SOLO, bisniswisata.co.id: Panitia Kongres Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI) ke 24 yang berlangsung di Solo 27-30 September 2018 memilih tema “Menegakkan Pers Kebangsaan yang lndependen, Profesional, dan Berintegritas”.
Berbicara pada jumpa pers, Ketua Pelaksana Kongres XXIV PWI Rita Sri Hastuti mengatakan, Solo dipilih sebagai lokasi penyelenggaraan Kongres XXIV karena perjalanan pers di Indonesia tidak lepas dari Solo. PWI lahir di Solo pada 9 Februari 1946, ujarnya hari ini.
Tema itu juga untuk mengingatkan semua insan pers dan masyarakat luas akan tantangan menghadapi tahun politik dimana RI menghadapi dinamika demokratisasi menyongsong pemilihan Legislatif/Pileg dan Pilihan Presiden/Pilpres 2019.
Karena itu PWI yang menggelar kongres mulai 27 hingga 30 September 2018, di dahului dua seminar nasional di Universitas Muhammadyah Surakarta dan dilanjutkan sarasehan di Monumen Pers.
“Ini memang niat PWI untuk membentuk wartawan yang independen, profesional dan berintegritas ditengah banyaknya berita palsu beredar di media sosialsaat ini,” jelas Rita yang sehari-hari menjabat sebagai Wakil Pemimpin Umum bisniswisata.co.id
Tema ini menurutnya begitu relevan dengan tantangan Indonesia ke depan. Di antaranya dalam menghadapi dinamika demokrasi, kedaulatan NKRI dan kemandirian bangsa di tengah globalisme.
“Kami ingin kongres ini menghasilkan sesuatu yang bisa menghabisi hukum yang tak berkeadilan, tsunami informasi yang menjurus ke hoax dan lain-lain,” terang dia.
Rita menjelaskan, Kongres XXIV PWI memiliki rangkaian acara antara lain, pada Kamis (27/9) digelar seminar di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dilanjutkan sarasehan di Monumen Pers. Kemudian Kamis malam digelar welcome dinner di Balai Kota Solo dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Jumat tanggal 28 September, Alhamdulillah Presiden RI Joko Widodo sudah konfirmasi untuk hadir dan membuka kongres ini pada pukul 16.30 WIB,” ujarnya.
Kongres akan dimulai Jumat malam hingga Sabtu (29/9). Kemudian kongres ditutup pada Ahad (30/9). Kongres ini diikuti oleh perwakilan PWI dari 34 provinsi, ditambah PWI Solo sebagai cabang khusus.
“Peserta terdiri dari ketua PWI masing-masing provinsi serta sekretaris dan ketua harian. Selain pemilihan Ketua Umum PWI, dalam kongres tersebut juga akan dilakukan pemilihan Ketua Dewan Kehormatan,” ungkap Rita.
Ketua Panitia Pengarah, Ilham Bintang mengatakan, tema kongres tersebut sangat relevan dengan tantangan Indonesia ke depan. Antara lain, dalam menghadapi dinamika demokratisasi menyongsong pemilihan Legislatif/Pileg dan Pilihan Presiden/Pilpres 2019.
“Kedaulatan NKRI, dan kemandirian bangsa di tengah globalisme, dan perang dagang AS dan China yang berdampak pada gejolak ekonomi, memudarnya jati diri dan budaya bangsa akibat mental korup, hukum yang dianggap tidak berkeadilan, dan lain-lain menjadi perhatian serius kami,” kata Ilham Bintang.
Oleh karena itu, lanjutnya, pilihan Solo sebagai lokasi kongres mengisyaratkan PWI kembali ke khittah. Dalam arti saat PWI didirikan 72 tahun lalu menyatakan setiap wartawan Indonesia berkewajiban bekerja bagi kepentingan Tanah Air dan Bangsa serta selalu mengingat Persatuan Bangsa dan Kedaulatan Negara.
Kongres XXIV PWI akan memilih Ketua Umum pengganti Margiono yang telah memimpin PWI dua periode berturut-turut. Ilham menyatakan, masing-masing kandidat, harus menandatangani pakta integritas. Di antaranya berjanji tidak terlibat dalam politik uang, guna memenangkan sebagai ketua umum.
“Nah yang terpnting setelah terpilih, tidak akan terlibat dan membawa-bawa PWI dalam politik praktis.
Pakta integritas itu memang tidak ada sanksi hukum karena itu adalah komitmen moral. Tapi yang tertinggi dari profesi wartawan adalah komitmen moral. Yang mengawasi nanti seluruh masyarakat,” kata Ilham.
Dalam proses pemilihan Ketua Umum PWI, jika tidak bisa musyawarah dan mufakat, disepakati Iewat pemilihan suara. Pemungutan suara dilakukan sepenuhnya mengacu pada AD/ART dan kaidah Kode Etik Jurnalistik.
Kongres kali ini akan diikuti sekitar 150 peserta dan peninjau. Selain para pengurus Harian PWI Pusat, PWI Provinsi dan se-Indonesia, plus PWI Solo sebagi peserta serta unsur-unsur PWI lainnya sebagai peserta.
Hadir pula para peninjau dari unsur PWI dan organisasi lainnya antara lain dari Dewan Pers, Serikat Penerbit Surat Kabar, organisasi perusahaan periklanan, radio, televisi, aliansi jumalis, dan organisasi pers nasional Malaysia.
Selama menjabat Ketua Umum PWI, Margiono menitik beratkan pada pendidikan, kompetensi, dan profesionalisme wartawan. Program lokomotif untuk itu berupa Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI), Sekolah Jurnalisme Kebudayaan (SJK), dan Uji Kompetensi Wartawan (UKW).
Terkait dengan peringatan Hari Pers Nasional, meluncurkan Piagam Palembang, memberikan berbagai penghargaan kepada para wartawan berprestasi dalam bentuk Press Card Number One (PCNO), Medali Emas Spirit Jurnalisme, penerbitan Ensiklopedi Pers Indonesia dan buku-buku jumalistik, biografi hingga seni budaya.
Margiono juga berhasil mengajak para pemangku kepentingan Pers Tanah Air, merayakan Hari Pers Nasional (HPN) setiap 9 Februari yang hingga ini konsisten dirayakan bersama.