CANGGU, Bali, bisniswisata.co.id: From Hero to Zero, kehilangan masa jaya akibat tidak adanya wisatawan mancanegara yang datang ke Pulau Dewata dan usaha yang tiba-tiba mati suri banyak dialami oleh usaha Biro Perjalanan Wisata ( BPW) Bali, tidak terkecuali pada BMW Grup.
Jeffry Budiman, pendiri Bali Megah Wisata ( BMW) Tours, salah satu BPW terbesar di Bali mengaku banyak piutang ditangan mitra kerja di luar negri yang belum sempat dibayar karena pandemi global COVID-19 keburu datang.
” Piutang di luar negri kalau nilaimya US$1 juta jumlahnya sudah Rp 15 miliar. Apalagi dalam sebulan kami bisa layani outbond, wisman ke Bali yang jumlahnya 20.000 orang,” kata Jeffry.
Uang miliknya di tangan mitra kerja di luar negri itu memang belum tentu hilang, bisa saja kembali namun saat ini yang jelas tidak mampu dibayarkan pada BMW mengingat bisnis pariwisata berhenti siklusnya dalam 15 bulan terakhir dan entah kapan akan dibayar.
“Virus Corona yang mematikan ini juga membuat dua orang adik saya terpapar dan puji syukur mereka bisa selamat dari maut dan sudah kembali sehat,”
Sebagai pemain inbound besar di destinasi wisata utama negri ini, Jeffrey pernah memiliki 600 karyawan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan negri jiran hingga Taiwan.
” Begitu pandemi melanda dunia, semua mati suri tidak tahu kapan berakhirnya virus ini dan perkiraan saya bisnis baru bisa kembali normal 2024,” ungkapnya.
Bagaimana seni bertahan hidup dimasa pandemi ?. Usaha BMW banting setir menjalankan ekspedisi dengan biaya mulai Rp 10.000. Jeffrey mengaku, usaha yang kini dijalani oleh putrinya ini masih bisa menjadi penyambung hidup dengan dukungan bisnis lainnya.
” Saya sendiri sebelum pandemi terjadi sudah merintis usaha menjadi petani buah. Setiap hari sedikitnya ada 10 jenis buah yang sering dikonsumsi orang sehari-hari kami pasok diantaranya buah alpukat, buah naga dan nanas ke Grand Lucky Bali,” jelasnya.
Jeffry memiliki 5,5 ha tanah di Bali yang semula dipersiapkan untuk agrowisata buah dan sayur organik dengan taman-taman tematik sehingga pengunjung bisa langsung belajar membuat menu-menu seperti salad, gado-gado dan makanan segar lainnya sambil melakukan agrowisata.
” Kalau buah yang saya tanam a.l pisang, pepaya, alpukat, buah naga, nenas, melon, semangka, jeruk. Sedangkan sayurannya organik semua,” kata Jefrry
Investasi lainnya berupa 600 ha tanah gambut di Bukit Suharto Kalimantan Timur terutama ditanami buah Naga juga menjadi penyelamat menghadapi masa pandemi ini.
” Tidak ada yang kebetulan investasi yang sudah dilakukan sejak 2016 itulah yang menyelamatkan kami karena kenyataannya pemerintah dengan keterbatasannya tidak bisa membantu para pelaku usaha,”
Menyinggung program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang menjadi kunci penting dalam pemulihan baik kesehatan maupun ekonomi di kuartal pertama tahun 2021 ini, Jeffrey mengaku usaha Biro Perjalanan Wisatanya belum tersentuh kucuran dana tersebut.
“Saya harapkan pemerintah segera gerakkan kunjungan wisatawan domestik sehingga roda perekonomian bisa kembali berputar di Pulau Bali bukan sekedar program work from Bali bagi Aparatur Sipil Negara ( ASN),”
Menurut dia, sektor pariwisata memiliki dampak berganda tetapi ketika siklus hidupnya terhenti maka stakesholder terutama pemerintah harus bisa menggerakkan roda kehidupannya lagi.
” Tidak ada jalan lain pembukaan border harus segera dilaksanakan dan pergerakan wisnus dioptimalkan,” tegas Jeffrey