JAKARTA, bisniswisata.co.id: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menilai pariwisata nasional yang terus berkembang pesat perlu didorong agar dapat menarik lebih banyak lagi investasi terutama dari luar negeri.
Wakil Ketua Komisi X DPR, Sutan Adil Hendra mencontohkan negara Thailand berhasil mengoptimalkan pariwisatanya dengan sangat baik. “Selama ini neraca transaksi berjalan Thailand berada dalam kondisi sangat stabil, bahkan tak pernah mengalami defisit, karena ditunjang pariwisata,” papar Sutan dalan keterangan tertulis diterima Bisniswisata.co.id, Sabtu (10/11/2018).
Diingatkan, bagusnya kondisi perekonomian Negeri Gajah Putih itu juga didorong oleh sektor pariwisata yang berhasil menarik kunjungan wisatawan mancanegara hingga 30 juta per tahun. Untuk itu, pariwisata nasional juga harus mampu membawa lebih banyak devisa dan aliran dana masuk ke Tanah Air dalam bentuk investasi.
“Belajar dari Thailand, kita ingin pariwisata menjadi penghasil devisa utama baik yang dibawa wisatawan juga ada foreign direct investment,” ucapnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Trisno Nugroho menilai peran pemerintah daerah sangat penting sebagai “tuan rumah” dan pemangku kebijakan di daerah tersebut. Beberapa peran tersebut antara lain, kebijakan fiskal pemda dalam mengalokasikan anggaran bagi pariwisata, serta dukungan regulasi untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat setempat.
Terlebih, peran pemerintah daerah di bidang pariwisata saat ini sangat dibutuhkan karena Tanah Air sedang membutuhkan pasokan devisa yang memadai agar bisa membendung tekanan ekonomi eksternal terhadap nilai tukar rupiah.
“Kenapa pariwisata? karena pariwisata menjadi sumber ketiga devisa bagi Indonesia setelah minyak dan produk kelapa sawit. Indonesia kaya akan pariwisata, sudah saatnya daerah jadikan pariwisata sebagai sumber baru pertumbuhan,” ujarnya.
Ditempat terpisah, Ekonomi Indef Eko Listianto menilai pengembangan sektor pariwisata dan jasa dianggap menjadi sebagai solusi dalam mengatasi defisit transaksi berjalan, pada kuartal III/2018 yang diproyeksikan melebar di atas 3%.
Pariwisata sebenarnya sangat potensial sebagai sumber pundi-pundi rupiah. Sayangnya kurang optimal lantaran hanya terfokus di beberapa titik saja. “Masih Bali sebagai tujuan utama, padahal ada daerah lain yang bisa dikembangkan,” lontar Eko.
Pariwisata, menurut Eko, cukup ampuh menekan berbagai risiko yang berasal dari eksternal. Pengalaman beberapa negeri jiran seperti Thailand atau Malaysia, dengan upaya mengoptimalkan sektor tersebut terbukti mampu membawa kedua negara lebih stabil dibandingkan Indonesia ketika menghadapi risiko eksternal.
Dengan perannya yang cukup strategis, pemerintah diminta untuk berinovasi melalui berbagai macam kebijakan untuk menarik banyak wisatawan ke Indonesia. Di samping itu, melihat tren akhir tahun, pemerintah juga perlu mengimbau warga asal Indonesia untuk menunda perjalannya ke luar negeri “Misalnya cukup berwisata di Indonesia. Intinya di saat kondisi seperti ini, inovasi cukup penting,” jelasnya. (redaksibisniswisata@gmail.com)