YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Seniman Butet Kartaredjasa seharusnya beristirahat, setelah terkena serangan jantung. Namun tetap ingin bermain dalam pentas Teater Gandrik yang digelar di Taman Budaya Yogyakarta, pada Senin dan Selasa, 8 dan 9 April 2019.
Butet punya dedikasi tinggi karena tetap melanjutkan lakonnya ketika sedang pentas Kanjeng Sepuh di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 22 Maret 2019. Butet Kartaredjasa terkena serangan jantung dan sudah ada lima ring terpasang di jantungnya.
Teater Gandrik kini sedang menyiapkan pementasan bertajuk “Para Pensiunan 2049”, yang berkisah tentang korupsi. Selain di Yogyakarta, Teater Gandrik juga pentas di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta pada 25-26 April 2019.
Sutradara pementasan Para Pensiunan 2049, Djaduk Ferianto mengatakan kakaknya, Butet Kartaredjasa akan memerankan tokoh kunci dalam pentas tersebut. Meski kondisi kesehatan Butet Kartaredjasa belum baik, tapi dia bersikeras ingin tampil. “Butet merasa punya tanggung jawab sebagai aktor untuk tetap tampil. Dia tetap pentas. Itu bagian dari terapi kesehatan,” kata Djaduk di Yogyakarta seperti dilansir laman Tempo.co, Sabtu (06/04/2019).
Menurut Djaduk, Butet Kartaredjasa sudah mulai beraktivitas, misalnya berolahraga ringan. Ada beberapa pilihan yang disiapkan untuk Butet agar tetap bisa bermain. Butet akan memainkan peran yang lebih ringan alias tidak menguras tenaga dan emosi. Beberapa dialog dalam durasi panjang yang sudah disiapkan sebelumnya telah diedit. Blocking-blocking yang terlalu banyak juga dikurangi.
Djaduk juga telah menyiapkan kostum tambahan untuk peran Butet bila diperlukan. Djaduk menyiapkan diri untuk menggantikan peran Butet bila di tengah pentas Butet mengalami serangan jantung.
Butet Kartaredjasa akan berperan sebagai Doorstoot, tokoh yang berkuasa selama 32 tahun. Tokoh ini meninggal dan tidak bisa dikuburkan karena tidak punya surat keterangan kematian yang baik. Arwahnya gentayangan.
Naskah Para Pensiunan 2049 merupakan hasil saduran karya Heru Kesawa Murti yang berjudul Pensiunan dan dibuat tahun 1986. Agus Noor dan Susilo Nugroho kemudian mengadaptasi naskah itu menjadi Para Pensiunan 2049 agar bisa diterima kalangan muda. 2049 merujuk pada kisah masa depan.
Pentas itu bercerita tentang para pensiunan yang ingin menikmati masa tuanya dan menunggu akhir hidupnya dengan tenang. Mereka pensiunan jenderal, politisi, hakim.
Undang-Undang Pemberantasan Pelaku Korupsi mengharuskan siapa pun yang mati memiliki surat keterangan kematian yang baik. Aturan itu dibuat supaya koruptor jera. Hanya orang yang tidak pernah korupsi yang berhak mendapatkan surat itu. Bila tidak punya surat itu, maka mayatnya tidak boleh dikubur karena tidak bersih dari korupsi.
Pemain Teater Gandrik, Kusen Ali mengatakan masyarakat antusias membeli tiket pentas tersebut. Hingga saat ini lebih dari 1.000 tiket terjual. Penyelenggara pentas membuka pembelian tiket melalui online. Harga tiket dipatok mulai dari Rp 50 hingga Rp 300 ribu. “Tiketnya ludes terjual,” kata Kusen.
Teater Gandrik merupakan kelompok seni yang memadukan pertunjukan teater tradisional dan modern. Teater ini berdiri sejak 34 tahun lalu dan telah mementaskan berbagai tema sosial yang khas menggunakan guyonan parikena atau sindiran secara halus. Sindirian yang dimaksud adalah mengejek diri sendiri. Banyolan-banyolan di panggung menjadikan Gandrik membawakam tema-tema itu secara segar dan luwes. “Kami mencubit, tapi tidak sakit,” kata Djaduk.
Tahun 1999, Gandrik pentas Brigade Maling di Monash University Australia, Dhemit dan Orde Tumbang di Singapura pada 1990 dan 1992. Tahun 2017, Gandrik mementaskan Hakim Sarmin yang bicara tentang korupsi di Yogyakarta. (NDY)