DESA WISATA EVENT

Event Gondhal Gandhul Sukunan, Upaya Dimas & Diajeng Sleman Peduli Lingkungan

SLEMAN, Jogjakarta, bisniswisata.co.id; Bertajuk Gondhal Gandhul Sukunan, sebuah kegiatan workshop pengolahan limbah diselenggarakan komunitas Dimas Diajeng Sleman di Desa Wisata berbasis lingkungan.

Kegiatan yang berlangsung sejak tengah hari hingga sore, Rabu 26 September, di Dusun Sukunan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman Yogyakarta ini mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Pengelola bisniswisata.co.id, Hilda Sabri Sulistyo, Pemimpin Umum yang kerap diundang menjadi juri Desa Wisata Tingkat Nasional dari Kementrian Pariwisata juga menyempatkan hadir di desa wisata ini mendukung program yang dilakukan oleh para finalis Dimas dan Diajeng Jogjakarta 2018.

Acara dihadiri pula oleh Muhari, perwakilan Dinas Pariwisata Sleman, Ima Ismara, Dosen Universitas Negeri Jogjakarta ( UNJ) sekaligus menjadi instruktur pengolahan limbah, Suharto, tokoh kebersihan lingkungan Sukunan serta jajaran muspida setempat.

Pemimpin Umum bisniswisata.co.id, Hilda Sabri Sulistyo bersama Ima Ismara, dosen UNJ  ( kanan) mendampingi Dimas dan Diajeng Sleman dan produk suvenir. ( Foto-foto: Anton Bayu Samudra)

Merupakan field Program Finalis Dimas Diajeng Jogja 2018 yang tengah berlangsung tahap penyeleksian, program ini bentuk para calon duta wisata daerah istimewa ini pada kebersihan lingkungan dan pengolahan limbah.

Peduli limbah elektronik yang tidak mengandung 3B menjadi perhatian utama. Oleh karena itu para finalis dibimbing seniornya Nindya mempersembahkan workshop gratis bagi masyarakat untuk mengubah limbah menjadi suvenir sebagai buah tangan wisatawan yang berkunjung ke Sukunan.

Pembukaan kegiatan yang sekaligus memperingati Hari Pariwisata Internasional 2018 yang jatuh pada 27 September didahului dengan prosesi gunungan berisi suvenir berasal dari limbah elektronik. Prosesi dilakukan pemuda/pemudi desa dengan barisan prajurit berkostum ala prajurit Keraton Jogjakarta.

Di atas panggung juga ada grup kesenian gamelan dari penduduk setempat. Acara berlangsung di lapangan milik desa dengan dihiasi gapura besar berbentuk Gunungan dari botol bekas air mineral yang menjadi pintu gerbang dari kegiatan ini dan menambah semarak suasana.

“Kita tidak mewarisi bumi ini dari nenek moyang kita, namun kita meminjamnya dari anak cucu kita”. Semboyan inilah yang menginspirasi warga Kampung Sukunan untuk tetap menjaga lingkungan” kata Suharto yang menjadi tokoh Sukunan.

Sedangkan Ima Ismari yang juga konsuItan sejumlah instansi pemerintah a.l Direktotarat Pembinaan SMK Kemendikbud mengatakan mereka yang peduli lingkungan dan punya mindset bahwa sampah adalah berkah akan sukses menjaga lingkungannya menjadi asri.

“Kata kuncinya sampah adalah berkah sehingga bersedia mengolah limbah dan menjadi kaya. Kalau limbah tidak berharga menjadi suvenir meski seharga Rp 5.000 an bisa menambah penghasilan,” kata Ima Ismara yang banyak menularkan technopreneurship pada masyarakat pedesaan dan para mahasiswanya.

Suharto menambahkan , Dusun Sukunan telah merintis untuk menjadi sebuah desa wisata berbasis lingkungan atau disebut ecotourism sejak tahun 2003. Tingginya kesadaran masyarakat Desa Sukunan akan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan serta usaha mereka untuk mengubah nilai sampah yang menganggu lingkungan akhirnya tidak sia-sia.

Pada 19 Januari 2009 Desa Sukunan resmi menjadi kampung wisata. Masyarakat Sukunan telah menjalankan proses pengolahan sampah secara mandiri baik di tingkat rumah tangga hingga di tingkat kelompok.

Kegiatan ini pun menghasilkan berbagai produk olahan sampah yang memiliki nilai lebih seperti aneka produk kerajinan dari sampah plastik, kerajinan dari kain perca serta pupuk kompos dari sampah organik.

Prosesi dan beragam produk daur ulang sampah di rumah Iswanto, tokoh masyarakat Sukunan

“Pelopornya adalah Iswanto, dosen lingkungan sebuah perguruan tinggi di Jogja dan tokoh masyarakat di sini yang menginspirasi banyak pihak,” ujar Suharto.

Dikesempatan ini dia membukakan pintu rumah Iswanto untuk tamu-tamu yang ingin melihat hasil kerajinan masyarakat dari daur ulang sampah mulai dari bangku taman dari botol air mineral, dompet, tas dari bekas bungkus dan produk unik lainnya bernilai jual tinggi.

Dusun Sukunan kini dikenal menjadi Desa Wisata Pengolah Limbah yang banyak dikunjungi wisatawan dalam dan luar negri. Wisatawan dari negri jiran Malaysia bahkan Jepang rutin datang dengan rombongan untuk melihat masyarakat mengolah limbah, mengelola bank sampah, membuat lubang biopori.

“Istri mantan Bupati Raja Ampat pernah mengirim 400 warganya untuk belajar pengelolaan kebersihan lingkungan, belajar masak hingga membuat beragam suvenir di Desa Wisata Sukunan,” kata Suharto yang akrab dipamggil Harto ini.

Paket wisata edukatif dan rekreasi berbasis lingkungan akhurnya menjadi salah satu produk wisata desanya yang kini dilengkapi 30 kamar homestay dan membuat warganya makmur karena kunjungan wisatawan menjadi penggerak ekonomi desa.

“Alhamdulilah kami sekarang juga rajin bertanam dengan cara organik sehingga wisatawan yang berkunjung dan membutuhkan beragam pelayanan dapat kami tawarkan produk yang sehat,” tambah Suharto bangga

Anton Bayu Samudra

Fotografer Senior, Advokat PERADI. Terlibat aktif dalam beberapa organisasi sosial dan budaya serta pendampingan masyarakat di beberapa daerah, seperti Asmat Fotografi, Journalist Divers Indonesia, tim redaksi Majalah MATA, dan Komunitas Indonesia Sosial Dokumenter (ISDC).