JAKARTA, bisniswisata.co.id: Dilarang Bercanda Dengan Kenangan adalah asmaradhana dari estetika mimpi & stamina nalar penulis, Akmal , untuk menyajikan kisah sederhana yang memiliki begitu banyak dimensi: hati manusia.
Kisah ini berawal dari cerpen berjudul sama pada antologi #AdaSeseorangDiKepalakuYangBukanAku (2006) sebelum menjadi novel pertama (2018), dan sekue kedua l #GitasmaraSemesta (2020).
Metamorfosis karya 14 tahun ini dimulai lebih awal lagi pada 1997, saat sang tokoh utama, Jo, sebagai reporter majalah berita meliput pemakaman Lady Diana Spencer di London.
Peristiwa ini kemudian menjadi setting pertemuan dua tokoh utama, Johansyah Ibrahim (“Jo”) mahasiswa Indonesia dengan Khaleeda Jderescu (“Aida”), jurnalis peranakan Rumania-Kurdi yang meliput pemakaman.
Saat menjadi novel (buku pertama, 2018) tokoh lain bermunculan: kawan-kawan kuliah Jo, keluarga pamannya yang diplomat di Inggris, dan Tiara Utami Putri, putri sang paman–berarti sepupu Jo–yang juga cinta pertamanya.
Pertemuan tiga hati Aida, Jo, Tiara berkembang di luar dugaan. Apalagi Jo bukan tipe lelaki spontan yang mendahulukan perasaan. Hidupnya menjadi rumit.
Jo terperangkap dalam hubungan asmara dengan Tiara (sepupunya, calon doktor di Inggris), Aida (jurnalis blasteran Rumania-Kurdi) dan Avanti (mantan kakak iparnya, pegawai KBRI London).
Pada sekuel kedua (2020) yang berjudul Gitasmara Semesta, Akmal membawa pembaca pada adegan awal pertemuan kembali Jo dan Aida setelah 9 tahun tak berkomunikasi. Mereka bertemu di barak pengungsi tsunami Aceh dalam sebuah pertemuan dramatis dan mengguncang bagi Jo.
Cerita kemudian mengalir dimana Akmal membawa pembaca untuk benar-benar masuk dalam kehidupan Jo yang gundah. di sekuel ini Avanti dan Tiara muncul lagi dalam kehidupan Jo.
Gitasmara Semesta adalah sekuel dari Dilarang Bercanda dengan Kenangan (2018) yang mengisahkan kehidupan Johansyah Ibrahim, alumnus IPB yang sedang melanjutkan kuliah di Leeds pada tahun 1997—dalam usia 23 tahun—ketika cerita dimulai.
Suasana krisis moneter yang terjadi di tanah air pada tahun yang sama dan Reformasi Mei 1998 menjadi latar belakang kisah ini serta kematian Lady Diana yang menjadi hari berkabung sedunia.
kerumitan hidup Jo berlanjut, seperti juga kerumitan yang dialami Tiara dan Aida. Mereka selalu terhubung melalui sejumlah peristiwa di mana pun mereka bersua, entah di London, Leeds, Banda Aceh, Kaimana (Papua Barat), Brasov (Rumania), Bielefeld (Jerman), Erbil (Irak), Tanah Suci (Mekkah dan Madinah), atau Jakarta.
Tiga jiwa yang terus menerus saling mendistorsi, berkecambah rindu, berbunga benci, terperangkap dalam gelanggang asmara: lari tak bisa, tak lari tak bisa.
Kisah cinta selalu menarik dielaborasi karena seluruh manusia mengalaminya. Bagi yang sudah membaca dwilogi ini, saya sangat mengapresiasi. kara Akmal dalam chat WA.
Bagi yang belum, berikan kesempatan diri Anda untuk mengembara bersama pengalaman Jo, Tiara dan Aida dalam menemukan kejernihan telaga cinta.
Untuk itu semua, pihaknya berterima kasih kepada @bukurepublika yang menerbitkan dwilogi ini. Semoga manfaatnya bisa melintasi beragam rentang masa bagi pembaca segala usia yang masih percaya pada kekuatan hati manusia dalam menentukan cinta sejati, tambahnya.