NASIONAL

BNPB: Erupsi Sinabung Bahayakan Penerbangan

MEDAN, bisniswisata.co.id: Gunung Sinabung kembali erupsi. Gunung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara mengeluarkan abu vulkanik dengan inggi kolom abu teramati 2.000 meter di atas puncak, Selasa (7/5). Dampaknya, ada empat kecamatan yang diselimuti abu vulkanik yakni Kecamatan Kabanjahe, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Dolat Rayat, dan Kecamatan Berastagi.

“Tinggi kolom abu teramati mencapai sekitar 2.000 meter. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat bahwa kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur dan tenggara,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis, Selasa (07/05/2019)

PVMBG memonitor erupsi terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimum 120 mm dan durasi sekitar 42 menit 49 detik. Hujan abu cukup tebal saat erupsi dan distribusi abu vulkanik mengarah ke barat daya dari puncak gunung.

“Hujan abu vulkanik jatuh di beberapa desa sekitar Gunung Sinabung dengan cukup tebal. Masyarakat tidak panik menyikapi erupsi Gunung Sinabung karena telah banyak belajar dengan erupsi-erupsi yang berlangsung sebelumnya,” terangnya.

Sutopo menambahkan, masyarakat setempat suadah memahami daerah yang berbahaya, khususnya luncuran awan panas. Saat ini, ribuan warga di sekitar Gunung Sinabung yang tinggal di zona merah juga telah direlokasi.

Berdasarkan pantauan distribusi abu vulkanik, PVMBG mengeluarkan Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) atau notifikasi terkait aktivitas penerbangan. Notifikasi dikeluarkan berstatus warna oranye (Orange).

“Ini berarti aktivitas gunung api berpotensi membahayakan penerbangan. VONA yang diperbaharui dikeluarkan, jika kondisi berubah secara signifikan atau perubahan status warna terjadi,” tuturnya.

Gunung Sinabung saat ini berstatus level IV atau awas. Rekomendasi yang dikeluarkan oleh PVMBG-Badan Geologi, masyarakat atau pengunjung agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km untuk sektor utara-barat, 4 km untuk sektor selatan-barat, dan dalam jarak 7 km untuk sektor selatan-tenggara, di dalam jarak 6 km untuk sektor tenggara-timur serta di dalam jarak 4 km untuk sektor utara -timur.

“Di samping itu, Badan Geologi mengimbau masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar mewaspadai potensi banjir lahar terutama pada saat terjadi hujan lebat,” tandasnya.

Kabid Darurat Dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo, Nata Nail menambahkan Lahan pertanian terdampak, karena tertutupi abu vulkanik. Aktivitas warga terganggu abu vulkanik. BPBD bersama aparat setempat langsung membagi-bagikan masker pada warga. Penjagaan di zona merah juga diperketat agar warga tidak masuk untuk berladang. “Kita sudah bagi masker ke wilayah-wilayah yang terdampak, imbauan dan penjagaan zona merah tetap dilaksanakan,” kata Nata Nail.

Pembagian masker telah dilakukan bersama Dandim Tanah Karo, Polsek, tim BPBD hingga PMI setempat. Tercatat hujan debu berlangsung sekitar 1 jam 12 menit setelah erupsi. Selain itu, mobil pemadam kebakaran juga diturunkan untuk membersihkan jalanan yang tertutup abu vulkanik.

“Kita langsung membagi-bagikan masker untuk warga di kawasan Simpang Empat. Hujan debu berlangsung selama 1 jam 12 menit. Kami kembali ingatkan agar warga tidak mendekati apalagi memasuki zona merah,” tegas Dandim 0205 Tanah Karo, Letkol Inf Taufik Rizal.

Kepala Pos Pemantau Gunung Sinabung Armen mengatakan Sinabung erupsi dengan tinggi kolom abu teramati 2.000 meter di atas puncak (± 4.460 meter di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah tenggara.

“Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 120 mm dan durasi ± 42 menit 49 detik. Hujan abu masih berlangsung. Arah abu ke arah tenggara-timur,” ujarnya.

Saat ini Gunung Sinabung berada pada status level IV (Awas). Armen pun mengingatkan masyarakat atau pengunjung untuk tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km untuk sektor Utara -Barat, 4 km untuk sektor Selatan-Barat, dan dalam jarak 7 km untuk sektor Selatan-Tenggara, di dalam jarak 6 km untuk sektor Tenggara-Timur serta di dalam jarak 4 km untuk sektor Utara-Timur.

“Masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar mewaspadai potensi banjir lahar terutama pada saat terjadi hujan lebat,” tegasnya.

Gunung Sinabung terakhir kali meletus hebat pada Senin 19 Februari 2018 dengan tinggi kolom abu mencapai kurang lebih 5.000 meter. Saat itu, besarnya letusan membuat sejumlah desa di Kabupaten Karo gelap gulita akibat tertutup material abu vulkanik.

Dalam letusan tersebut terdengar suara bergemuruh. Tingginya semburan abu vulkanik pada letusan itu yakni setinggi 5 kilometer, disebut sebagai letusan yang terdahsyat pada 2018. Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pos pantau Gunung Sinabung, jarak luncur abu vulkanik sektoral Selatan-Tenggara 4.900 meter dan sektoral Tenggara-Timur 3.500 meter.

Selanjutnya awan panas letusan dengan jarak luncur 4.900 meter mengarah ke Selatan. Teramati gugur dengan jarak luncur 1.000-1.500 meter mengarah ke Tenggara dan visual tertutup abu. Saat erupsi, juga terjadi gempa. Meski merupakan letusan terdahsyat sepanjang sejarah Sinabung, namun tidak ada korban jiwa dalam erupsi tersebut. (redaksibisniswisata@gmail.com)

Endy Poerwanto