bisa bersedekah dalam bentuk sampah bernilai ekonomis. Selain dapat meraih pahala dan menanam kebaikan, program ini juga bertujuan untuk lebih meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, membiasakan perilaku memilah sampah, serta mendukung program pemerintah dalam mengurangi sampah plastik agar dapat mendorong perekonomian bangsa melalui penerapan ekonomi sirkular.
Sejauh ini, GRADASIi berbasis masjid telah diterapkan di 6 masjid percontohan dan penggerak yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, yaitu Masjid Baitul MakMur di Bekasi, Masjid Raya Bintaro Jaya di Tangerang, Masjid Az-Zikra di Bogor, Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Jakarta, Masjid Al-Muharram di Yogyakarta, dan Masjid An-Nazhofah di Jakarta.
Dari keenam masjid tersebut, tercatat sudah lebih dari 14,1 ton sampah yang tertangani dan terkumpul dari gerakan sedekah sampah ini. Gerakan ini pun mendapatkan banyak respon positif dari masyarakat sekitar, dan juga mulai banyak masjid-masjid lain yang tertarik untuk mengadaptasi gerakan ini
“GRADASI memiliki banyak manfaat, saya pribadi merasa termotivasi untuk melakukan sedekah sampah. Selain memiliki nilai untuk dijual, ternyata sampah juga memiliki manfaat untuk beramal.” ujar Zuhri, salah satu warga sekitar masjid penggerak sekaligus pengurus Musholla An-Nur, Bekasi.
Sedekah sampah diharapkan dapat menjadi sebuah gerakan yang diaplikasikan dan diterapkan di masjid-masjid lainnya di seluruh Indonesia. Tidak hanya untuk mewujudkan pengurangan dan pengelolaan sampah di masyarakat, tetapi juga untuk meningkatkan kesalehan individu dan memaksimalkan peran masjid sebagai unsur penting dalam menjalankan kegiatan Islam.*