PAPUA,bisniswisata.co.id: Per Juni 2020, pelabuhan laut dan bandara di wilayah Papua telah dibuka, dengan harapan sektor perekonomian masyarakat segera bergerak dengan tetap berpedoman pada protokol kesehatan COVID-19.
Objek kunjungan wisata situs megalitik Tutari di Kampung Doyo lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua, juga mempersiapkan diri untuk dikunjungi. Usai simulasi penerapan protokol kesehatan new normal, situs dibuka untuk wisata pendidikan.
“ Yang bisa berkunjung berstatus pelajar, guru, mahasiswa, peneliti dan akademisi. Bagi pelajar harus bisa menunjukan kartu identitas siswa atau kartu mahasiswa,” papar Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, kepada bisniswisata.co.id
Situs megalitik Tutari, salah satu destinasi wisata yang populer di Kabupaten Jayapura, terletak di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu. Menurut arkeolog Hari Suroto sebelum situs dibuka untuk pengunjung, simulasi diperlukan untuk melihat kesiapan situs dalam menyambut era new normal.
Beberapa ketentutan yang harus dijalankan di Situs Megalitik Tutari yaitu pengunjung situs wajib pakai masker, pengunjung situs wajib cuci tangan di pintu masuk. Pengunjung yang boleh masuk dalam area situs hanya yang memiliki suhu tubuh di bawah 37, 3 derajat celcius. Pengelola situs wajib menyediakan tempat cuci tangan, sabun dan hand sanitizer di pintu masuk situs.
Pengunjung Situs Megalitik Tutari dipastikan tidak akan berkerumun dalam satu tempat karena situs ini sangat luas, obyek batu berlukis tersebar luas di empat sektor, sektor lima berupa jajaran batu bulat, sektor enam terdapat menhir.
Jumlah pengunjung pun dibatasi maksimal 30 persen dari jumlah pengunjung pada saat kondisi normal. Masing-masing pengunjung juga harus saling menjaga jarak sekitar 1,5 meter.
Penjaga situs akan mengawasi pergerakan pengunjung dan memandu pengunjung guna mencegah terjadinya kerumunan.
Situs Megalitik Tutari mulai ramai dikunjungi sejak Balai Arkeologi Papua beberapa kali menggelar kegiatan Rumah Peradaban di situs tersebut.
Peradaban Danau Sentani
Menurut Hari Suroto, situs diberi nama Tutari karena berada di Bukit Tutari salah satu perbukitan di pinggir Danau Sentani. Suku yang pernah mendiami wilayah sekitar situs ini adalah Suku Tutari, dengan mata pencaharian berburu, menangkap ikan, beternak, dan bercocok tanam.

Suku Tutari sendiri sudah musnah karena perang suku. Penghuni wilayah Doyo Lama, saat ini bukan keturunan suku Tutari dan mereka percaya situs ini sakral hingga kini mitos tentang Suku Tutari dan nenek moyang masyarakat Doyo Lama diceritakan turun temurun pada generasi muda. Peninggalan di situs ini antara lain batu lukis, batu bongkahan berbentuk arca, batu berbaris, dan menhir (batu berdiri).
Balai Arkeologi Papua mengelompokkan peninggalan di Situs Megalitik Tutari menjadi 6 sektor berdasarkan lokasi batu lukis dengan motif lukisan bervariasi. Lukisan yang dihasilkan dengan cara menggores batu jenis batuan beku peridiotit yang disebut batu gabro. Penasaran? Yuk ke Danau Sentani.#piknikbesok